Raskal
Gue sengaja datang satu jam lebih awal dari waktu yang kami janjikan. Selama menunggu di meja restoran yang letaknya paling ujung dan tentunya dekat jendela, gue cuma menenggak segelas air putih dan sesekali melihat pemandangan malam di luar jendela berkaca bening dan lebar disamping gue. Gue punya alasan sendiri kenapa gue harus repot-repot nunggu lumayan lama demi nungguin Klee dateng. Beberapa tahun menjalin hubungan dengan Klee, gue hampir tau segala sifatnya. Terlebih lagi seminggu belakangan kami jarang bertemu, gue yakin Klee pasti datang lebih awal juga.
Hmmmmm... gue kangen banget sama dia.
Benak gue nggak bisa lepas dari bayangan Klee yang berdiri di depan cerminnya, dia pasti mematut diri supaya nggak terlihat kacau di depan gue. Gue bahkan kangen aroma tubuhnya. Aroma bubble gum yang segar ketika gue memeluknya.
Bagi gue, Klee nggak perlu kosmetik seharga jutaan rupiah untuk memoles wajahnya dan menjerat hati laki-laki, termasuk gue. Cukup dengan satu senyuman, dapat di pastikan akan menarik hati kaum adam. Bahkan gue selalu dibuat jatuh cinta berkali-kali oleh senyumannya, nggak ada sekalipun pikiran yang terlintas kalau gue bosen sama dia. Sama sekali nggak ada.
Karena Klee begitu indah...
Gue tersenyum sendiri, namun di saat yang sama, hati gue seakan tersayat.
Sakit.
Bertemu Klee setelah beberapa hari tanpa hadirnya dan senyumnya, harusnya gue bahagia banget. Tapi demi apapun, gue rela menukar apa saja yang gue punya itu agar air mata Klee nggak tumpah malam ini. Gue nggak bisa menundanya lagi. Gue harus mengakhiri semuanya.
Detik dan menit berlalu, gue melihat sosok Klee yang sudah masuk restoran dan melewati beberapa meja. Senyumnya langsung merekah seperti dugaan gue. Dia pasti kangem gue juga. Tapi melihat senyumanya hati gue mencelos begitu saja. Makin lama, jarak antara kami semakin menipis, senyuman dan tatapan matanya yang indah semakin membuatnya bersinar.
"Udah lama?" Tanyanya sambil memeluk gue erat. Gue menggeleng sambil melepaskan pelukannya.
Klee tampak begitu manis memakai dress selutut berwarna putih. Rambutnya dibiarkan tergerai sempurna.
"Sorry, tadi macet banget," lanjutnya sambil menarik kursi di hadapan gue dan diapun duduk.
"Iya, nggak apa-apa kok." Jawab gue sambil memaksakan senyum.
Dia tersenyum sekali lagi, namun kali ini di barengi dengan mengerutkan keningnya. Dari raut wajahnya gue bisa menebak kalau diapun merasakan sesuatu yang aneh. Lalu tangan kanannya bergerak menggenggam tangan gue.
"Raskal, are you okey?" Suaranya terdengar cemas.
Ingin rasanya gue berdiri lalu menariknya, merengkuhnya kedalam pelukan gue dan menghujaninya dengan ciuman. Tapi gue nggak bisa. Gue harus inget niatan gue ngajak dia dinner malam ini. Perlahan gue melepaskan genggaman tangannya, sementara Klee menatap gue makin bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fireflies
Fanfiction"Aku minta maaf. Udah buat kamu khawatir. Tapi kamu harus percaya, kalau aku udah berusaha melakukan apapun biar bisa terus sama kamu, walaupun pada akhirnya aku tetep gak bisa. Jadi, aku minta kamu janji sama aku, kamu harus tetep tersenyum dan ter...