Pilihan (4)

129 17 9
                                    

"Gue gak pernah main-main!"

Bentakan Roy membuat Ara mencengkeram kuat jaket lelaki itu yang berdiri di sebelahnya. Ia masih merasa takut setelah sempat ditarik paksa oleh anggota geng motor itu. Belum ada penjelasan dari Roy sehingga ia tidak bisa menuduh sembarangan.

"Utang Dika bakal lunas kalo dia bisa menang hari ini. Dan lu, udah janji buat gantiin posisi dia. Gue cuma gak mau lu kabur.."

Helaan kasar terdengar, "Gue gak kabur!"

"Oke.. Oke.. Gue percaya."

Lelaki berperawakan besar itu memberi kode agar anak buahnya menjauh, ia tersenyum tipis kala melirik Ara sejenak. Ingin sekali Roy memukul lagi sosok angkuh di depannya, yang tak lain ketua geng motor. Mengingat pukulan yang tadi ia layangkan sudah membuat Ara dalam bahaya, ia pun menahan emosinya. Saat Ara ditarik paksa, Roy sempat memukul lelaki itu hingga terpental dan cengkeraman di lengan kiri Ara terlepas. Beruntung Ara tidak dijadikan umpan.

"Ra, lu gak apa-apa kan?" tanya Roy setelah hanya ada mereka berdua, nada suaranya terdengar khawatir.

Ara mendongak lalu menggeleng pelan, "Ayo pulang.." lirihnya.

"Gue gak bisa pulang. Lu pulang sama Gilang. Setelah ini selesai, gue ke rumah lu. Gue janji.."

Setetes air mata jatuh begitu saja, Ara tidak ingin Roy menjawab seperti itu. Entahlah, ia semakin takut. "Aku tungguin sampai selesai."

Seketika mata Roy membelalak, "Gak, Ra! Di sini bahaya."

"Udah tau bahaya, kamu masih di sini.." gumam Ara menunduk, air matanya tak kunjung berhenti. Ia menahan tangis agar tak ingin Roy terbebani.

Dan, di sinilah Ara. Berada di dekat jalan masuk menuju stadion. Sebelumnya Roy meyakinkan bahwa ia akan kembali usai balapan. Hanya saja Ara masih merengek untuk tetap menunggunya.

"Kalo motor gue gak disabotase, Roy gak mungkin terjebak." Dika memecah keheningan, "..gue butuh dana, satu-satunya jalan ya gue tanding. Jangan nyalahin Roy, lu marah aja sama gue."

Ara menatap Dika di sebelahnya, "Motor kamu disabotase, kan bisa pake motor lain.. Kenapa Roy yang gantiin? Harusnya bukan cara ini, masih ada jalan lain buat kamu dapet uang. Kamu cari bahaya sendiri."

"Roy udah mau bantu tapi gue tolak, dia sering bantuin jadi gue gak enak mau bikin repot lagi. Dia gak tau gue ikut balapan, tapi karna kecelakaan kemarin juga perjanjian itu.. Gue tau gue salah. Sorry.. Gue buat dia balik."

Ara memang memahami bagaimana kondisi Dika. Terluka di tempat yang sama menyebabkan Dika tak lagi dapat menggerakan pundak kirinya dengan leluasa. Dika memang jarang menggunakan tangan kirinya, Ara baru mengetahui jika Dika pernah terluka sebelumnya.

Dika memperhatikan Gilang yang sedari tadi diam, duduk agak jauh dari mereka, "Lu kenapa bisa sampai di sini?"

Satu jam berlalu, belum ada tanda-tanda Roy kembali. Ara mulai gelisah, ingin bertanya tapi Dika terlihat santai, Gilang juga masih bertahan di tempat semula. Dering ponsel Dika mengejutkannya. Sekilas ia mendengar bahwa lelaki itu harus kembali ke arena. Dika pamit dan mengatakan bahwa Roy akan segera menemuinya.

💘

Roy masih menunduk, belum yakin membenarkan apa yang ingin Ara ketahui. Jika tidak sekarang, gadis itu mungkin akan menjauhinya. Setelah memaksa Ara pulang bersama Gilang, Roy dengan sengaja membuntuti mereka. Kini keduanya berada di teras rumah Ara. Sudah terlalu malam jika mengajak gadis ini keluar.

"Gue emang pembalap liar. Setelah kenal lu, gue berhenti."

"Kenapa?"

Wajah Roy tampak kebingungan, memperhatikan Ara sejenak. "Gue-"

PILIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang