Kenyataan Baru
💕
Mala melongokkan tubuh di pintu kamar Afirah. Wanita paruh baya itu, menatap kasihan pada menantunya. Sudah tiga hari ini, Afirah sangat murung. Ia jadi tak tega melihat Afirah seperti itu. Ia tahu jika Afirah sangat merindukan anaknya. Namun masalah yang mereka hadapi membuat menantunya itu masih marah pada Alvin.
Tetap saja, sebagai orang tua, Mala tetap tidak berhak untuk ikut campur dengan keluarga kecil anaknya itu. Tapi harus bagaimana lagi? Jika terus-terusan seperti ini, masalah tidak akan pernah selesai. Apalagi Alvin tak tahu sama sekali jika istrinya ada ada bersama ibunya.
Jadi, Mala terpaksa harus memberitahukan pada Alvin jika Afirah ada di rumahnya. Biar segala masalahnya cepat terselesaikan, dan tak ada lagi kesalah pahaman.
Wanita itu mencoba menelepon anaknya, panggilan terhubung. Tidak perlu menunggu lama, Alvin mengangkat telepon ibunya.
"Iyah, Ma".
"Cepat kerumah Mama, Afirah ada disini".
"Baik, Ma. Alvin segera kesana".
Mala segera menutup teleponnya, sebelum ia beranjak dari sana, la menyempatkan diri untuk menyapa Afirah.
Tok... Tok... Tok
"Afirah... Mama boleh masuk?".Afirah membuat pintu kamarnya, "Iyah, Ma. Silahkan" wanita itu tersenyum. Afirah pun membalas senyum ibu mertuanya.
"Udah makan?" Afirah menggeleng.
"Yaudah, Mama ambilkan makan dulu yah".
"Eh... Tidak usah, Ma. Biar Afirah ambil sendiri. Sekarang Afirah belum lapar".
"Bener?" Tanya Mala memastikan.
Afirah mengangguk ragu.
Mala menangkup pipi Afirah. Wanita itu tersenyum lagi. "Jangan terlalu capek. Apalagi sampai banyak pikirkan. Jaga kesehatan yah".
Afirah tersenyum hambar. Kata-kata Mama mertuanya seakan-akan menampar dirinya. Bagaimana mungkin ia tak punya banyak pikiran. Sedangkan anaknya sendiri yang membuat dirinya seperti ini. Apalagi di tambah ada perempuan lain dalam rumah tangganya. Afirah tak tahu harus bagaimana. Ingin tetap tenang tetapi, ia tak bisa.
"Iyah, Ma".
"Kalo kamu butuh apa-apa jangan sungkan panggil Mama yah".
Wanita itu mengangguk lagi.
"Mama keluar dulu".
Sepeninggal Mala, Afirah pergi ke kamar mandi, ia ingin mengambil air wudu, lalu berencana untuk menderas lagi hafalannya. Mungkin dengan cara ini, ia akan merasakan ketenangan hati.
Wanita itu menyandarkan tubuh di kursi depan jendela, kepalanya menghadap keluar. Menatap udara, merasakan sejuknya cuaca hari ini. Begitu cerah. Sangat mendamaikan.
Satu jam sudah ia berkutik dengan bacaannya. Afirah melafalkan ayat-ayat Allah dengan sangat lancar. Ia menikmati bacaannya, sejenak ia melupakan segala masalahnya. Kerisauannya, dan ketakutannya akan hal yang selama ini ia bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Halal
SpiritualAfirah disudutkan oleh dua pilihan, tetap bertahan dengan masa lalunya atau menikah dengan Gusnya sendiri saat di pesantren. Tetapi, Ayahnya menyuruh ia untuk menikah dengan Gusnya itu. Afirah semakin di beratkan oleh Ayahnya, jika ia menolak, ia t...