numinous-17

765 110 2
                                    

Jisung menatap layar laptopnya dengan frustrasi, ini sudah hari ketiga dari lima hari yang ia janjikan pada Mark namun pencariannya belum menunjukkan hasil yang memuaskan, percuma gelarnya sebagai hacker handal jika mencari informasi satu nama saja dirinya tidak becus.

Tapi, profil seseorang bernama Jung Jeno ini memang sulit sekali, setara mengakses informasi rahasia negara, yang dia temukan hanya hal dasar itupun setelah berjuang membuka beberapa kode rumit yang memecahkan otaknya.

Chenle—teman satu kamarnya—keluar dari dapur dengan semangkuk salad buah yang terlihat segar, pemuda kelahiran China itu duduk di sebelahnya, memandang heran pada laptopnya yang menampilkan layar polos.

"Belum ada perkembangan apa-apa?"

Dia menggeleng, tangannya meraih sendok dan menyuapkan potongan buah-buahan segar yang segera membasahi tenggorokan.

"Sebenarnya, kau mencari data tentang siapa sih? Presiden Korea Utara? Tumben lama," ujarnya.

"Seseorang bernama Jung Jeno yang aku lupa apa hubungan Mark-hyung dengan orang ini!"

Suapan Chenle terhenti di udara, "SEBENTAR! Jung Jeno yang ini?" tangannya mengeluarkan ponsel dari saku hoodie dan menunjukkan sebuah foto pada Jisung.

Kening yang lebih muda mengerut, melihat Chenle dan tiga orang lain yang tidak ia kenal berpose dengan senyum cerah.

"Aku tidak tahu yang mana Jung Jeno."

Chenle menggeser layar ponselnya.

"Ini, namanya Jung Jeno, mungkin dia yang kau maksud?"

Jisung segera membereskan barang-barangnya yang berserakan di atas meja, "Ikut aku, kita temui Mark-hyung."

Chenle hanya mendesah.

***

Donghyuk tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat melihat tubuh kurus Jaemin terbaring dengan lilitan kabel dan alat-alat canggih yang terpasang di badannya.

Pemuda itu luruh, jatuh memeluk lututnya dengan pilu, Lucas bersimpuh di sampingnya, dengan sabar mengelus punggung Donghyuk yang terisak keras.

"Aku tidak membayangkan kondisinya separah ini," ucapnya pelan, "Masih ada harapan hidup?"

Mark menggeleng, "30% menurut ilmu kedokteran, aku ingin sekali menyerah terhadapnya. Tapi, tidak bisa, aku sangat mencintai Jaemin."

Donghyuk bangkit, tangannya menyentuh pintu kaca yang buram, "Aku boleh masuk?"

"Ya."

Dia melepas genggaman Lucas di tangannya, melangkah dengan kaki gemetar ke dalam, menemui sahabatnya yang sudah tidak ia lihat dalam kurung waktu lebih sepuluh tahun.

Dia sama sekali tidak menyangka, pertemuannya kembali dengan Jaemin harus dengan cara setragis ini.

Tangannya bergerak, membawa tangan kurus yang itu ke pipinya yang berair, "Nana ..." bisiknya serak, "Bangun, aku di sini," dia membiarkan air mengalir, membasahi punggung tangan Jaemin yang pucat.

"Kau tidak merindukan Hyuckie? Buka matamu, Nana. Aku sudah menikah dengan Lucas, katamu kau akan menari dengan kostum balet di pesta pernikahanku jika aku benar menikah dengannya, kan?

"Bangun Nana-ya, aku menagih janjimu."

Donghyuk berusaha meredam tangisnya, namun usahanya sia-sia, dia meletakkan tangan Jaemin kembali dan keluar dengan isakan yang lebih hebat.

Jemari Jaemin bergerak perlahan, setitik air meluncur dari sudut matanya.

***

numinousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang