Dyah POV
sekarang sudah semester 2 kelas 9 dan pastinya sudah cukup lama aku bersaing nilai dengan Putra. apalagi dalam pelajaran Bahasa Inggris. dia sering sekali mendapat nilai diatasku. sampai-sampai.....
Flashback on
Selasa,7 November 2018
-semester 1, Bahasa Inggris."okay students, put your book on your bag then we'll gonna doing a test today."
semua teman-temanku kaget. ada juga yang menawar seperti "besok saja" atau "saya belum belajar" atau apapun itu yang bisa mereka katakan untuk menunda ulangan harian. tapi apadaya, ulangan tetap tidak bisa dibatalkan. jadi mereka harus tetap mengikuti ulangan walaupun TANPA BELAJAR.
"ekhem, siap nih ulangan?" tanya Putra yang tiba-tiba sudah berada disebelahku.
"gatau. susah ni keknya. contekin ye tar?" jawabku agak pelan.
"contek-contek, gak. usaha." sahutnya keras.
tanpa aku menjawab omongannya, aku segera merapikan mejaku dan menunggu lembaran soal ulangan dibagikan.
saat sudah dibagikan, aku berdoa terlebih dahulu supaya aku bisa mengerjakan soal dengan baik dan yang pasti berdoa supaya aku bisa mengalahkan si Putra aneh itu. selesai berdoa, lalu aku segera mengerjakan soal-soal itu.
"bege, soal apaan inii?" gumamku.
aku menoleh ke arah Putra. dia mengerjakan dengan santainya seolah-olah itu adalah soal yang sangat-sangat-sangat mudah. tiba-tiba, Putra melihat kearahku. dia mengacungkan jempolnya kepadaku lalu aku menjawab dengan kunaikan ujung bibir atasku.
SKIP~
ulangan pun selesai. teman-teman sekelasku semua pergi ke kantin. kecuali aku, dan Putra. aku hanya duduk terdiam di bangku-ku, sedangkan Putra membaca buku Goosebump kesukaanya. saat aku ingin mengambil buku untuk pelajaran selanjutnya, Putra berjalan kearahku dengan matanya tetap membaca kata demi kata di bukunya.
"hei! kalau jalan dilihat jalannya. bukumu tidak transparan jadi kamu tidak akan bisa tahu kemana arahmu sekarang." kataku pelan.
"sudah, diam saja pendek."
"ah ya, bagaimana ulangan tadi? mudah kan?" lalu duduk diatas mejaku.
"sudah, jangan dibahas. aku sedang tidak mau mengingat masa lalu." lirihku pelan.
"masa lalu? ini baru saja terjadi. kau gila?"
"terserahlah, aku malas menjawabmu."
Kringg.. Kringg..
bel masuk untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya pun dimulai. tapi,
yang masuk kelas bukan guru yang seharusnya mengajar pelajaran yang sekarang. tapi yang masuk adalah guru Bahasa Inggrisku tadi. dengan membawa buku ulangan, ia berdiri didepan kelas lalu mengumumkan bahwa guru yang seharusnya mengajar ada urusan mendadak, jadi digantikan oleh guru Bahasa Inggrisku ini."guys, i'll call you to take your sheet, test sheet."
"okay, i hope i can get better." gumamku.
"..."
"..."
"Putra."
"..."
"Dyah."
saat aku mengambil kertasku, aku langsung melihat kalau nilaiku berada dibawah Putra. lagi.
aku mulai meneteskan air mata didepan guruku. guruku menghentikan penilaiannya disaat beliau tahu bahwa aku menangis.
"why? what's wrong?" tanyanya halus.
"no ma'am, only about my points."
"what? did i make a mista-- oh, kamu kalah lagi?" bisiknya.
"yeah. that's right." sambil masih terisak.
guruku pun menenangkanku dan teman-temanku, menonton percakapanku dengan guruku. aku segera kembali ke bangku-ku. aku sempat menoleh ke arah Putra, ia sedang tersenyum-senyum sendiri melihat kertas ulangannya.
"Dyah!" panggil Dheta agak pelan.
"hm?"
"memang kamu dapat berapa? 6" tebaknya.
"bukan"
"lalu? 7?"
"bukan."
"tinggal sebutkan angka apa susahnya sih?" kata Dheta yang sudah malas menebak.
"88" jawabku menunduk.
"APA?!"
"88 dan kau menangis? dasar tidak bisa bersyukur." lalu Dheta langsung pergi meninggalkanku.
setelah semua sudah mendapat kertas ulangannya, guruku selalu memberi tahu siapa yang ada di peringkat 1,2, dan 3 dalam ulangan ini.
peringkat #1 : Putra
peringkat #2 : Dyah
peringkat #3 : Karensetelah memberi tahu peringkatnya, guruku langsung keluar kelas. teman-temanku juga ikut keluar, dan pergi ke kantin padahal belum jam istirahat. teman-temanku ke kantin, tapi aku dikelas menangis sejadi-jadinya karena nilaiku dibawah Putra lagi yang kesekian kalinya.
"sudah, jangan menangis. sudah pendek, cengeng lagi. diamlah." kata Putra.
"tidak. seharusnya kau dibawahku!" jawabku agak menyentak.
"hah? dibawahmu? no no no. kau saja yang dibawahku. aku tidak sudi berada dibawahmu."
aku menangis lebih keras setelah mendengar perkataan Putra.
"eh, eh, iya iya lain waktu. jangan menangis" kata Putra sedikit menenangkanku. aku melihat mukanya yang sedang gelisah. lucu sekali.
"nanti kau bisa diatasku. aku akan mengalah, tapi ada syaratnya"
"apa?"tanyaku
"kamu harus merebus batu sampai lunak, lalu berikan padaku." jawabnya santai.
"oke, mudah."
"WHAT?! BATU?! astaga, kamu ini gila bukan sih?" kagetku.
akupun kembali menangis sekencang mungkin.
Flashback off
"woy kampret, ngelamun teros." kata Putra mengagetkanku.
"hmm, hanya ada kita disini. berdirilah, aku ingin memberimu sesuatu." lanjutnya.
tanpa berpikir panjang, aku langsung berdiri. Putra pun mendekatkan mulutnya ke telingaku.
"kau masih pendek." bisiknya.
aku diam saja setelah dia membisikiku kata itu. aku sudah terbiasa.
"kau diam saja? hei pendek, kau cuek sekali hari ini."
"ah ti-tidak." jawabku gugup
tiba-tiba ada teman dari kelas lain yang melewati kelasku dan ..
aku sudah menyukainya semenjak aku kelas 8. sebelum Putra ada di sekolah ini.
aku hanya memandanginya yang melewati kelasku. oh wow, tampan.
"kau suka dengan dia?" tanya Putra tiba tiba.
"ya" gumamku dalam hati.
vote,
comment
thanks:)

KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN atau RIVAL?
Short Storyhari-hariku semenjak aku sekelas dengan seorang manusia yang cukup menjengkelkan bagiku. "hmm, tidak apa-apa. lagian, aku juga anak pindahan dari Bali dan masuk ke sekolah ini waktu kelas 8" <3