3

793 62 5
                                    

Dulu

Keadaan rumah saat itu sepi. Seperti tak ada penghuni jika saja tak ada suara langkah kaki dari sepasang kaki jenjang milik Ghisa.

Langkahnya berbelok menuju dapur, tangannya terulur kedalam lemari pendingin untuk mengambil kaleng minuman. "Sepi banget ini rumah," gumamnya.

Ghisa berjalan lurus menuju ruang bercat coklat, yang terdapat sofa panjang berwarna putih tulang, dan sebuah televisi besar di depannya.

Tangannya terus memencet remote, mengubah-ngubah chanel dari yang satu ke yang lainnya, dengan alasan: acaranya membosankan.

Chanel terus berganti sampai berhenti di sebuah chanel yang sedang menayangkan film. Ghisa tertarik, ia menyimpan remote, lalu fokus menonton sambil sesekali meneguk minumannya.

Krek.

Ghisa tersentak.

Suara aneh entah berasal dari mana mengejutkan diri Ghisa yang sedang fokus menonton film.

"AAAAAAAAA!" jerit Ghisa saat lampu di rumahnya tiba-tiba saja padam.

Mimpi buruk.

Dirumah sendiri, lampu padam, dan di luar hujan.

Saat-saat yang tidak diinginkan sama sekali.

"Hahahahaha!" suara tawa menggema di tengah kegelapan.

Ghisa bergidig ngeri. Dia sendiri di rumah, dan sama sekali tak tertawa. Lalu tadi, siapa?

"KUNYUK!" umpat Ghisa pada Iqbaal, saat lampu sudah kembali menyala.

Iqbaal ada di depannya, berdiri di samping saklar lampu. Ia tertawa puas. Puas akan hasil kerjanya malam ini.

"Nyuk, gak lucu tau gak!" geram Ghisa.

Terkekeh, Iqbaal menghampiri Ghisa. Ia mencubit kedua pipi Ghisa, lalu dengan kedua tangan besarnya ia membawa Ghisa kedalam pelukan hangatnya. "Yang penting gue selalu ada buat lo, kapanpun lo butuh. Sekalipun tanpa lo minta."

.

.

.

.

Sekarang

Hujan saat itu terus mengguyur kota Jakarta.

Meninggalkan aroma khas hujan, yang sebagian orang sukai. 

Tak terkecuali pada Ghisa. Ia suka aroma hujan, apalagi saat seperti ini. Diam di kamarnya, ditemani laptop dan suara gemericik hujan membuatnya damai. 

Tapi tak lagi damai, saat matanya tak sengaja mengerling kearah meja disamping nakas. 

Fotonya dengan Iqbaal. 

Ghisa teringat, saat hujan deras, ia sendiri di rumahnya, dan lampu di rumahnya tiba-tiba saja padam. Bukan karena telat membayar, tapi karena ulah Iqbaal. Sempat sebal, tapi Ghisa paham. Itu cara yang dilakukan Iqbaal agar bisa menghiburnya disaat ia kesepian. Sekalipun tanpa diminta, seperti katanya waktu itu. 

Tapi dua tahun berlalu, keadaan tak lagi sama. 

***

a.n

HAI

HAHAHA SUMPAH, udah berapa lama aku menghilang?

maapkan aku yang khilaf ini.

lagian salahin tuh tugas, ada aja tiap hari.

AKU PRUSTASI :(

seneng banget bisa nulis lagi wkkkkk.

tapi entah bakal ada yang ngevote apa engga.

haaa, yaudahlahya.

gak dihargain juga gapapa, ini gratis kok, baca aja. gausah divote. nulisnya gak pake mikir kok, gak harus ngeluangin waktu kok :))

asik, nyindir banget?

Ha Ha #AkuCurhat #HayatiLelah #DenganSemuaIni

 25 Sept 2014. 19:50.

Unexpected • ams & idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang