Prolog - Part 1

17 3 0
                                    

hailoo semuaa!
ini cerita dibuat dengan jiwa dan raga.
belajar mengingat-ingat masa lalu juga, hehe.
jadi, jangan lupa vote comment yaa.
Stay Tune gengs.

.

Dyah POV

Aku memasuki kelas 9 tahun ini. Dan hari ini adalah hari pertama masuk kelas baru dan teman baru. Aku melihat daftar nama yang ditempel di kaca kelas.

"oh. pasti ini cukup mudah untuk mendapat nilai bagus." pikirku.

.
.
.

Saat sudah cukup lama aku di kantin, aku mencoba melihat ke arah kelas dan ternyata kelasku sudah terisi, bahkan wali kelasku pun disana.
Aku pun berlari ke arah kelas lalu mengetuk pintu kelas.

Tok Tok Tok..

"ya, masuk."

"maaf bu sa--"

belum selesai aku berbicara, wali kelasku memotong pembicaraanku.

"iya duduk disitu." dengan telunjuk mengarah ke satu meja kosong di deretan paling depan.

aku segera duduk dan mendengarkan wali kelasku memberi instruksi. tiba-tiba aku melamun. melamun dan berimajinasi apabila aku bisa mendapat nilai paling tinggi dikelas ini.

BRAKK!!

"kau ini sudah terlambat, ngelamun, setelah ini apa? tidur lalu pulang?"

"emm, maaf bu. saya tidak berm--"

"sudah hentikan. ya, anak-anak, sekian instruksi yang bisa saya sampaikan. semoga kalian bisa menjadi kelas terbaik yang pernah ada. dan kalian jangan seperti dia. yang hanya melamun sedari tadi." dengan menunjukku.

"ya bu. terimakasih" jawab kelasku serentak.

wali kelasku pun berjalan keluar kelas dan menuju ruang guru. aku hanya bisa terdiam mencoba mencerna kata-kata wali kelasku tadi.
tiba-tiba ada seorang teman sekelasku yang mendekatiku.

"emm, hai." sapanya.

"ya." jawabku singkat.

"loh,eh. kamu dari kelas mana? aku tidak pernah melihatmu." tanyaku setelah aku menatap mukanya.

"aku? aku dari kelas C. kamu tidak pernah melihatku? iya. kan kamu hanya sibuk dengan urusan OSIS mu hingga kamu tidak mengenali wajah temanmu sendiri."

"maaf. aku memang tidak tahu." kataku.

"hmm, tidak apa-apa. lagian, aku juga anak pindahan dari Bali dan masuk ke sekolah ini waktu kelas 8"

"oh, pantas saja. kalau faktanya begitu, jangan salahkan aku kalau aku tidak mengenalmu." jawabku agak ketus.

"nah, kan kamu belum tahu siapa namaku. jadi ayo kita kenalan. namaku Putra. kamu?"

"oke, kamu bisa panggil aku Dyah saja."

.
.

Kringg Kringg Kringg..

suara bel istirahat pun berbunyi. aku segera menata buku Bahasa Inggrisku di meja. teman-temanku semua pergi ke kantin, dengan teman dekatnya pastinya. aku, belum punya teman di kelas ini.

"hei, ternyata kamu pintar juga dalam Bahasa Inggris." suara ini memecahkan suasana keheningan kelas saat kukira semua orang telah ke kantin kecuali aku.

"ah, biasa saja. tapi terimakasih juga." jawabku.

aku tak merasakan tiba-tiba pipiku menjadi merah, seakan-akan pipiku adalah kepiting rebus.

"kau menggunakan make-up, hari ini?" tanyanya.

"tidak. aku masih SMP. mana berani aku pakai make-up. lagian, aku juga tidak begitu suka dengan hal itu."

"okay."

"kau tidak mau ke kantin?" tanyanya langsung.

"tidak. aku tidak punya nyali kesana. aku tidak punya teman." jawabku sedikit menunduk.

"YA! lalu aku kau anggap apa?!" bentaknya

"kau RIVAL-ku sekarang." dengan sedikit melirik-lirik dan menaikan-turunkan alisku kearahnya.

"oh, jadi kau menantangku dalam hal pelajaran ini?"

"sekarang sedang istirahat. bukan sedang pelajaran, Putra." kataku halus.

"terserahlah. aku sedang tidak mau berdebat ataupun bertengkar. ayo ke kantin. kutemani. lapar tidak?" ajaknya.

"hm, aku lapar. belikan aku makanan di kantin. bawa kedalam kelas ya. aku akan menunggumu disini."

"APA?! tidak. kau juga ke kantin."

"kau mau aku ikut ke kantin bersamamu? kalahkan aku dulu. bwekk!" dengan menjulurkan lidahku.

Putra langsung tertawa dan segera berjalan dengan cepat menuju kearahku. dia menahan tanganku dengan tangan kirinya, lalu tangan kanannya mulai menggelitikiku. aku tertawa sekencang-kencangnya karena aku tidak tahan dengan gelinya.

saat Putra masih menggelitiki aku, ada 2 orang teman perempuanku yang masuk kedalam kelas. mereka melihati kami yang sedang tertawa dan mereka pun cepat-cepat keluar kelas karena tidak mau melihat apa yang sedang terjadi di dalam kelas.

setelah cukup lama dia menggelitiki aku,

"sudah.. sudah.. ampun.. aku capek tertawa." kataku memohon.

"ya. kali ini kau aku bebaskan." katanya dengan tertawa.

di saat itu, aku merasa bahwa dia adalah teman pertamaku di tahun ajaran baru ini.

TEMAN atau RIVAL?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang