01. Mie Ayam

31 1 1
                                    

Sekar mematut dirinya di cermin. Diputarnya sekali lagi tubuh kurus di depannya, untuk memastikan bagian-bagian tubuh yang sekiranya masuk dalam rencana "proses penggemukan badan".

Mau dilihat berapa kali pun, Sekar merasa kasihan pada dirinya sendiri. Terlihat mengenaskan sekali wanita di depannya ini. Wajahnya memang masih imut-imut seperti bocah SMP, tapi bahkan posturnya juga menyerupai anak berkisar dibawah 17 tahun. Padahal usianya menginjak 26, pada tahun ini.

"Terus gue mesti gimana dong? Duh." Sekar merasa frustasi. Bibirnya manyun, rambut diacak-acak, dan kini tubuhnya sudah merosot ke lantai kamar.

Dari dulu, dirinya sudah berwacana untuk melakukan beberapa treatment untuk badannya. Mulai dari skipping untuk meninggikan badan, makan lebih dari 3 kali untuk menggemukkan badan, minum vitamin, minum susu penambah berat badan, dan masih banyak lainnya. Semuanya sebatas rencana. Nol eksekusi.

Disadari atau tidak, kebanyakan dirinya seperti itu karena belum mempunyai motivasi yang kuat dari dirinya sendiri.

Maka sekarang, Sekar segera beranjak. Memotivasi dirinya sendiri. Dia harus mencari minimal satu alasan kuat, mengapa dirinya harus lebih gemuk.

Harus gendut!

:||:

Renggana Gending Putra, cowok metropolitan yang sedang bosan-bosannya dengan hidup yang berkutat pada melek-mandi-makan-kerja-tidur-repeat.

Merasa sangat bosan dengan umur yang menginjak 28. Tapi sama sekali tak ada hal menarik yang terjadi di hidupnya.

Sore itu, selepas dari kantor, iseng mampir ke sebuah kedai mie ayam yang penuh-sesak. Merasa tertarik, Gana bergegas memarkir mobil. Sesampainya disana, matanya menangkap banyak mangkuk bertumpuk dan sorak-sorai manusia meneriakkan "habisin....habisin...."

Seorang gadis dengan wajah imut menyedot perhatiannya. Duduk diantara peserta, dengan wajah hidung kecil memerah, bibir bengkak akibat kepedesan, dan yang paling penting adalah makannya yang begitu lelet. Gana jadi berfikir, gadis itu sebenernya niat ikut lomba ini, atau cuma pengen gratisan. Sepertinya opsi kedua lebih masuk akal.

Seorang pria botak dengan kaos belel tosca sudah menghabiskan 6 mangkuk, sedangkan dua pria lainnya masing-masing berhasil menghabiskan 4 mangkuk, sedangkan si gadis mungil satu-satunya perempuan disitu, masih berusaha memakan sehelai demi sehelai mie di mangkuk kedua. Gana jadi gemas sendiri.

Wasit lomba menghitung mundur, dan dalam hitungan detik, bunyi peluit mengakhiri perlombaan makan di warung makan tenda tersebut. Gana melangkah ke arah meja pendaftaran, seorang pria tua dengan kaos oblong putih meneriakkan pengumuman bagi siapapun yang mau mengikuti perlombaan kloter kedua.

Seumur hidup, Gana belum pernah mengikuti lomba makan semacam ini. Dan entah dorongan darimana, tanpa pikir panjang, dirinya menyebutkan nama ke pria tua di depannya dan langsung duduk di depan meja panjang tempat mangkuk-mangkuk mie ayam diletakkan.

"Yakin mas ini mau ikutan?" Tanya seorang lelaki bertatto yang duduk disampingnya. Gana hanya mengangguk mengiyakan. Penampilan Gana yang terlampau mencolok diantara orang di warung tenda tersebut, membuat banyak pasang mata bertahan disana.

Suara nyaring peluit memulai perlombaan. Gema suara "habiskan...habiskan..." memenuhi telinga. Gana sangat bersemangat, meskipun tiga orang saingannya sudah melampaui mangkuk yang mampu dimakannya.

Sekar masih bertahan disana, sempat meremehkan pria muda berpenampilan pertelente yang sekarang sibuk menghabiskan mie ayam ke-8. Sedangkan ketiga lelaki lainnya, sudah tampak menyerah dengan mangkuk ke-6.

ALL YOU NEED ONLY EATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang