Berdiri berpulu-puluh menit bersama belasan ekor binatang berbulu, memang bukan suatu hal yang wajar dilakukan oleh pria semuda Morgan. Sesungguhnya yang memiliki kebiasaan tak wajar bukan hanya Morgan, Mika juga demikian. Jika setiap pagi Morgan sibuk dengan kelinci dan seember sayuran segar yang dijinjingnya, maka Mika selalu ada di sana berdiri di depannya atau di sampingnya, selalu dengan pose yang sama_ berkacak pinggang dan selalu memprotes atas betapa tidak manusiawinya sikap kekasihnya yang acuh luar biasa. Tentu Morgan tidak terlalu memperdulikan ocehan Mika yang membenci kebiasaannya setengah mati, juga pendapat kedua orang tua mereka yang selalu resah dengan pertengkaran putra putri mereka.
Mika baru saja keluar dari pintu rumahnya, di sebelah rumah Morgan dan hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 detik untuk berdiri di hadapan lelaki itu.
Mika berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Wah wah wah! ternyata masih belum move on juga dari hobi kamu yang aneh ini."
Morgan melirik gadis itu dengan ekor matanya. Jujur dia terkejut melihat penampilan Mika yang tak biasa. Jika senin sampai jumat Morgan mendapati Mika selalu setia dengan setelan kantornya. Di akhir pekan Morgan disuguhi pemandangan berbeda dalam acara 'protes rutin pagi' itu Mika melabraknya dengan hanya menggunakan kaus belel dan celana pendek serta rambutnya yang acak-acakan. Namun pagi ini Mika kelihatan begitu cantik. Sudah mandi dan__cantik. Pokoknya cantik. Namun tidak ada kata-kata pujian sama sekali.
Samar-samar Morgan mencium aroma parfum. Akan pergi kemana dia? Mengajaknya berkencan? Jalan-jalan? Morgan menyeringai lebar. Tentu tidak akan semudah itu, Morgan akan jual mahal. Lelaki itu tersenyum licik benaknya dipenuhi rencana-rencana untuk mengerjai Mika.
"Morgan bisa berhenti dulu gak ngumpanin kelincinya? Aku minta baik-baik nih!" Mika mulai sewot. Dan memang selalu begitu jika keberadaannya diabaikan. Mungkin sudah takdir Tuhan dirinya dianugerahi pacar yang sifatnya cuek keterlaluan.
"Apaan sih?" Ucap Morgan datar.
"Lihat aku dulu dong!"
Morgan berdiri dengan malas. Menarik diri beberapa centi lebih dekat dengan gadis itu. "Nih udah gue liat. Puas lo?" Morgan menoyorkan kepalanya dengan kedua mata melotot.
Mika mengenakan dress selutut berwarna biru tua kelihatan begitu anggun. Rambut lurusnya dibiarkan tergerai membingkai wajahnya yang sedikit chubby. Diam-diam Morgan terpana memandangi Mika.
"Ih ga usah deket-deket juga kali! Lo belom mandi kan?" Mika mendorong Morgan pelan.
"Sembarangan aja! Udah kok. Tapi kalo lo mau ngajak gue jalan, sorry gue ga bisa soalnya gue sibuk."
Mika menyilangkan kedua tangannya di dada. "Denger ya Morgan ga ada juga tuh yang mau ngajak jalan orang sesibuk kamu."
"Lah terus?"
Gadis itu tersenyum dengan mata berbinar. "Menurut kamu aku udah cantik belum?" Mika berputar memamerkan dress selututnya. Namun mata Morgan malah lebih fokus ke arah paha Mika yang kelihatan ketika roknya sedikit terangkat. Dasar laki-laki!
"Gimana? Cantik ga?"
Banget. "Ya. lumayan."
Kata 'lumayan' biasanya menimbulkan pertumpahan darah. Namun tiba-tiba Mika mengecup pipi Morgan yang jarang sekali dilakukannya.
"Terimakasih ya. Bye!" Mika segera berlari meninggalkan Morgan dengan riang. Moodnya sedang baik, Morgan tidak tahu apa sebabnya.
"Tunggu! Kamu belum bilang kamu mau kemana?" Morgan menebak itu bukanlah sesuatu hal yang bagus.
"Nonton bioskop." Jawab gadis itu.
"Nonton bioskop sendirian?" Morgan mencibir.
Menanggapi sikap menjengkelkan Morgan, Mika balas mencibir. "Ya enggak lah! Berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
(CERPEN) My Cringe Boyfriend
Short StoryApril 2019 #1st rank (kategori cerpen remaja) #40th rank (kategori teenager) -------------------------- "Morgan, ini apa??" Mika menatap Morgan dengan mulut setengah terbuka dan mata berkaca-kaca. "Orang dengan wawasan terbatas juga harusnya tau ini...