Suara riak meriah gembira terdengar menggema ke seluruh penjuru desa Eld.
Obor dan api unggun yang menyala di malam hari nampak sungguh menyilaukan sampai-sampai aku lupa kalau kami sedang berpesta.
Ayah dan Ibu kini telah pergi dengan membawa perlengkapan mereka bersama dengan paman George dan para paman pemburu lainnya.
Sedangkan para penduduk desa lainnya kini sedang berlarian mengelilingi api unggun yang terbuat dari kayu balok dan tanah liat dengan obor di tangan mereka.
Satu-satunya adik perempuan ku nampak kecapaian dan kini telah terbaring di dekat api unggun bersama dengan bibi Rose.
"Aghhh!!!" Sorakan riah paman petani yang sering kulihat mulai nampak terdengar dari belakang ku.
Tanpa perlu melihat sekalipun aku tahu, kalau paman itu sungguh bersenang-senang di dalam pesta ini.
Apakah pesta panen di ibukota juga semeriah ini? Ingin sekali aku ke sana sekali-kali dalam hidup ku.
Ibu pernah bilang, jika sedang ada festival pasti akan ada api unggun dari balok kayu, jalan-jalan yang biasanya gelap akan menjadi terang benderang, suara riuh gembira orang-orang dapat terdengar di mana-mana.
Tak di ragukan lagi.
Ini adalah festival yang dibicarakan ibu waktu itu.
Benar-benar festival yang besar.
Sangat besar, sampai-sampai para penduduk desa membakar rumah mereka dan berlarian ke sana-ke mari sampai mereka kehabisan nafas mereka.
[Hei!]
"Ah, paman George sudah kelelahan yah?" Ucap ku sembari melihat paman George bersama dengan palu besarnya sedang bersandar di pohon Resmè dengan tangan yang dicat merah.
[Hei! Kau mendengar ku kan! Kalau kau mendengar ku lakukan sesuatu! Jika kau tidak bangun kau akan mati!]
Suara hentakan yang tak kukenal mulai terdengar semakin mendekat dari belakang ku. Apakah itu suara drum yang dikatakan ibu saat itu?
Aku benar-benar ingin sekali melihat penabuh drum berpakaian militer seperti yang sering sekali ibu katakan.
[Apa yang kau lakukan!! Cepat menyingkir dari sana! Dia akan memakan mu!]
Ketika suara drum yang semakin lama semakin mendekat itu berhenti, aku mulai merasakan tubuh ku tertutupi oleh bayangan yang tak kukenal. Cairan lengket yang mulai menetes sedikit demi sedikit ke permukaan mulai membuat tanah kasar terlihat agak lembab.
Apakah ini bayangan yang dibuat oleh boneka parade?
[Ahhh!!! Kenapa di saat aku sudah selesai dengan tugas yang menyiksa selalu saja ada hal bodoh yang terjadi!! Apakah tak ada yang bisa kulakukan!!]
Melihat ke arah belakang, aku dapat melihat seekor kadal raksasa dengan api unggun yang menyelimuti sisiknya.
Api yang nampak tak natural itu sedikit memberi ku perasaan merinding. Namun, aku tak takut apapun. Lagipula, api unggun yang berada pada boneka itu adalah sesuatu yang bisa diciptakan dengan trik sihir.
[Kau! Kau yang memaksa ku melakukan ini! Jangan panggil aku seorang jenius jika tidak bisa melakukan hal seperti ini!!]
Dengan tatapan yang membara, kadal api itu mulai membuka mulutnya lebar-lebar.
[King Saber Magia actived. Due Higher Authority now you can summon Saitherlux.]
[Higher Authority reducing Ellen body Authority into 45% now Higher Authority can control over Ellen via controller.]
[Higher Authority unlocking all Saitherlux weapon skill.]
[Absolute order from Higher Authority. Ellen body control is now restricted.]
[King Saber Magia, summoning Saetherlux]
[Entering Saetherlux weapon stance]
"Aku tak tahu apa yang terjadi sebenarnya terjadi di sini... Namun, untuk saat ini aku tahu satu hal. Kau harus mati."
AN : Mohon maaf karena write block saya yang agak lama, projek ini saya gunakan sebagai bahan rehabilitasi saya agar bisa kembali mendapatkan sensasi yang dulu saya punya. Untuk projek projek yang lain, mungkin saya akan usahakan sebisa mungkin. Niatnya sih, projek ini bisa keluar 3 chapter seminggu, paling sedikit seengaknya 1 seminggulah. Sekali lagi saya benar-benar mohon maaf sebesar-besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapatism
FantasyKenalkan nama ku Ellen, seorang gadis desa yang biasa kau temui di manapun! Aku tinggal bersama ibu dan ayah ku di desa Eld. Bersama kami tinggal sembari membantu seluruh penduduk desa! Ketika ada mahkluk magis, kami berlari ke sana kemari sembari m...