TIGA

24 15 2
                                    

"Eh kamu kenapa nangis? Jangan nangis dong yah jangan. Nanti dikira aku ngapa-ngapain kamu lagi." Tenang Jodi. Ia berusaha mengusap air mata si manis. Namun si manis mencekal erat tangan Jodi.

"Aku mau pulang, jangan ngikutin yah!" Tegas si manis. Lalu dia beranjak dan berjalan cepat entah kemana.

Jodi seperti terhipnotis. Ia terpaku selama beberapa detik dan sadar bahwa kini ia sendirian di trotoar itu. Lalu Jodi memutuskan untuk pulang.

Keesokan harinya lagi, Jodi bersama Beno kembali ke tempat itu. Lagi-lagi mereka menemukan si manis yang sedang duduk di trotoar. Kini si manis mengenakan dress tanpa highheels. Si manis telanjang kaki.

Jodi yang kaget berpura-pura biasa saja. Ia menghampiri si manis yang ternyata dari tangannya keluar tetesan darah segar.

"Lho, kamu kenapa manis? Ini tangan kamu darah, harus cepet di obatin ini. Ikut ke kontrakan aku yuk?" Ajak Jodi.

Si manis menggeleng. Ia kemudian mengusapkan darah dari tangannya itu kepada mukanya sendiri. Dan kini muka si manis berlumuran darah yang tanpa Jodi sadari, darah itu kian membanyak di muka si manis.

Beno tidak bisa melihat apapun, sementara Jodi kini jantungnya berpacu dengan cepat. Tiba-tiba sebuah cahaya yang sangat terang menyilaukan mata Jodi. Ia berteriak dan saat cahaya itu hilang, si manis sudah berubah menjadi wajah Beno.

"Aahhh, lu ngapain sih disini?!" Pekik Jodi. "Si manis mana?" Tanyanya.

Beno terdiam seribu kata. Kemudian dari samping Beno muncul sosok yang waktu itu Jodi tabrak di zebra cross. Iya, mirip sekali dan juga mengenakan dress elegan layaknya artis.

"Kamu serius melihat penampakan si manis di trotoar?" Tanya wanita itu.

Jodi mengangguk-angguk. "Pe..pe-nampak..kan?" Tanya Jodi tebata.

Wanita itu mengangguk lesu. "Itu adik saya, si manis. Dia sudah meninggal ditabrak lari di trotoar sana 40 hari yang lalu. Saya bisa ngerasain kalo si manis lagi nampakin wujud ke orang lain. Tadi saya gak sengaja liat kamu pingsan di trotoar dan saya berniat mau ngejelasin semuanya."

Jodi terpaku. Ingatannya muncul pada kali pertama ia bertemu si manis dengan baju yang memang sedikit robek dan kucel. Apa itu baju yang di pakai saat kejadian tabrak lari. Dan tadi, darah di mukanya..?

"Maaf sebelumnya ya. Si manis memang sering menunjukkan diri di trotoar. Dia pengen ada orang yang ngajak dia buat pergi dari tempat itu. Saya sendiri gak bisa buat ngobrol sama dia. Dan kamu satu-satu nya orang yang bisa buat si manis jadi tenang sekarang. Makasih ya, Jodi."

Hati Jodi mencelos. "Ja..jadi, si manis itu udah meninggal?" Tanya Jodi tak percaya.

"Iya."

Jodi terbungkam. Sepeninggal wanita itu, ia buru-buru membereskan baju nya dan mengajak Beno pulang ke desa. Jodi mungkin trauma dan masih tidak percaya dengan apa yang di alaminya.

"Jod, gue juga kaget banget denger ini. Tapi kenyataan nya emang kaya gitu." Tukas Beno saat mereka berada di dalam bus.

Beno hanya terbengong sepanjang perjalanan. Menimang-nimang namanya yang baru saja ia sadari ada kaitannya dengan kejadian itu.

"Jodi, Jomblo di tinggal mati." Gumam Jodi.

"Eh Jod liat sana!" Pekik Beno histeris sambil menunjukkan ke arah kirinya.

"Si manis di Trotoar."

¤¤¤

-Selesai-

Si Manis Di Trotoar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang