"𝘋𝘢𝘯 𝘉𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨, 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘬𝘶, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘮𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘎𝘦𝘰𝘨𝘳𝘢𝘧𝘪𝘴. 𝘓𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘣𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘶𝘯𝘺𝘪"
- Pidi Baiq"Selamat malam, Milea nya Junkyu." Sapa pemuda yang tengah duduk di vespa primavera nya itu.
"Apaan sih, Kyu!" Jawab Radinka malu-malu.
Bagaimana tidak malu, kini kekasih nya sedang memakai baju polos hitam, jaket denim dan celana jeans nya. Tak lupa dengan sepatu vans kesayangannya, yang menurut Radinka errrr sangat tampan.
"Malu ya? digombalin cogan?" Jawab Junkyu dengan percaya diri.
"Udah ah. Sekarang kita mau kemana?" Tanya Radinka seraya memakai helm yang sudah Junkyu sediakan.
"Katanya pengen sate?" Tanya Junkyu.
"Hayuk!" Jawab Radinka dengan anggukan cepat.
"Aduh, lucu banget sih pacar akuuuuuuu!" Junkyu mencubit hidung Radinka gemas.
"Ih sakit tau!" Protes Radinka.
Junkyu segera menaiki vespanya diikuti Radinka.
"Pegangan atuh!" Tegur Junkyu.
"Iya, bawel!"
Cuaca Bandung kala itu memang sangat mendukung, tidak hujan. Udaranya sejuk. Radinka tetap Radinka, ia tidak bisa terkena angin malam.
Radinka mengusap kedua lengannya, hal itu membuat Junkyu melirik kearah spion untuk melihat keadaan Radinka.
"Dingin ya, Ra?" Tanya Junkyu tepat saat kami berhenti di lampu merah.
"Iya, tapi nggak apa-apa kok. Aman!" Jawab Radinka sambil mengacungkan jempolnya.
Junkyu langsung membuka jaket denim yang ia sedang kenakan. Junkyu khawatir akan Radinka yang sering jatuh sakit karena terkena angin malam.
"Jaket nya kamu yang pake aja, Kyu!" protes Radinka saat Junkyu hendak memberikan jaket denim itu kepadanya.
"Kamu pake atau aku marah?" Radinka bungkam atas pilihan yang Junkyu berikan, lantas ia langsung mengambil jaket yang Junkyu berikan.
"Makasih, Kyu." Radinka memeluk Junkyu dari belakang.
"Aku sayang kamu." Ucap Junkyu yang bersautan dengan riuh klakson mobil dan motor karena pergantian warna pada lampu lalu lintas.
Bandung, malammu indah sekali.