PROLOG

1K 86 21
                                    

Aku berbeda dengan yang lain. Mungkin orang lain merasa kalau aku melebih-lebihkan segalanya. Orang lain pikir aku terlalu banyak menyalahkan Tuhan atas takdirku.

Aku benci mengakui ini, tapi kenapa harus aku? Kenapa aku harus hidup seperti ini? Tidak bersyukur? Aku sudah terlalu banyak bersyukur karena dibiarkan menjalani kehidupan, tapi kenapa rasa syukurku tak pernah dibalas dengan kebaikan?

Rasa sakit sudah menjadi makananku, air mata sudah menjadi temanku. Ungkapan kebencian adalah sorak sorai yang selalu dikumandangkan bagiku. Rasanya aku mau mengakhiri segalanya.

Mati...

Hanya kata itu yang terlintas dipikiranku, tapi dengan cepat Tuhan menyadarkanku. Lagi lagi aku diyakinkan bahwa semuanya akan indah pada waktunya. Semuanya akan baik baik saja, bukan? Hanya saja aku harus sabar, ya sabar! Tapi kapan? Kapan kesabaranku ini terbalaskan?

Ya Tuhan, aku lelah!

Aku ingin menyerah saja, kumohon berikan aku tempat terbaik disisimu.

Aku tidak tahan lagi! Kapan? Kapan keindahan akan menerpa hidupku? Kapan aku tidak lagi meneteskan air mata? Dan kenapa...kenapa kau mengujiku sampai seperti ini?

Aku benci hidupku! Tidak ada gunanya juga menyalahkan orang lain kan? Apa jika aku mati semuanya akan lebih baik?

Aku hanya ingin tenang...

Ya, hanya untuk sekali ini saja, biarkan aku tenang
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
New story again...

Lanjut?

Silahkan VOTE AND COMMENT

WHY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang