Knight In Another World ✔️

Bab 15: Nightmare

Bab 15: Nightmare 

Suara isakan memenuhi ruangan. "Aku adalah seorang pengecut yang tidak bisa melindunginya. Aku melarikan diri sendiri." Suara Matthias sangat menyesal dan penuh penyesalan. Tangisannya membuat matanya bengkak dan napasnya terasa berat.

Dylan tersentak dari kesurupannya, dia mengepalkan tinjunya dengan erat dan wajahnya terdistorsi dengan kesedihan yang menyakitkan. Dia secara paksa menekan amarah dan keputusasaan yang menumpuk di dalam dirinya dan menghibur teman baiknya. "Jangan mengagitasi lukamu. Aku juga tidak ingin kehilanganmu." Suaranya lembut dan hampir terdengar seperti permohonan.

"Aku berjanji padamu bahwa aku tidak akan membiarkan bahaya datang ke jalan Sherry. Aku berjanji namun dia malah melindungiku." Matthias menutupi matanya dengan lengannya dan melanjutkan setelah menenangkan dirinya. "Sementara kita melarikan diri, Sherry melantunkan mantra teleportasi tetapi pada akhirnya dia menggunakannya hanya untukku. Dia bisa menyelamatkan dirinya sendiri, dia bisa selamat tetapi dia malah memilih untuk menyelamatkanku." Suara Matthias penuh dengan kesedihan dan rasa syukur. Aku berbicara dan sedikit marah.

"Kedengarannya seperti hal Sherry yang harus dilakukan." Gumam Dylan. Sherry memiliki hati yang murni dan tidak ternoda. Dia suka membantu orang dan merasa tertekan ketika dia melihat orang lain kesakitan. Dia benar dan tidak mementingkan diri sendiri, terlalu tidak mementingkan diri sendiri. Marahnya banyak kesukaran telah mengajarinya untuk tidak begitu percaya dan tidak mementingkan diri sendiri tetapi tampaknya pada saat terakhir, dia masih berpegang teguh pada kepercayaan ini. Sangat mengagumkan dan menyedihkan bahwa itulah yang menyebabkannya kehilangan nyawanya.

Keheningan menimpa ruangan. Kedua pria itu tenggelam dalam pikiran mereka dan tidak berbicara.

"Kami berlari ke Hutan Great Mori. Bawa pulang sebelum terlambat." Matthias tiba-tiba berkata, memecah kesunyian. Dia kemudian menyerah pada kelelahan yang disebabkan oleh luka-lukanya dan mantra pemulihan yang menyembuhkan mereka.

"...Terima kasih." Dylan berbisik pelan dan meninggalkan ruangan. Ketika dia tiba di luar, Dylan memasukkan dua jari ke mulutnya dan bersiul.

Embusan angin kencang bertiup di sekitar Dylan, membentuk badai. Rambut dan pakaian Dylan berkibar ketika seekor burung besar tiba-tiba muncul di depannya, berusaha dimanjakan. Burung itu lebih besar dari Dylan, kepalanya sendiri lebih besar dari batang tubuh Dylan.

Dylan menggosok bulu putih-hijau burung yang indah itu. Dia memeluk kepalanya dan berbisik padanya. "Apakah kamu keberatan membawaku ke Hutan Mori Besar?"

Burung raksasa itu bernyanyi dengan lembut sebagai balasan. Itu merasakan suasana hati Dylan yang buruk dan tidak ingin membuatnya marah lebih jauh. Itu menurunkan tubuhnya sehingga Dylan bisa melompat dengan mengepakkan sayapnya. Angin kencang dihasilkan, pohon-pohon bergetar seperti mereka akan jatuh. Burung dan Dylan lepas landas, terbang ke kejauhan dengan kecepatan tinggi. Sebuah penghalang dilemparkan di depan Dylan untuk melindunginya dari angin keras dan udara dingin. Mereka tiba di hutan yang membutuhkan waktu dua hari untuk dijangkau dengan kereta hanya dalam sepuluh menit.

Keduanya mendarat di depan hutan. "Terima kasih." Dylan berterima kasih ketika dia melompat. Burung itu bernyanyi sebagai balasan dan berubah menjadi versi yang lebih kecil dari dirinya sendiri. Penampilannya yang megah terlihat jauh lebih manis sekarang, kecil dan bundar. Burung itu melompat ke kepala Dylan dan membuat sarangnya. Dylan tidak keberatan dan tidak memedulikannya. Dia berjalan ke hutan yang tenang, mencari tanda-tanda yang akan membawanya ke Sherry.

Setiap kali dia melihat potongan baru dibuat di pohon dan lantai hutan, perasaan pahit akan membanjiri dirinya. Dia mengerutkan kening dan terus berjalan. Akhirnya, tanda-tanda itu menjadi lebih ganas, tanda-tanda hangus akan muncul sesekali dan darah juga bisa terlihat. Dylan mengidentifikasinya sebagai darah manusia.