[Masih] Kenyataan Baru
💕
Siapa yang udah nunggu kisah ini?
“Bagaimana, Alvin? Afirah masih belum sadar?” Mamanya datang sambil membaca teh hangat. Menaruhnya di atas nakas, lalu menatap anaknya yang sedang di landa hawatir. “Tenanglah, Al, berdoa saja semoga istrimu baik-baik saja.” Mamanya menyentuh pundak anak sulungnya. Memberi keyakinan bahwa semua pasti akan baik-baik saja.
Alvin menatap sang mama dengan raut wajah yang begitu menyedihkan. Ada banyak hal yang ingin dia luapkan, sebenarnya. Perihal masalahnya dengan Afirah, dengan Yasmin bahkan dengan adiknya—Husna yang masih susah ia bujuk untuk tinggal bersamanya, bahkan ia masih enggan untuk bertemu dengan orang tuanya sendiri. Menjadi anak laki-laki dan menjadi yang paling tua, ia merasa banyak sekali beban yang harus di emban. Belum lagi masalah pekerjaannya yang menumpuk. Ia seakan-akan ingin menghancurkan sesuatu hingga hancur lebur.
Ia frustasi, tentu saja. Ketika ia sadar mengeluhkan hidup itu hanya sebuah kesia-siaan, pria itu memilih untuk lebih banyak mengucap istighfar. Memohon ampun pada-Nya.
Pria itu mendekat ke arah sang istri, di raihnya jemari lentik itu lalu mengecupnya sekilas. Menyalurkan rasa kasih sayang sebagai suami dengan segenap jiwa. Ia tak pernah ada niatan untuk menyakiti siapapun, apalagi istrinya, namun sebuah masalalu malah mengungkitnya dengan begitu tega.
Alvin berjanji, ia tidak akan membiarkan masalalu merenggut masa depannya yang baru saja di rintis. Dan siapapun yang berani mengusik, maka tak akan ada ampun untuknya. Alvin berjanji itu.
“Ma, apa Afirah sudah bercerita pada Mama?”
Mamanya menggeleng. “Belum, semenjak ia datang tiga hari yang lalu. Afirah tak tak bercerita apapun tentang masalah rumah tangga kalian.” Diam sejenak. Mala menatap Alvin yang sedang memandang wajah sang istri. “Sebenarnya ada apa, Al?”
“Akhir-akhir ini Afirah sering mengeluh karena belum kunjung hamil. Lalu, minggu lalu Yasmin datang ke rumahku, Ma. Dia mengatakan agar aku mau menerimanya lagi dalam hidupku.”
“Lalu Afirah tahu?”
“Awalnya tidak,” jedah sebentar, “lalu waktu kami sedang berkunjung kerumah sakit untuk memeriksa rahim Afirah, Yasmin datang dan memintaku untuk menikahinya. Dan setelah itu Afirah menangis dan kabur.” Ada gejolak batin yang menyelusup di benak Alvin, rasanya seperti ada yang menguliti hatinya lalu di tusuk-tusuk. Perih rasanya ketika mengingat itu.
Disaat semua impiannya hampir terwujud, yaitu menggapai rumah tangga Sakinah ternyata tak semudah yang ia bayangkan.
Setahu Alvin masalalu bukanlah untuk di kembangkan untuk masa yang akan datang, tetapi memperbaiki di masa yang akan datang. Namun ia lupa jika masa lalu adalah sebuah cambukan untuk hidup seseorang, terlebih masa lalu itu meninggalkan jejak yang sedikit kotor. Eh, maksudnya begini, jika dulu ia memang pernah menjalin hubungan dengan Yasmin, itu karena awalnya memang ia merasa nyaman, namun rasa itu ia anggap sebagai bentuk sahabat yang amat sangat peduli.
Alvin peduli pada Yasmin karena saat di Singapura, kondisi Yasmin sangat jauh dari kata baik. Terlebih di sana Yasmin tak akrab sama sekali dengan orang sesama negaranya walau banyak sekali yang dari Indonesia. Satu-satunya yang akrab dengan Yasmin adalah Alvin.
Ketika Alvin ingin menjadi pelindungnya dan mengatakan bahwa ia sayang pada Yasmin–sungguh, Alvin tak mencintainya ia hanya kasihan pada wanita itu. Ia hanya ingin membantu dan menjadi teman yang baik. Namun ketika Yasmin tiba-tiba dekat dengan seorang pria Singapura, ia mengabaikan rasa sayang Alvin. Yasmin lupa bahwa Alvinlah yang sangat peduli dengan keadaannya dengan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Halal
SpiritualAfirah disudutkan oleh dua pilihan, tetap bertahan dengan masa lalunya atau menikah dengan Gusnya sendiri saat di pesantren. Tetapi, Ayahnya menyuruh ia untuk menikah dengan Gusnya itu. Afirah semakin di beratkan oleh Ayahnya, jika ia menolak, ia t...