DUA

72 9 4
                                    

Pagi ini, Vania enggan untuk membuka mata. Padahal, sang mentari sudah memancarkan sinarnya. Mungkin Vania masih berasa di alam mimpi dan enggan untuk melepaskannya. Bunyi jam bekker pun tak sanggup untuk membangunkan dirinya. Ditambah lagi dengan bunyi alarm di handphone miliknya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.45, itu artinya 15 menit lagi, gerbang sekolah akan ditutup.

"Non, non Vania bangun, non," panggil bi Ira, selaku art di rumahnya.

Tak ada sedikit tanda, bahwa Vania telah bangun dari tidurnya.

"Non, bangun non, itu den Viki sama non Pranda udah nunggu dibawah," teriak bi Ira.

Disisi lain, Viki dan Pranda sedang menikmati makanan di meja makan. Sesekali Pranda mendongak untuk melihat apakah kakaknya itu sudah bersiap atau belum. Setelah beberapa menit, Pranda pun merasa jengah. Pranda berfikir bahwa Vania pasti belum bangun, karena tadi malam begadang.

"BIBI!", teriak Pranda. Dia merasa waktunya telah terbuang sia-sia karena menunggu hak yang tidak pasti.

"IYA NON," teriak bi Ira, sambil menuruni anak tangga.

Sesampainya dibawah, Bi Ira melihat aura gelap dari tubuh majikan mudanya itu. Bi Ira bergidik ngeri. Biasanya jika majikan mudanya ini tengah marah, maka seisi rumah akan terkena amukan olehnya.

"Bi, Vania mana,?" tanya Pranda

"Eh, anu non, i-itu," ucapan bi Ira terpotong oleh Pranda.

"Anu-anu apa sih bi, yang jelas dong kalo ngomong," gerutu Pranda.

"Non Vania belum bangun, non," jawab bi Ira.

"Ck! Dugaan gue ternyata bener," decak Pranda.

Setelah itu, Pranda berlari menaiki tangga untuk membangunkan Vania. Sesampainya di depan kamar Vania, Pranda menggedor-gedor pintu kamar Vania dengan sangat kuat, sehingga menimbulkan bunyi yang nyaring.

"VANIA! BANGUN LO!" teriak Pranda.

"Eeurrghhh...," erang Vania.

"VANIA YA AMPUN! LO MASIH BELUM BANGUN JUGA?! INI UDAH MAU MASUK BODOH!"

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan menampilkan sosok gadis yang sangat jorok. Bagaimana tidak? Keadaan Vania sangat tidak mencerminkan aura gadis. Vania berada didepan pintu dengan baju yang lusuh, rambut berantakan, dan bau iler yang sangat menjijikan. Ditambah dengan Vania yang tengah mengecek matanya dan juga mengupil. Bisa dibayangkan? Oh tidak! Siapapun yang melihat keadaan Vania akan menatapnya dengan jijik.

"Ih, jorok!," cibir Pranda.

"Gatel hehe," kekeh Vania. "Napa lo? Pagi-pagi udah ganggu tidur gue aja," lanjutnya.

"HELLO VANIA SHALSABILLA PUTRI! LO TAU GAK SIH? GUE SAMA VIKI ITU UDAH LAMA NUNGGUIN LO!" pekik Pranda.

"Emang jam berapa?," tanya Vania dengan polos.

"Lo masih tanya jam berapa?," decak Pranda.

Akhirnya, Vania pun menarik paksa tangan Pranda. Matanya melotot, karena melihat jarum jam yang menunjukkan pukul 07.55, itu artinya 5 menit lagi gerbang sekolah akan masuk.

***

"Sumpah gue capek banget," keluh Vania.

"Gara-gara lo sih," cibir Viki

"Ya udah sih, gue minta maaf," putus Vania. "Lanjutin gih, biar cepet selesai," lanjutnya.

Akhirnya mereka bertiga pun kembali melanjutkan aktivitasnya. Ya, seperti sekarang ini, mereka tengah dihukum untuk membersihkan perpustakaan karena telat.

DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang