1. Kembali Sekolah

22 1 3
                                    

Marisca's Pov

"Marisca! Bangun! Apa kau tak ingin sekolah hari ini?! Cepat bangun! Aku tak ingin melihat anak gadisku bermalas-malas!"

Suara samar-samar itu seakan menusuk pendengaranku di pagi ini. Aku sangat mengenal suara itu. Ya, wanita yang kucintai. Mamah ku sendiri.

Pukulan kecil hingga cubitan kurasakan, tapi aku masih enggan untuk membuka mataku.

"Jika kau tak juga bangun, maka aku akan mengguyur tubuhmu dengan air!" Aku terkesiap mendengar itu, dan langsung terduduk dengan pandangan lurus ke depan. Karena tak ingin pagi ini harus ada pekerjaan tambahan untuk menjemur kasur yang basah akibat diguyur mamah.

Membayangkan untuk mengankutnya saja sudah membuatku bergidik. Bagaimana tidak? Untuk menjemur saja aku harus berjalan sekitar 30 meter agar sampai di lapangan belakang rumah.

"Marisca?! Apa kau tak mendengar yang kuucapkan tadi?! Cepat mandi! Kau harus sekolah! Pagi ini adalah hari pertama mu kembali sekolah!" Mama membuyarkan lamunanku. Namun, aku masih bisa mendengar ucapan mamah tadi. Huh, padahal aku masih ingin tidur. Menyebalkan.

"Iya, mah" ucapku seraya berjalan menuju kamar mandi.

Sambil berjalan, aku melirik jam dinding yang ada di kamarku. Mataku melotot tak percaya. Langkahku terhenti.HAH?! kenapa mamah sudah membangunkanku?! Ini masih jam 5.37, tapi.. mamah membangunkanku seakan sudah detik-detik aku akan terlambat. Ini meny-

"Marisca!! Sedang apa kau berdiri di situ?! Kau tidak mau mandi?! Apa perlu mamah mandikan?!" Mamah lagi-lagi memarahiku.

"Tidak perlu, mah." Ucapku seraya mengambil handuk di samping pintu kamar mandi. Aku melangkah memasuki kamar mandi dan kembali menguncinya. Aku melepas seluruh pakaianku dan mulai bersenandung kecil seraya membasahi tubuhku dengan air.

Setelah selesai mandi, tidak sampai 15 menit, aku sudah keluar dengan seragam lengkap.

Tadi, saat mandi mamah mengetuk pintu, aku bersembunyi di belakang pintu dan membuka sedikit agar bisa melihat mamah. Mamah menyodorkan seragam sekolahku. Sebab itu, aku sudah siap sekarang.

Aku memoles wajahku sedikit dengan bedak dan liptint. Tak terlalu tebal. Toh sudah cantik, Haha.

Aku keluar dari kamar dengan pakaian rapih, siap berangkat sekolah.

Aku menuruni anak tangga. Mataku melebar. Bukan karena aku melihat anggota keluargaku yang sudah duduk manis menungguku, yang dimulai dari Mamah, Papah, dan kedua adikku. Nio dan Theresia. Namun, ada sosok yang sangat kukenal sejak di bangku kanak-kanak dulu. Aku mempercepat langkahku.

"Theodore? Apa benar itu kau?!" Ucapku memastikan.

Theo tersenyum tipis. Ya, begitulah dia, simple.

"Iya sayang, kamu tidak salah. Tadi malam Theo diantar ke sini. Kau sudah tidur, padahal dia ingin sekali bertemu denganmu. Mulai sekarang sampai lima tahun ke depan, Theo akan tinggal bersama kita. Tante Selly dan Om Max sengaja menitipkan Theo di sini. Katanya, biar Theo menjadi anak mandiri," Jelas papa yang sedang melipat kertas koran lalu meletakannya di atas meja makan.

"Mulai saat ini juga, kamu akan berangkat sekolah bersama Theo." Imbuh papah.

"Lho, pah? Bukannya Theo beda sekolah denganku?" Tanya ku heran.

"Papah sudah mengurus semuanya, Maris. Dia sekarang sekolah di tempat yang sama denganmu. Ayo, cepat sarapannya." Ujar papah sambil memakan roti selai yang dibuatkan mamah.

Pantas saja, aku dibangunkan pagi-pagi seperti ini! Ternyata, ada Theo! Sejujurnya, ini lah hari yang kutunggu-tunggu. Tapi, kurasa sejak kami berpisah karena Theo mengikuti kedua orang tuanya ke Jerman, dan baru bertemu sekarang, aku sedikit canggung dengan Theo. Bagaimana ini?

"Pah, mah, aku berangkat sekolah sendiri saja ya?" Tanyaku ragu.

"Tidak. Kamu harus bersama Theo. Tidak ada bantahan dan penolakan. Selain mengurangi risiko kau terjatuh dari motor, mamah rasa, kau aman bersama Theo. Benar 'kan, Theo?" Kali ini mamah yang angkat suara.

Theo mengangguk.

"Ayo, nak Theo. Dimakan sarapannya," Ucap mamah lembut pada Theo.

Aku memutar bola mataku malas.
Padaku saja.. selalu marah-marah. Berbeda sekali kalau dengan Theodore Alasca Morgan, teman TK ku, sekaligus anak dari sahabat papah dan mamah.

"Maris, Jangan melamun!" Mamah menasihatiku. Tuh kan!

***

Gimana? Maaf ya.. ini Tf pertama yg kurasa serius hehe:)

MASA PUBER [Maris]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang