Gana melangkahkan kaki, masuk ke lobi gedung tempatnya bekerja. Bekerja selama 4 tahun sebagai software-engineer di salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang konsultan transformasi digital, mungkin menjadi salah satu wishlist dalam hidupnya. Tapi entah mengapa, tiga bulan belakangan dia merasa harus keluar dari rutinitasnya yang menjemukan.
"Gan! Oi!" Panggil Randi- temannya satu divisi di Technical Teams. Gana sudah hendak memasuki lift, saat manusia sok-ganteng satu itu sudah merangkul dirinya, menjauhi kotak besi tersebut. Makhluk Tuhan yang mengaku sebagai cowok paling seksi ini, pasti akan membawanya ke kafetaria, dan menggagalkan usahanya untuk makan bekal sendirian.
Gana langsung melepaskan rangkulan, dan berjalan mendekati lift. "Asem ketek lo!" Randi merengut. Tapi tak lama kemudian, pikirannya sudah terdistraksi dengan hal lain "Eh iya, gue tadi nyariin lo. Mau nanyain project dari Yay!, gue pusing megang batch, lo aja ya nyet, gue megang yang real-time aja. Kali ini gue nyerah sama Project Complexity-nya."
"Enak aja. Ogah. Lo pegang sendiri lah." Gana sudah cukup hafal dengan Randi, yang ogah repot dengan processing-system yang tidak biasa dia digunakan. Memang suka seenak udel, main lempar masalah ke kebon tetangga.
"Yaelah, gakuku-ganana. Tega bener sih lo. Lo mau muka gue yang kayak iklan setrikaan rapika ini jadi kusut?" Gana menghela nafas, berat. Panggilan gakuku-ganana, menandakan Randi benar-benar minta disumpal. Sesampainya di kubikel tempatnya bekerja, Gana langsung mengambil kotak bekalnya, dan tak memedulikan rajukan Randi tentang perbandingan iklan setrika dan wajahnya. "Lo bisa diem nggak sih?" Ungkap Gana, kesal.
"Gue baru merepet 5 menit, Gan." Bela Randi, dengan tangan menginvasi bekal Gana, yang langsung ditepuk sadis oleh pemiliknya. "Pelit." Cibirnya kemudian.
"Tapi proper nih. Gue masih nggak nyangka, lo bisa masak." Ujar Randi, mengunyah bakwan jagung. Gana sudah tak peduli, bekal ke sekian kalinya, harus dia relakan untuk kaum dhuafa lagi.
Gana bahkan tak berniat merespons ucapan manusia di sampingnya. Randi yang gondok terus-terus an dicampakkan, memilih kembali ke kubikelnya, walaupun diiringi nyanyian sumbang semacam
"Apalagi salahku, apalagi salahmu....apalagi...." lagu milik Raisa-Serba Salah yang ditujukan ke Gana. Sedangkan Gana, masa bodoh.Seusai makan, Gana langsung mengerjakan project yang sedang dipegangnya. Project dengan salah satu e-commerce yang bergerak di bidang online ticketing.
"Ndi, kemarin Halide minta provide helpdesk sama maintenance cloud-infrastructure aja, kan?" Teriak Gana, memastikan ingatannya mengenai ucapan Angga- teman sedivisinya tempo hari, pada Randi yang berjarak dua kubikel.
"Yaelah, itu kan jobdesk Angga. Ngapain lo garap." Balas Randi, teriak. Semua pasang mata menoleh pada duo tarzan tersebut. Bahkan pelototan Mbak Dara, salah satu Web Developer yang menjadi satu-satunya wanita di sarang penyamun ini, membuat keduanya meringis. "Sorry, mbak." Ucap Gana, tak enak.
Tawa Mbak Dara pecah."Lihat nih, Ndi. Padahal gue melotot, gara-gara bingung, ini bocah satu bisa bar-bar juga. Training lo ampuh." Ungkap Mbak Dara disertai dua acungan jempol.
"Bentar lagi, kemakan rayuan syaithon tuh si Gana. Jangan mau Gan, kalau diajakin tebar feromon buat nyari temen-kelon." Kali ini, Mas Rama yang bersuara.
"Eh tai, lo pikir gue kucing kawin?" Pulpen yang sedari tadi dipegang Randi, dilempar ke Mas Rama yang berada di sebrang kubikelnya.
"Biarin aja, Ndi. Yang jomlo kudu tabah. Mentang-mentang udah bisa kawin ya gitu." Gana bersuara. Yang lain, sontak heboh. Gana ini terkenal cowok pendiam, kaku, tapi juga mudah bergaul. Apalagi hidup di lingkungan mulut-mulut laknat seperti ini. Jarang-jarang, mau bersuara. Sekalinya bersuara, on strike!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL YOU NEED ONLY EAT
Romanzi rosa / ChickLitSekar Respastivvati; sosok wanita kurus yang merasa stres dengan tipe badan yang dia miliki. Renggana Gending Putra; sosok laki-laki yang terpaksa menyediakan jasa training dadakan untuk kebutuhan perut stranger yang ditolongnya.