Kulihat pantulan tubuhku yang telanjang di cermin dengan pandangan kosong... satu lagi. Satu lagi bulu dari sayapku rontok. Aku bisa melihatnya dari sudut mataku, bulu yang berwarna putih salju itu tergeletak di sebelah kakiku... Perlahan berubah warna menjadi keabuan lalu menghitam. Lalu mati.
Kuhela nafasku dengan perlahan, cermin di depanku berembun karena hembusan uap nafasku. Sepasang mata berwarna biru pucat menatapku balik, Semuanya akan baik-baik saja, ulangku dalam hati. Ini normal. Kupejamkan kedua mataku selama beberapa detik, lalu memakai pakaianku kembali. Kusempatkan untuk mengikat rambut pirangku yang panjang sebelum keluar dari kamar mandi. Sinar matahari menerobos masuk dari jendela, membuat suasana kamarku menjadi lebih terang. Tapi masih terasa dingin... Musim gugur sudah hampir berakhir, beberapa minggu lagi berganti oleh musim dingin. Kuambil sweaterku dari lemari lalu keluar dari kamarku. Aku sudah berada di dunia manusia selama seratus delapan puluh hari, lima belas jam, dua puluh menit, dan lima puluh enam detik. Setiap detik yang kuhabiskan di dunia ini membuat kekuatanku semakin lemah, hingga perlahan bulu-bulu di sayapku akan mulai rontok... kemudian mati.
Walaupun aku masih jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan manusia, tapi saat ini kekuatanku sudah ketinggalan jauh dibanding dengan kaumku. Deidre. Setengah peri - setengah malaikat. Kami diciptakan berbeda dari manusia. Kami diciptakan dari unsur-unsur yang di tidak ada di dunia ini, karena itu kami tidak akan bisa bertahan jika tinggal di dunia manusia terlalu lama. Unsur-unsur itulah yang menjadi sumber kekuatan Deidre untuk bertahan hidup, seperti unsurku, Cattleya, salah satu bunga yang hanya tumbuh pada musim dingin di tempat asalaku. Bahkan di dunia Deidre, unsurku termasuk salah satu unsur yang langka. Dan sekarang aku terjebak di dunia manusia, sendirian. Sesuatu yang berbulu menabrak kakiku dengan lembut membuyarkan lamunanku, kutundukkan kepalaku melihat seekor kucing berwarna hitam yang sekarang bergelung di antara kakiku. Aku tersenyum padanya lalu mengangkatnya ke dalam pelukanku, Ia mengeong sebelum akhirnya mendengkur dengan manja di dalam pelukanku.
"Halo, hunter." Sapaku sambil berjalan menuju dapur kecil di seberang kamarku lalu membuka pintu kulkas.
"Apa yang mau kau makan hari ini?" gumamku padanya sambil men-scan isi kulkas, yang dipenuhi oleh makanan instan untuk kucing. Deidre tidak membutuhkan makanan ataupun minuman, walaupun kami masih bisa mengkonsumsinya, tapi makanan manusia tidak ada gunanya untuk kami. Hunter mengeong lalu menabrakkan kepalanya di dadaku dengan lembut. "Tuna, ok?" tanyaku sambil mengambil sekaleng tuna dari rak kulkas lalu menutup pintunya. Kuturunkan Hunter dari pelukanku lalu menuangkan seluruh isi kaleng ke dalam mangkuk milik Hunter. Aku menontonnya makan selama beberapa menit, bulunya yang berwarna hitam pekat tidak menyisakan warna lain. Kedua mata bulatnya yang berwarna abu-abu sesekali melirikku saat mengunyah tunanya. Aku menemukan Hunter tersangkut didalam saluran pembuangan sampah seminggu setelah aku datang ke dunia ini. Ia terlihat menyedihkan dengan badannya yang kurus dan basah, mata abu-abunya memadangku dengan pandangan tidak berdaya saat aku akan mengeluarkannya. Aku membayangkan perasaannya saat terjebak di dalam saluran kotor tersebut selama berjam-jam, kedinginan, sendirian dan ketakutan, menunggu seseorang datang menyelamatkannya. Lalu mulai saat itu aku memutuskan untuk mengadopsinya, setidaknya kami memiliki persamaan; di dunia ini kami sama-sama sendirian. Hunter berjalan ke arahku lalu menggosokkan badannya ke kakiku, mungkin caranya untuk berterima kasih, lalu berjalan menuju sofaku untuk melanjutkan tidur paginya.
Aku tersenyum saat melihatnya berguling di atas sofa, "Bye, Hunter." Kataku sambil mengenakan sweaterku sebelum berjalan menuju tangga untuk turun ke lantai bawah. Pemilik sebelumnya mempunyai toko bunga di lantai bawah, dan Ia memintaku untuk melanjutkannya bisnisnya setelah aku menawarkan untuk membeli tempat ini. Kurasa mempunyai pekerjaan adalah salah satu syarat untuk bertahan di dunia manusia, dan bertahan di dunia ini selama mungkin adalah satu-satunya pilihanku.