"SATU"

169 30 20
                                    

Happy reading:)

Seperti biasa pagi-pagi sekali Michella sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia keluar kamar menuruni tangga menuju ruang makan. Saat diruang makan, seperti biasa ia selalu sarapan sendiri, papah dan mamah sudah lama meninggal sejak ia berumur 6tahun akibat kecelakaan mobil saat hendak menuju rumah dari bandara.

Saat itu hari libur, Michella dan kakaknya Alvino Putra Geraldino sedang menunggu papah dan mamahnya pulang dari New York. Ia dan kakaknya sudah membuat surprise untuk mamahnya yang sedang ulang tahun pada hari itu, tiba-tiba telepon rumah berdering, Alvino kakaknya mengangkat dan telepon itu dari pihak rumah sakit mengabarkan bahwa ayah dan ibunya kecelakaan.

Bagai tersambar petir disiang hari, Alvino menghampiri adiknya sambil menangis. Alvino langsung memeluk Michella yang terdiam bingung tidak mengerti mengapa kakaknya menangis "abang kenapa? Kok abang nangis?" tanya Michella bingung.

"Mamah dan papah kecelakan chel, kita harus cepat kerumah sakit" ajak Alvino menggandeng Michella adiknya untuk menuju ke rumah sakit. Michella kecil menangis dipelukan kakaknya, supir yang sedang mengendarai mobil prihatin mendengar anak dari majikannya menangis pilu.

-------

Sesampainya di Rumah sakit Michella dan Alvino langsung diarahkan keruang UGD. Disana papah dan mamahnya terbaring lemas dengan banyaknya alat medis yang menempel ditubuhnya dan elektokradiogram yang menandakan detak jantung.

Michella terus menangis di pelukan Alvino kakaknya. Tangisan pilu seorang gadis kecil berumur 6tahun akan membuat siapa saja yang mendengar akan merasakan apa yang sedang dirasakannya, Alvino terus berusaha menenangkan adiknya, walau sebenarnya dia pun sama hancurnya dengan Michella.

Michella menuju brangkar mamahnya, dia memeluk mamahnya erat serta mencoba membangunkan mamahnya. Meski hasilnya nihil dia masih terus mencobanya, tangan kecilnya menggengam tangan mamahnya "Hiks...mah bangun mah, Ichel dan abang sudah menyiapkan surprise ulang tahun untuk mamah". Setelah dirasa tidak ada respon dari mamahnya, ia menuju brangkar papah nya dan berkata "Pah, papah pasti bangun kan? Papah sudah janji akan mengajarkan Ichel naik sepeda".

Papahnya pun sama tidak menjawab, akhirnya Michella mendekati kakaknya dan mengajak kakaknya untuk berdoa agar papah mamahnya lekas sembuh "Bang, ayo kita berdoa Ichel yakin kalo kita berdoa papah dan mamah pasti cepat sembuh. Ayo baanggg" ia menarik tangan abangnya menuju masjid yang berada dirumah sakit.

Selesai berdoa ia dan kakaknya menuju UGD papah dan mamahnya, seorang berpakaian putih khas dokter keluar dari ruangan.

"Gimana dok kondisi mamah dan papah saya??" tanya Alvino

Dokter itu menarik nafas dan mengeluarkannya, ia menatap Alvino dan Michella bergantian dengan tatapan sendu "Maaf saya tidak bisa menyelamatkan mamah dan papahmu".

Alvino menangis dan langsung memeluk adiknya yang masih terdiam "Bang dokter itu bohong kan bang??" tanya Michella memastikan. Kakaknya hanya menggeleng lemah, Michella melemah dipelukan kakaknya, ia menangis histeris. Alvino memeluk erat adiknya, dia juga menangis masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

Ia membawa Michella menuju mamah dan papahnya yang sudah terbaring kaku serta elektokradiogram yang menandakan bahwa pasien sudah tidak bernyawa.

-------

Michella tersadar dari lamunannya barusan, ia melanjutkan sarapannya. Alvino kakaknya sedang mengurus perusahaan mendiang papahnya di New York, hanya akan pulang beberapa Bulan sekali, itupun jarang karna kesibukannya.

MichellaRionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang