3 - Papa...

6 0 0
                                    

-Zeevanya POV-

Suara pintu terketuk terdengar di telinga Zizi.

Tokk... Tokk... Tokk...

"Teh, teteh ada di dalem?" Tanya Zahra.

"Masuk aja, Ra." Jawabnya seraya membalikkan tubuh menghadap ke pintu.

"Teteh udah makan?"

"Belum, kenapa emangnya? Papa udah pulang?"

"Rara mau makan bareng, Teh tapi papa belum pulang, makanya Rara manggil teteh."

"Tumben papa belum pulang? Kok perasaanku tiba-tiba engga enak gini ya?" Tanyanya bergumam.

"Yaudah yuk kita makan!" Ajak Zizi kepada adiknya.
Yang dibalas anggukan dan rangkulan tangan disamping tubuhnya setengah memeluk oleh adik semata wayangnya itu seraya berjalan keluar kamar menuju ruang makan sambil bercanda.

Sesampainya di ruang makan mereka didatangi oleh Bi Sari yang seperti habis lari dengan nafas tersenggal-senggal dan keringat bercucuran. "Bibi kenapa?" Tanya Zahra.

"Bapak, neng bapak." Jawabnya sambil mengatur nafas. "Papa kenapa, Bi?" Tanya Zizi.

"Bapak... Bapak... Bapak kecelakaan."

DEGGHH!!!

Benar firasatku. Batinku berkata.

"Terus papa sekarang gimana, Bi? Papa baik-baik saja kan? Papa di rumah sakit mana, Bi?" Tanyaku beruntun.

"Tadi bibi dapat kabar dari RS Melati Husada. Bibi langsung ngabarin den Vieto supaya nganterin kita, Neng, Teh."

"Yaudah Ra kamu siap-siap, bibi juga, kita ke rumah sakit sekarang." Aku juga mengganti bajuku dengan baju untuk keluar rumah yang lebih sopan.

*****

Sekarang aku ada di dalam mobil bersama Zahra, Bi Sari dan Om Vieto. Ya, Om Vieto adalah orang kepercayaan papa. Setelah beberapa tahun bersama papa sebagai ajudan, dia selalu papa percaya untuk membantu keluargaku.

Entah apa yang jadi pertimbangan papa, tapi sepertinya papa sangat sayang kepada Om Vieto. Untuk panggilanku sendiri kepadanya memang kami dibiasakan memanggilnya 'om' karena dari dulu setiap ajudannya papa selalu kami panggil seperti itu.

Di dalam mobil ini aku berusaha kuat, menahan tangisku agar tidak pecah. Walaupun di dalam hatiku sudah menangis kencang. Aku harus kuat demi Rara. Walaupun di kepalaku selalu terngiang ingatan itu. Rasanya sakit sekali kalau harus merasakan kehilangan lagi.

Di sebelahku Rara terus menerus menangis. Aku tau dia pun merasa khawatir dan takut akan kejadian itu terulang kembali. Semoga saja itu tidak terjadi dan papa masih bisa diselamatkan. Aamiin... Itulah doaku di dalam hati.

Tak lama kami sampai di sebuah rumah sakit. Aku langsung turun meninggalkan yang lainnya. Aku berlari ke bagian informasi. Disana aku menanyakan ruang IGD. Setelah diarahkan oleh seorang perawat aku langsung menuju ke arah IGD.

Disana aku berdiri di depan ruangan tersebut. Tak lama Zahra, Bi Sari dan Om Vieto datang dari arah belakangku. Bi sari dan Zahra duduk di ruang tunggu dekat ruang IGD. Om Vieto menghampiriku.

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang