Chapter 3 : Suasana Baru

451 80 10
                                    

Tiga bulan lamanya...

Ya, Jisung mulai membiasakan diri dengan status single nya. Banyak hal yang berubah semenjak berakhirnya hubungan Jisung dan Minho. Biasanya dalam hatinya Jisung selalu merasakan rindu yang teramat, namun kali ini hatinya kosong.

Ingin sekali rasanya Jisung membalas setiap pesan yang Minho kirimkan untuknya, namun ia tahan.


Jisung tidak ingin jatuh untuk yang kedua kalinya


Jisung juga ingin sekali mencium bunga yang selalu Minho kirim ke rumahnya, namun lagi-lagi Jisung tahan.


Jisung sudah bertekad melupakan Minho, dan segala bentuk perhatian Minho padanya.


Entahlah, rasanya itu sangat sulit.

Jisung lelah, semua teman-temannya selalu menanyakan hal yang sama, alasan dibalik berakhirnya pasangan paling serasi dalam kelompok mereka.

Sepertinya akan sulit bagi Jisung untuk terbiasa.

.

.

.

Waktu berjalan, hingga akhirnya Jisung mulai memasuki wilayah barunya, jenjang peruliahan yang orang bilang sangat indah. Masa dimana kita dapat dengan mudah menemukan berbagai macam orang yang sesuai dengan kriteria yang kita idamkan. Jisung berharap banyak untuk itu.

Di masa perkuliahan ini Jisung mulai memiliki teman baru, yaitu Kim Seungmin dan Hwang Hyunjin. Mereka sangat memperlakukan Jisung dengan sangat baik. Jisung sangat merasa nyaman ketika bersama mereka.

Mengenai masalah percintaan, sepertinya Jisung mulai menemukan seseorang yang dapat menggantikan Lee Minho, Park Woojin namanya.

Awalnya Woojin hanya mencoba akrab dengannya yan diterima baik oleh Jisung, namun lama-kelamaan Woojin menunjukkan hal yang aneh. Seperti layaknya perhatian Minho pada Jisung.

Atau mungkin lebih dari itu

Perbedaan yang sangat besar antara Minho dengan Woojin bagi Jisung adalah dalam hal perhatian dan komunikasi. Bila saat bersama masih Minho, jarang sekali mereka untuk melakukan komunikasi bahkan jika Jisung pikirkan sekarang, sepertinya tiap dua minggu sekali mereka berkomunikasi, itu pun hanya sekitar 7-12 percakapan dan itu adalah yang paling cepat. Keduanya sibuk, sehingga hanya bisa melakukan chat pada malam hari, mungkin maksudnya tengah malam.

Ingat, mereka berada dalam Long Distance Relationship

Berbeda halnya saat dengan Woojin, walaupun status mereka belum jelas tapi rasanya Jisung tengah menjalin sebuah hubungan dengannya. Keduanya berada dalam lingkungan yang sama, sehingga tidak sulit untuk berkomunikasi. Juga bentuk perhatian Woojin memang besar pada Jisung. Seperti membawakan makanan ketika Jisung tengah lapar, atau membawakan tas Jisung ketika bawaan yang Jisung bawa cukup banyak. Tak jarang Woojin melontarkan kata-kata cinta untuk Jisung.


Hal sederhana itulah yang membuat Jisung mulai menaruh simpati pada Woojin.


Hingga suatu hari, semua perlakuan dan perhatian Woojin berubah. Jisung sama sekali tidak mengenal Woojin. Hari itu, Woojin sangatlah terlihat dingin. Seluruh perhatian dan kata cinta itu hilang digantikan tatapan tajam dan tak jarang Jisung mendengar umpatan-umpatan kasar.

Hingga akhirnya, Jisung menemui Woojin untuk menanyakan alasan atas sikapnya. Siapa tahu Jisung memang memiliki kesalahan yang cukup fatal yang menyebabkan Woojin marah. Hingga akhirnya Jisung menemukan suatu fakta yang membuat hati Jisung kembali pecah hingga berkeping-keping. Dengan tatapan sendu yang menyiratkan kemarahan Woojin membentak


'Ya, kau memiliki kesalahan. Kesalahanmu amat besar. Kau menolak cintaku,



Sehingga aku kalah dalam taruhan'.

Dengan seluruh emosi dalam hati, Jisung yang lemah lembut berani menampar seorang Park Woojin dengan keras dan meninggalkan gudang kampus tempat mereka bertemu dengan lelehan air mata yang terus mengalir.


Jadi, selama ini ia dipermainkan? Lagi?


Jisung patah hati, kembali


Jisung membutuhkan sebuah pelukan penenang


Jisung menginginkan pelukan Minho

Jisung berlari cukup kencang, masih dengan air mata yang mengalir deras.


GREP

Hingga seseorang menangkap tubuh Jisung dan memeluknya dengan sangat erat. Beruntung hari sudah sore, waktunya kampus mulai sepi. Bisikan orang itu membuat tangisan Jisung semakin kencang, disisi lain ia merasa dilindungi. Jisung mengeratkan pelukannya pada orang itu.

"Menangislah, sekencang apapun hingga kau merasa lebih baik. Aku ada disini, untukmu".




"H—Hyunjin-ah!!"

.

.

.

To Be Continue

Ada yang masih inget sama book ini? Iya maaf ya, ternyata dunia perkuliahan memang tidak seperti yang dibayangkan masa SMA, walaupun ada jam kelas tapi gak bisa meluangkan waktu buat lanjutin. Maaf ya *bow*

Chapter selanjutnya mulai masuk konflik yang jauh lebih besar lagi. Mohon supportnya ya dengan klik bintang di ujung kiri dan comment.

Love,

Nakayumii

You Were Beautiful [MinSungHyun] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang