"TIGA"

108 19 9
                                    

Happy reading:)

Sehabis mengantar Michella pulang, Arion memutuskan untuk pulang kerumah. Dengan kecepatan diatas rata-rata Arion mengendarai motornya membelah jalanan Jakarta. Hari ini cukup senggang, tidak ada macet seperti biasanya sehingga tidak menghalangi ia untuk berkendara seenaknya. Umpatan demi umpatan ia dapatkan dari pengendara lain yang terganggu karna aksi seenaknya Arion dalam mengendarai. Tetapi bukan Arion namanya jika menghiraukan umpatan orang lain, dia tidak peduli dengan orang-orang yang merasa kesal karnanya.

Setelah sampai dirumah, Arion masuk dan mendapati ayahnya yang sedang menonton televisi diruang santai keluarga.

"Siang pah" sapa Arion membuat papahnya yang sedang fokus menonton televisi teralihkan karena sapaan anak semata wayangnya.

Pria paruh baya tersebut Fernan Mateo Shaquille, diusianya yang sudah tidak muda lagi tetapi tidak menutupi ketampanannya itu tersenyum tipis "Siang boy".

"Arion kekamar ya pah".

Fernan mengangguk, menatap punggung anaknya yang mulai menjauh.

Arion menaiki tangga menuju kamarnya, sampai dikamar ia langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang king size miliknya. Ia menatap langit-langit kamarnya, bayangan tadi saat ia bersama Michella memutari kepalanya. Arion tersenyum miring memikirkannya.

"Bagaimanapun caranya lo harus jadi milik gue" batin Arion.

Entah perasaan apa, ia pun tidak mengerti. Yang pasti ia hanya ingin memiliki Michella, sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal semacam ini pada cewek lain. Rasa obsesinya kepada Michella membuat ia amat sangat ingin mengurung Michella bersamanya dan menatapnya terus menerus.

Begitulah Arion si cowok arogan, apa yang ia inginkan harus terpenuhi bagaimanapun caranya.

------

Dilain tempat, Michella sedang duduk di sofa santai Taman belakang rumahnya, ia memikirkan siapa yang menerornya semalam. Michella tidak mengerti apa yang membuat orang tersebut menerornya. Bahkan sampai saat ini Michella tidak pernah memiliki masalah apapun dengan siapapun.

Hingga suara ponsel Michella membuyarkan lamunannya, tertera nama Alvino kakaknya dilayar ponsel Michella. Dengan senang hati ia mengangkatnya.

"Halo bang"

"Halo my princess, i miss you so much" sapa kakaknya diseberang sana, Alvino memang terkesan dingin tetapi beda cerita jika dengan adiknya. Dia akan menjadi sosok yang sangat menyenangkan, sosok yang hangat. Berbeda jauh dengan dia yang memperlakukan orang lain.

"I miss you too, abang kapan pulang?" tanya Michella.

"Entahlah, abang lagi sibuk banget akhir-akhir ini". Helaan nafas lelah Alvino membuat Michella semakin ingin bertemu dengan abangnya, hanya dengan abangnya dia menjadi gadis yang ceria. Bahkan dengan Vita sahabatnya pun dia tidak bisa seceria saat dengan abangnya.

"Baiklah kalo udah ngga sibuk, cepat pulang ya bang".

"Yeah princes, kalo gitu sudah dulu yah, abang harus melanjutkan berkas-berkas yang harus abang tandatangani. Jaga diri baik-baik" kata Alvino.

Sebenarnya Michella sangat ingin memberitahu Alvino kakaknya tentang teror tersebut, tetapi ia tidak ingin membebankan kakaknya, membuat kakaknya kepikiran.

Tetapi ia akan bercerita dengan Vita, mungkin dengan bercerita dengan Vita ia akan sedikit lega.

Tadi pagi saat ia membuka pintu, bangkai ular itu sudah tidak ada. Michella bertanya dengan pembantu dan satpam rumahnya tetapi tidak ada yang mengetahui, mereka bilang tidak ada apa-apa depan pintu rumahnya. Ia mengerinyit bingung, kenapa tidak ada. Michella sangat yakin jika ia melemparnya begitu saja. Entahlah memikirkan itu membuat kepala Michella serasa ingin meledak.

MichellaRionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang