First Contact

121K 3K 88
                                    

Multimedia: Rieki.

----------

Gadis yang sedang duduk di bawah pohon rindang belakang sekolah itu bernama Selena Lovelia. Perpaduan rambut coklat ikal sepinggang dengan kulitnya yang putih membuatnya tidak bosan untuk dilihat.  Dia menutup matanya perlahan, menikmati semilir angin siang ini.

Dengan nyaman dia meluruskan kedua kakinya di atas rerumputan, sesekali menatap langit dan mendesah. Menunggu memang menyebalkan, tapi dia tidak keberatan menunggu Audrey yang sedang membeli makanan di kantin. Karna memang pada dasarnya ini adalah tempat favorit Selena.

'Kalo gini terus rasanya aku gak mau masuk kelas deh,'  pikirnya.

'Bener banget. Enak kalo bisa tidur disini terus.'

Selena tertegun. Mungkin ini terdengar aneh, tapi demi apapun di dunia ini, dia mendengar seperti ada suara lelaki di dalam kepalanya. Dia mengerjapkan mata berkali-kali, merasa aneh dengan suatu hal yang baru dilaluinya.

Matanya menyisir sekitar, mencari-cari keberadaan orang yang mungkin saja baru berbicara dengannya namun tak terlihat. Dia memicingkan mata, di sebelah kanan hanya ada bangku taman yang kosong, sedangkan sisi lainnya adalah batas tembok asrama.

Gadis yang baru menginjak bangku kelas sepuluh itu kembali menoleh ke sekelilingnya, dia yakin betul kalau dirinya sendirian di halaman belakang. Mungkin hanya ilusi, dia merapalkannya dalam hati. Meskipun hatinya memantapkan keyakinan tentang ilusi itu, pikirannya berkata lain.

'Apa suara itu benar-benar terngiang di kepalaku?' pikirnya lagi.

Dahinya mulai mengerut dalam. Bagaimana bisa jika suara itu terdengar di kepalanya padahaltidak ada seorangpun di sisinya saat ini. Tidak mungkin 'kan, kalau ada sesuatu tak kasat mata yang berbisik di telinganya? Memikirkannya saja sudah membuatnya bergidik ngeri, apalagi jika mengalaminya?

'Berisik banget sih. Gak bisa diem apa? Mendingan cari tempat lain deh. Gue masih mau tidur nih.'

Selena tertegun, ternyata memang benar kalau ada suara yang terngiang dalam kepalanya. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa mungkin ada sesuatu yang tinggal di kepalanya? Dia menggeleng keras.Tak mungkin itu terjadi, 'kan? Mungkin otaknya belum bisa berpikir jernih karna masih memikirkan ulangan matematika yang baru dilaluinya. Oh tidak, dia mulai gila. Tapi di lain sisi dia juga merasa ketakutan.

"Apa ada orang disini? Apa kamu bisa dengar pikiranku?" Dia berkata sangat pelan seraya menggigit bibir bawahnya.

Mata Selena kembali menyisir sekitar, saat ia mendongakuntuk menatap pohon rindangtempatnya bersandar, dia terperanjat. Ternyata ada seorang laki-laki yang sedang duduk di salah satu dahan, menatapnya dengan sorot bingung.

"Ka...mu?" Gadis itu menunjuk lelaki yang masih bertengger manis seperti burung dara yang bersarang.

"Maksud lo apa? Denger pikiran?"

Bahkan, lelaki yang mengucapkan kalimat itu mengerutkan dahinya. Perkataannya terdengar sangat aneh, bukan? Tapi, itu yang terjadi. Karna setelah mendengar suara dan intonasi lawan bicara, itu sama persis dengan yang mereka dengar di pikiran mereka.

"Bukannya dari tadi kamu dengar pikiran aku ya? Kamu juga menjawabnya kan?" tanya Selena.

"EKH?!"

Bruukk.

Mungkin karena kaget dengan penuturan Selena, lelaki itu terjatuh dari dahan pohon. Perlahan Selena mendekatnya ang sedang mengusap kepalanya yang baru saja mencium tanah.

...Where stories live. Discover now