"Aokitobira, bukakan aku pintu menuju Kakuriyou!"
Pria itu mengarahkan tangan kanannya pada tembok kamarnya yang telah usang. Tidak lama, muncullah sebuah pintu raksasa berornamen bunga sakura di hadapannya. Dengan segera pria itu meraih gagang pintu dan membukanya. Saat pintu itu terbuka, hembusan angin yang kencang menerpa dirinya hingga membuat rambut peraknya, dan juga haori hitam yang ia kenakan menari-nari dengan liar.
"Kelihatannya, keadaan di sana cukup buruk," ucap pria itu kepada dirinya sendiri. Lalu ia melangkah masuk ke dalam pintu itu dan segera menutupnya. Ia menatap lorong gelap diadapannya dengan tajam. Kedua iris birunya terus menatap lorong gelap itu dengan waspada, sementara kedua kakinya terus melangkah dengan seksama.
Beberapa menit setelah pria itu berjalan dalam gelap, akhirnya ia dapat melihat titik terang di ujung lorong itu. Tanpa menambah kecepatannya, ia terus melangkah menuju ujung dari lorong itu, dan tidak lama cahaya terang menghujani dirinya, hingga membuat wajah tampannya mengeryit karena silau. Tetapi, bukan cahaya matahari yang telah menyilaukannya, melainkan cahaya dari api merah membara, yang tengah melahap rumah-rumah di Kakuriyou, atau biasa disebut sebagai dunia bawah, tempat para youkai tinggal.
"To-tolong! Ashihara-sama, akhirnya Anda datang juga...." seru seorang youkai berwujud manusia setengah kelinci yang tengah berjalan tertatih ke arah pria bernama Ashihara Miyuki itu.
"Kau baik-baik saja, Usagi-san?" tanya Miyuki sembari menghampiri youkai tak berdaya itu. Lalu, kedua matanya terkunci pada luka pada kaki youkai bernama Usagi itu. Darah bercucuran dari lukanya, membuat Miyuki merasa bersalah akan keterlambatannya.
"Maaf atas keterlambatanku." Ucap Miyuki sambil memapah Usagi menuju sebuah toko yang hancur berantakan dan telah ditinggalkan tidak jauh dari mereka. Miyuki meminta Usagi untuk duduk, lalu ia mengeluarkan sekantung ramuan obat miliknya dan mengoleskannya pada luka Usagi. "Maaf, ini akan sedikit sakit,"
"Ti-tidak apa, Ashihara-sama. Tidak perlu menghawatirkanku," Usagi mengeryit kesakitan. Kedua tangannya mencengkram pakaiannya dengan erat, untuk menghentikan erangannya.
Miyuki tahu betul, betapa sakitnya luka yang dialami youkai itu. Sekali lihat saja, ia sudah tahu jika luka yang diderita youkai itu cukup dalam. Dalam hati, ia benar-benar merutuki keterlambatannya ke Kakuriyou. Padahal ia sudah mendapatkan panggilan beberapa menit yang lalu.
"Maafkan aku," Miyuki merobek ujung lengan kimono miliknya, kemudian ia membalutkannya pada luka Usagi. "Maafkan aku, karena sudah terlambat. Tapi...," Miyuki membuat jeda pada ucapannya. Lalu ia bangkit dari tempatnya duduk, "Tenang saja, aku akan segera mengalahkan iblis yang sudah berani menghancurkan tempat ini,"
"Tu-tunggu! Ashihara-sama! Apa yang Anda katakan?! Mengalahkan iblis itu sendiri?! Dia bukan iblis biasa! Dia...,"
"Makhluk itu, Ucchusma, 'kan? Hah... tenang saja, aku akan melakukan sesuatu. Kau cukup diam di situ, mengerti?"
Setelah mengatakan hal itu, Miyuki meninggalkan youkai itu, dan pergi menuju tempat di mana iblis bernama Ucchusma itu berada.
***
Sejak ratusan tahun yang lalu, hubungan antara youkai dan iblis memang buruk. Karena iblis adalah makhluk neraka yang ditentang keberadaannya, mereka menjadi sangat murka begitu tahu jika ada beberapa youkai yang diterima keberadaannya di dunia manusia. Sudah beberapa kali mereka mencoba untuk menyerang Kakuriyou, rumah para youkai. Tetapi, usaha mereka selalu digagalkan oleh para Kyoukaishi.
Kyoukaishi adalah youkai yang dipilih langsung oleh petinggi di Kakuriyou sebagai penjaga sekaligus pelindung hutan Aokigahara, yang merupakan tempat di mana gerbang menuju Kakuriyou, rumah para youkai, maupun gerbang menuju neraka, rumah para iblis, dengan dunia manusia berada.
YOU ARE READING
The Kyoukaishi and Kitsune Girl
ParanormalHari itu, terjadi penyerangan di Kakuriyou oleh seorang iblis bernama Ucchusma. Kota menjadi porak poranda, dan korban jiwa berjatuhan. Ashihara Miyuki, yang merupakan Kyoukaishi saat itu, berusaha melawan Ucchusma seorang diri. Tetapi, iblis itu ma...