Berdamai dengan Kesakitan (Versi Cetak)

15.2K 599 7
                                    

Berusaha melupakan semua kesakitan yang sering kamu torehkan adalah hal yang harus aku lakukan untuk saat ini dan ke depannya~

-Nadira Nadhifa-

****

Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, tapi Althaf sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

"Kak Althaf, sarapan dulu," ucap Nadira begitu melihat Althaf keluar dari kamarnya.

"Saya bisa sarapan di kantor, lagi pula saya nggak punya waktu banyak memakan makanan kamu, ada pekerjaan yang sudah menunggu saya."

Nadira mendengar jawaban Althaf yang tidak ingin memakan sarapannya lagi pun langsung terlihat lesu. Padahal pagi-pagi sekali ia bangun untuk menyiapkan suaminya sarapan. Namun, lagi-lagi masakannya tidak dimakan oleh Althaf. Nadira pikir setelah kejadian ia memasakkan lelaki itu makanan, Althaf akan berubah, tapi nyatanya ia masih sama seperti sebelum-sebelumnya.

"Minum susu dulu kalau gitu Kak, biar nanti ada tenaga pas mau kerja."

"Kamu pikir saya anak kecil harus minum susu segala," ketusnya.

"Bu-bukan gitu Kak, tap-"

"Sudah, cukup, waktu saya terbuang sia-sia karena membicarakan hal yang nggak berguna sama kamu," potong Althaf setelah itu pergi meninggalkan Nadira.

Sudah biasa Nadira diperlakukan seperti sekarang ini, setiap pagi selalu saja ada percekcokan di antara keduanya. Terbiasa dengan keadaan seperti ini, Nadira tidak lagi merasa sakit hati lalu akan berakhir dengan menangis lagi. Sekarang, Nadira lebih kuat dari sebelumnya.

Nadira lalu melirik pada sarapan yang sudah ia buat. Sudut bibirnya mengembang lebar. "Kak Althaf pasti nggak bakalan nolak masakanku kalau aku bawain makanan ke sana nanti siang."
Ia lalu mengangguk semangat, hatina kali ini berbunga-bunga memikirkan rencananya nanti. Ia berharap Althaf akan menyukainya.

"Meeting hari ini selesai di sini saja, kita bahas tentang rencana selanjutnya besok." Althaf lalu menutup rapat itu dengan ucapan terima kasih kepada seluruh staf dan jajaran direksi, kemudian meminta izin lebih dulu untuk keluar dari ruangan tersebut.

Hari ini dia sama sekali belum makan, perutnya terus saja berdemo ingin segera diberi asupan. Sebenarnya setiap pagi Althaf tidak pernah absen untuk sarapan, karena dia pikir sarapan itu penting untuk mengisi stamina tubuh. Namun setelah ada Nadira, Althaf jadi sering melewatkan sarapannya. Althaf tidak sudi jika diharuskan memakan masakan gadis itu, apalagi makan satu meja dengannya.   

"Sayang,  aku datang," ucap seorang wanita masuk ke ruangan Althaf tanpa permisi, siapa lagi kalau bukan Indhy, kekasihnya.

Kekasih? Ah entahlah, dengan apa yang sudah dia lakukan kepada Althaf, apakah masih pantas disebut seorang kekasih?

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Althaf sedingin mungkin. Ua telanjur kecewa pada wanita itu.
Indhy mendekati Althaf. "Buat ketemu kamu dong, terus siapa lagi?" jawabnya manja.

"Kamu lupa kalau kita udah nggak ada hubungan lagi?" Althaf menatap Indhy dengan sangsi.

"Sayang, waktu itu aku khilaf. Aku frustrasi gara-gara tahu kamu udah nikah sama cewek  lain," jawab Indhy dengan nada sedih.

Imamku Surgaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang