5 / last chapter

731 55 6
                                    

Ghisa turun dari mobilnya, mengambil bunga yang sudah ia beli sebelum sampai di tempat yang akan ditujunya. Menghirup aroma bunga, pun Ghisa mulai mengambil langkah.

Sendirian, tanpa ditemani, Ghisa berjalan menghampiri salah satu tempat disana. Tadinya Aldi, pacarnya, menawarkan diri untuk menemani Ghisa, tapi gadis itu menolak. Ia butuh sendiri, berbicara langsung dengan seseorang yang selama ini ia rindukan. Lebih dari ia rindu pada pacarnya.

Ghisa berjongkok di dekat salah satu nisan. "Hei, Baal. Apa kabar?" tanyanya tersenyum getir.

Ghisa mengusap nisan pelan-pelan, menarik napas perlahan. "Gue mau cerita. Kemarin, adalah hari yang bersejarah buat gue. Kenapa? Aldi datang ke rumah gue, nemuin Ayah, dan lo tau apa yang dia lakuin setelah itu? Dia ngelamar gue. Dia minta gue jadi istrinya setelah hampir lima tahun gue sama dia pacaran.

"Gue... mau bilang makasih. Makasih karena berkat lo, gue berani buat ngomong apa yang selama ini gue pendem. Mungkin kalau gak ada lo, gue gak akan pernah bisa bareng sama Aldi. Dia ternyata pelindung gue yang lain setelah lo. Tapi, bukan berarti dia gantiin posisi lo. Lo tetep disini," Ghisa menunjuk dada dimana hatinya berada. "Di hati gue."

Menghembuskan napas, Ghisa menahan diri untuk tidak menangis sesenggukan. "Gue gak yakin lo denger, tapi gue mohon, gue gak perduli permohonan gue ini terdengar konyol atau engga, gue gak perduli. Lo janji bakal datang 'kan, ke pernikahan gue nanti? Karena gue berharap lo ada disana. Gue pengen lo tau, gue bener-bener bahagia."

Lagi, Ghisa menarik napas. "Gue janji, setelah gue punya anak, gue akan bawa dia kemari bareng sama Aldi, dan gue bakal ngasih tau anak gue, kalau ini adalah tempat dimana sahabat cowok pertama gue, teman hidup gue, kunyuk gue, tempat sampah curhat gue, bahu bersandar gue, dan... cinta pertama gue, beristirahat dengan tenang," ia menyeka air matanya. "Kalau lo denger, gue yakin, lo bakal kaget. Gue juga. Kita bodoh ya? Kita pernah sama-sama mencintai, tapi gak ada di salah satu kita yang berani untuk jujur. Dan lihat, apa yang kita dapat?" Ia terkekeh getir, bodoh, rutuknya pada diri sendiri.

Ghisa menyeka air matanya. Lalu menyimpan bunga yang tadi ia beli di atas gundukan tanah bernisan itu. "Gue Cuma mau bilang itu aja kok. Syukur kalau lo bisa denger walau itu mustahil. Gue pergi dulu ya. Dan... gue tunggu lo di pernikahan gue nanti. 14 Juni. Bye and miss you already, Baal."

Dan perempuan itu berlalu pergi.

Tak sadar, ada sesosok makhluk yang memperhatikannya. Mendengarkan semuanya tanpa kecuali. "Harusnya gue jujur dari awal," desisnya.

"Fuuhh, untuk apa juga gue nyesel. Toh gak ada gunanya. Gue janji Ghis, gue akan kesana. Ke pernikahan lo. Nyaksiin orang yang gue cinta diikat oleh orang lain. Gue janji."

Dan makhluk bernama Iqbaal itu menghilang bagaikan air yang menguap begitu saja.

Selesai.

***

a.n

ALHAMDULILLAH

ADA JUGA CERITA YANG BISA DICEKLISIN:"")

PENDEK YAA? HAHAHAHAHHAA. Maklum, cerita ini 'kan emang cerita pendek.

Dan maksud last chapter ini adalah penjelas. Sekarang ngerti 'kan maksudnya Ghisa di chapt sebelumnya yang bilang selalu rindu bla bla? Iya, Iqbaal [di cerita ini] udah pergii jauh, ke alam lain, dan itu terjadinya setahun yang lalu gitu.

Oh ya, ntar ada bonus chapter. Isinya, yaaa, liat aja ntar wqwq.

muaaaahh

xx

23/10/2014

20:04

Unexpected • ams & idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang