Bagian 3.

10 2 0
                                    

Selamat pagi, Kunang-kunangku.

Semoga dirimu selalu dalam keadaan baik dimana pun berada. Dan juga, semoga suasana hatimu selalu tenang, tidak terusik dengan apapun itu termasuk saya.

Kunang-kunangku, sebetulnya saya tidak tahu akan menulis perihal apa lagi kali ini. Karena sungguh, saya benar-benar tengah kehilangan inspirasi. Hanya ingin menulis, tapi tidak punya sesuatu untuk ditulis. Apa sebaiknya saya menulis cerita yang lalu? Tapi, Itu hanya akan membuat saya semakin rindu. Atau, saya tulis saja perihal keadaan hati yang sekarang sering kali tidak menentu? Ah, tidak! Itu akan sangat sulit. Perasaan saya ini terlalu rumit untuk dijelaskan dengan baik dan baku. Lalu, apa?  Masuk akal kah jika saya ingin menulis saja dengan asal? Sepertinya itu tidak terlalu buruk, Iya, kan? Hhehehee.

Kunang-kunangku, dirimu akhir-akhir ini membuat saya lagi-lagi bingung. Kamu seperti ingin kembali seperti dulu, tapi di lain waktu kamu seperti sesuatu yang beku. Saya lagi-lagi mencoba memahami mu. Mencoba mengerti bahwa cuek memang bagian darimu. Kembali menerka sikapmu. Hingga kadang membuat saya berpikir, saya belum atau tidak benar- benar mengenalmu. Bahwa, memang kita tidak pernah seakrab 'itu'. Berpikir jika kamu benar tidak memiliki perasaan yang sama, karena kalau sayang tidak mungkin membuat saya merasa diacuhkan. Kalau sayang, tidak mungkin membuat saya sempat mengiba untuk meminta mu tetap bertahan.

Sudah lama sebenarnya saya sadar, tapi saya tidak bisa berhenti. Karena itu, saya sayang. Dan juga sedikit dari hati kecil saya bilang, kalau kamu juga menyayangi saya. Jadi, lagi-lagi saya pikir, mungkin saya hanya harus tunggu waktu. Tapi sialnya, saya tidak pernah berpikir kalau saya bisa saja tidak kuat selama dalam proses menunggu waktu itu. Bahkan sesekali saya menaruh curiga padamu. Jangan marah, karena perempuan memang begitu. Selalu dipenuhi dengan praduga-praduga buruk yang dibenarkan oleh pemikiran mereka sendiri. Membuat saya semakin takut, apabila dirimu sedang bersama perempuan lain. Kamu tahu, kan? saya tidak mau kehilangan kamu. Bahkan sudah berkali-kali saya katakan. Namun, apabila kamu masih ragu. Tolong beritahu saya, harus dengan cara apa saya meyakinkanmu?

Minggu ini, dengan langit yang diselimuti awan mendung, dan saya yang tengah duduk bersila merasakan hawa dingin sehabis guyuran hujan subuh, sedang menikmati pemandangan dua burung kutilang yang terbang berkeliaran disekitar jendela kamar saya. Sambil tetap berpikir, rasanya; Dinginnya seorang perempuan dan dinginnya seorang laki-laki itu memang sangat berbeda. Dinginnya seorang perempuan bisa saja meluluh karena hadirnya seseorang. Tapi dinginnya laki-laki belum tentu bisa seperti itu. Meski demikian, saya tidak akan berhenti, setidaknya untuk kali ini. Saya tidak ingin menyerah meski keadaan memungkin saya untuk melakukannya. Ini bukan masalah bertahan atau pergi. Atau konsep cinta dan peduli. Walau saya tidak memahami arti semua itu, seharusnya kamu paham jika sekarang saya hanya ingin menuai kembali keyakinan setelah lama selalu dihadang keraguan. Karena sungguh, berada dalam keadaan selalu di diamkan bukan perkara mudah untuk dibiasakan.

 8:26am, 31March 2019.-Minggu pagi
-Usn:))

----------------------------.

Maaf:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If You Know What I Mean, My FireFlies.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang