Hai readers yang baik hati dan tidak sombong. Aku mau mengabarkan kalau cerita ini pindah ke dreame.com dan akan di update secara bertahap. Kalau kalian penasaran, link ceritanya ada di bio, ya! ^^
Multimedia: Kei
=============
Setelah kejadian penguncian gudang itu, Rieki sama sekali tidak bisa memalingkan pandangan dari Selena. Bahkan ia meminta Selena membawa ponsel ke sekolah. Yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Selena. Sudah satu minggu setelah kejadian itu, dan setiap hari juga dia selalu mendatangi kelas Selena.
Tidak peduli dengan tatapan penasaran teman-teman sekelas Selena, Rieki tetap saja mengekori gadis itu. Bahkan saat ia dan Selena bertemu dengan Claudia beserta dua temannya itu, dengan sengaja Rieki menggenggam erat tangan Selena. Memberi isyarat bahwa Claudia tak berhak melakukan apa pun pada Selena.
"Kamu gak bosen ya, main ke kelasku mulu?"
Selena berhenti melangkah ketika pandangannya beradu dengan Rieki tepat saat dia ingin keluar kelas. Rieki hanya tertawa kecil mendengar gerutuan Selena. Dengan santai, ia berjalan di belakang Selena. Diikuti oleh Kei dan Audrey yang sudah berbicara sangat seru.
"Kenapa kamu gak pernah bilang sama aku tentang pem-bully-an itu?"
Selena menengok sekilas, tapi tidak benar-benar menjawab pertanyaan Rieki.
"Oh, ayolah. Ribuan kali aku nanya, dan kamu gak pernah mau jawab?"
Selena menghela napas. "Buat apa dijawab? Gak penting juga."
'Tapi buat aku penting."
"Buat aku enggak. Yang lalu biarlah berlalu."
Rieki agak geram dengan ucapan Selena. Tanpa sadar, tangannya mencengkram erat pergelangan Selena. Aura tenang yang sebelumnya menyelimuti mereka mendadak menjadi panas. Audrey dan Kei pun sudah menyingkir dari keduanya yang saling pandang dengan tatapan membunuh. Ternyata, mereka sama-sama keras kepala.
'Aku bakal kasihtau pihak sekolah.'
"Kalo kamu nekat, aku gak akan mau lihat muka kamu lagi."
Diam. Hening. Selena mengancam Rieki? Tapi, apa yang dikatakan Rieki hingga membuat Selena marah seperti itu? Orang-orang di sekitarnya hanya bisa memandang dengan sorot bingung. Mereka sama sekali tidak tahu kalau keduanya bisa bertelepati.
'Kamu ngancem aku?'
"Enggak. Aku cuma pengen kamu gak ikut campur masalah aku."
Cengkraman Rieki semakin mengerat. 'Aku khawatir sama kamu. Audrey, Lily, bahkan Kei pun khawatir sama keadaan kamu. Kenapa kamu gak izinin kita buat bantu?'
'Kalo aku ngelawan Claudia, kemungkinan besar aku gak akan bisa sekolah di sini lagi,' sahut Selena akhirnya.
'Aku gak akan biarin itu terjadi.'
Selena melepas cengkraman tangan Rieki dengan perlahan. Rieki akan membantunya? Tidak, dia tidak mau menyeret orang lain ke dalam masalah pribadinya.
"Kamu gak perlu melakukan apa-apa, Rie," Selena berbalik menggenggam tangan Rieki.
Rieki menghela napas, menyentuh punggung tangan Selena dan mengusapnya pelan. Audrey yang melihatnya hanya bisa tersenyum tipis. Dia mengira, tatapan tajam keduanya akan berakhir dengan pertengkaran hebat. Orang keras kepala pun, jika berhadapan dengan seseorang yang istimewa untuknya pasti akan luluh.
。 ღ 。 ღ 。 ღ 。
"Kalian udah pacaran? Serius?!" Selena memekik tepat setelah Audrey selesai bercerita.