18. Hospital.

241 15 1
                                    

*Aero's P.O.V*

Gue mendapat kabar kalau nanti malam gue diminta Papa untuk pulang ke rumah. Kita perlu membicarakan sedikit proyek dan memasukkan data untuk beberapa pertandingan tahun depan.

Suara langkah kaki pelan membuat gue mendongak dari ponsel. Sosok Raina muncul ke ruang makan. Dia tampak cantik namun tomboy dengan pakaian kasualnya. Raina meletakkan ransel kecilnya di kursi seberang gue.

"Sorry lama." Ujarnya sembari melangkah menuju kulkas besar, mencari makanan mungkin.

"Its okay. You look stunning." Jawab gue sambil tersenyum. Raina menokeh ke gue dan bisa gue lihat pipinya merona.

"What do you want ? Yoghurt with granola ? Or should i make you bacon and egg ?" Tanyanya sambil kembali melirik isi dalam kulkas.

"Yang gampang gampang aja. Aku jarang sarapan." jawabku karena gue yakin selera makan Raina enggaklah buruk.

"Okay." Jawabnya mengeluarkan tiga butir telur dan beberapa slice beef bacon. Dia berjalan ke arah kompor dan meletakkan bahan bahannya di dekat sana.

"Non aduh, non. Maaf ya, koki kita tadi baru izin absen sama Mbok jadi enggak ada yang masak. Udah non duduk aja sama si aden Mbok yang masak ya." Gue dan Raina spontan menoleh ke arah pintu masuk ruang makan. Tampak disana perempuan paruh baya tegopoh gopoh memasuki ruangan.

"Mbok Jum ? Baru balik yah ?" tanya Raina kaget. Kepala Asisten Rumah tangga kakak beradik Gianfortoni bersaudara itu menghampiri Raina.

"Iya Non, Mbok baru kembali. Yaudah sana Non duduk aja tunggu sama Den Aero. Mbok yang bikin sarapannya. Ini mau diapain telurnya ? Di dadar ? Di rebus ? Mata sapi ? Omelet ?" Gue dan Raina tertawa menanggapi pertanyaan Mbok Jum yang super lengkap itu. Mbok Jum malah tidak menanggapi apa apa tetapi mengambil peralatan memasak.

"Aku mau di poached aja Mbok. Beef baconnya 3. Kak mau digimanain telurnya ?" Raina menoleh ke arah gue.

"Omelet sounds good. Beef baconnya ngikut kamu aja." Jawab gue.

"Siap Non, Aden. Lima menit ya!" Kata Mbok Jum dilanjutkan memasak dengan cekatan Raina terkekeh dan menghampiri kursi di hadapan gue dan duduk.

Kita berdua sibuk dengan ponsel masing masing. Setelah beberapa detik gue baru ingat kalau nanti malam gue gak jagain Raina disini kalau Revan belum juga balik.

"Babe," panggil gue yang membuat dia mendongak dari ponselnya. "Aku nanti malem disuruh pulang sama Papa. Ada urusan. Revan bilang ga mau balik kapan ?" Tanya gue ke Raina. Ada sekelebat tatapan kecewa darinya.

"Oh yaudah,gapapa kok. Lagian udah ada Mbok Jum kan di rumah jadi aman. Nothing to worry." Jawabnya lembut. Gue menghela nafas pelan.

Gini nih. Susah buat percaya sama orang lain buat jagain Raina lagi. Manalagi si Revan cuek banget gak mau jagain adenya sendiri. Heran gue.

"Kak.. kok ngelamun deh ? Udah gapapa, Rai bisa dijagain Mbok Jum. Ya kan,Mbok ?" Tanya Raina ke Mbok Jum yang sekarang mengulurkan piring berisi sarapan kita ke hadapanku dan Raina.

Gue menatap Mbok Jum dan Raina bergantian.

"Iya,Den. Mbok bisa jagain si Non loh itu security di rumah juga banyak." Kata Mbok Jum yang sekarang berdiri di sisi meja makan. "Ini Mbok ke belakang dulu ya. Mau kasih tugas sama yang di belakang. Permisi,Non, Aden." Gue dan Raina mengangguk kompak sebagai jawaban.

"Kak, udah lah. Dont be worry so bad. I can protect myself. Aku janji." Kata Raina sambil menatap gue tegas.

Gue akhirnya menghela nafas. "Okay, aku percaya sama kamu. Tapi kalo ada apa apa langsung kabarin aku. Janji ?" Gue mengulurkan kelingking kanan gue.

OCEANS vs CONTINENTS | Aero Aswar.Where stories live. Discover now