#Prolog

41 2 0
                                    

Jatuh cinta tidaklah sulit, yang sulit adalah orang yang kita cintai juga mencintai balik. Cinta juga mudah di rangkai namun juga mudah untuk dipatahkan layaknya sebuah bingkai indah, yang masing - masing sisinya satu sama lain berhubungan, tanpa ada kerenggangan yang memisahkan. Namun selalu saja ada cara untuk meretakkan bingkainya, menjatuhkannya ke lantai dan membuat bingkai itu hancur.

" shani, mau pulang bareng ga?" tanya indra saat berjalan menuju parkiran kampus, berharap ajakannya kali ini di terima.

" eum- gimana yah dra, kebetulan hari ini papah ga bisa jemput sih.." jawab Shani, sepertinya dia akan menerima ajakan indra kali ini. Lagi pula awan sudah menampakan wajah cemberut nya, jika telat sedikit saja mungkin hujan juga akan segera turun.

Hati Indra kian bahagia, senyum tipis di wajahnya menandakan kalau keberhasilan kali ini ada di depan mata.

Tiba-tiba datang sebuah mobil mewah, keluaran terbaru sepertinya. Bahkan bisa jadi belum dijual di pasaran.

"tin-tin " suara klakson mobil tersebut, sedikit mengagetkan Shani dan Indra.

Dibukanya jendela mobil tersebut.

"shan, ayo pulang. Ayah kamu minta aku buat jemput kamu.." ucap seorang pria dari dalam mobil mewah itu, kelihatannya sedikit lebih tampan dan rapi dari Indra, dia juga seumuran dengan Shani dan Indra. Hanya saja, brewok di sekitar pipi sampai dagu terkesan membuatnya seperti mafia italia. Mungkin brewoknya sampai ke area dada membentuk pola sandi morse.

Perempuan itu pun menengok dan tampak bingung.

"maaf, tapi hari ini saya dijemput suami saya.." jawab perempuan ini dengan keheranan, ternyata perempuan ini salah seorang dosen di kampus Shani dan Indra kuliah.

Mobil mewah dan bagus tak menjamin kecerdasan pengemudinya..

"Reno, Ren! Sini, di sebelah sini.." teriak Shani, tak jauh dari tempat mobil itu berhenti

" maaf, shan aku kira tadi kamu. Yaudah, yuk kita pulang. Tadi ayah kamu minta aku buat jemput kamu, aku bela-belain dari bandara langsung ke kampus buat jemput ini.." jawab pria ber-brewok dengan mobil mewah ini, namanya Reno.

Indra masih bingung, dia bingung lantaran dia harus bahagia atau sedih. Karena usahanya mengajak Shani pulang bersama gagal kembali sepertinya. Dilain hal, dia tak rela juga perempuan yang dia sayangi terpapar polusi udara karena berboncengan sepeda motor miliknya. Lebih baik naik mobil, aman dan nyaman ucapnya dalam hati.

"eum- maaf yah dra, aku udah ada yang jemput.." ucap Shani, sedikit tak enak dengan Indra.

Reno si Brewok yang necis ini pun segera membukakan pintu mobil untuk Shani, sudah tampan, rapi, wangi dan romantis. Pantas dengan Shani yang cantik, putih, manis, tinggi, smart.

Berkacalah kau Indra.

Sebelum pergi, Shani dari dalam jendela mobil memberikan senyumannya kepada Indra, entah apa maksudnya. Yang jelas, hati Indra merasa sedikit lebih baik ketika mendapatkan senyum itu. Bagai luka robek 15 centimeter, diberi satu tetes obat merah.

Tak apalah, tak bisa mengantarkannya kali ini, setidaknya ada sekantung senyum yang bisa dia bawa pulang.

Senyum Shani kian hilang berbarengan dengan menjauh nya mobil yang ditumpangi si brewok dan Shani. Ada rasa yang aneh saat itu, tak bisa digambarkan dan dijelaskan bahkan oleh hati Indra sendiri. Indra tahu, dia tak pantas memiliki rasa itu karena Indra bukan siapa-siapa Shani. Tapi, hati kecilnya entah patah atau tergores, yang jelas sore itu hati Indra tak tentu arah.

Senyum tipis mewarnai wajah Indra sore itu...

Jika cinta mudah untuk di patah kan, kenapa masih saja ada orang orang di luar sana yang terus mencari cintanya. Tanpa takut hatinya lelah dan retak karena sering dipatahkan? Hal yang sama terjadi pada belalang sembah jantan, ketika sang jantan menemukan pasangannya kemudian kawin, belalang betina akan memangsa si jantan. Ya, isitilah habis manis sepah di buang mungkin berlaku pada hewan ini.

Belalang sembah betina akan memakan kepala sang jantan, yang menarik bukan pada ketegaan sang betina memakan sang jantan, tapi mengapa sang jantan rela berkorban? Sudah tau mau dimakan kepalanya, tapi tetap berani untuk jatuh cinta. Seakan dia hidup hanya untuk dimakan oleh pasangannya kelak.

Bucin sekali kamu belalang.



sampe sini dulu ya, dilanjut minggu depan hehe :)

kalau bisa minta saran dan kritiknya, karena saya masih pemula dalam hal menulis.. terimakasih..

LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang