1 : Savior

4K 278 9
                                    

Repost lagi~
#stayhome

=For You=

Kampus itu terlihat sangat luas bagi Jimin yang baru saja menapakinya. Seokjin menjelaskan berbagai hal tentang kampus baru Jimin. Jimin mengangguk-angguk setiap kali mendengar informasi dari Seokjin.
Jimin baru saja sampai di Seoul dua minggu lalu. Permintaannya untuk melanjutkan pendidikan bangku kuliah di ibu kota disetujui oleh orang tuanya, setelah berbagai macam cara sudah ia lakukan untuk membujuk mereka.

Jimin memperhatikan setiap hal yang ditunjukkan Seokjin.
"Kak, dimana aku bisa menemukan toilet?" tanya Jimin yang dijawab dengan arahan Seokjin kemudian.

Baru saja Jimin melangkahkan kaki memasuki toilet, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sedang muntah dari dalam bilik. Rasa penasaran Jimin membuncah, tapi ia  mengabaikannya karena ia sendiri sudah tidak tahan untuk menyelesaikan urusannya. Lagipula, Jimin pikir orang itu mungkin mabuk.
Untuk beberapa saat, tidak terdengar suara apapun dari bilik tadi. Jimin sempat berprasangka buruk jika orang yang di dalam bilik mungkin sudah pingsan. Kemudian, suara muntahan terdengar lagi.

Kali ini, Jimin tidak bisa menahan naluri kemanusiannya, sehingga ia memutuskan untuk menggedor pintu bilik, "Hei, apakah kau baik-baik saja?" teriak Jimin.  Hanya suara napas tersengal  yang terdengar oleh Jimin.

"Aku tahu kau ada di dalam. Keluarlah … agar aku bisa membantumu." Jimin berusaha membujuk, tapi tetap saja tidak ada jawaban.

Jimin merunduk untuk melihat kondisi orang itu dari celah terbuka di bawah pintu bilik. Ia terperangah saat  melihat tangan orang yang di dalam itu terkulai lemah di samping tubuhnya.  Dengan panik, Jimin berusaha membuka pintu paksa pintu bilik yang terkunci. Ia memperpanjang pikirannya dengan mengambil sebuah tong sampah besi di samping wastafel. Meski agak berat, tapi Jimin berhasil mengangkat tong besi itu dengan segenap tenaga yang ia punya, lalu dan membenturkannya beberapa kali pada kenop pintu. Pintu berhasil terbuka dan Jimin membuka pelan pintu yang tidak bisa terbuka terlalu lebar karena terhalang tubuh yang sudah lemah di lantai. Aroma bilik sudah tidak karuan lagi karena muntahan, tapi rasa panik dan khawatir membuat Jimin mengabaikannya.

"Hei! Kau dengar aku? Bangunlah!” Jimin menepuk pelan pipi pemuda yang sudah penuh dengan peluh. Tak lama, Seokjin masuk ke dalam toilet karena mendengar keributan. Ia khawatir sesuatu terjadi pada Jimin dan ternyata memang benar. Sesuatu telah terjadi.

"Apa yang terjadi, Jimin?" Tanyanya.
"Entahlah, Kak. Sepertinya kita harus membawa pemuda ini ke rumah sakit." Tanpa banyak bertanya, Seokjin membantu Jimin mengangkat tubuh lemah itu keluar toilet menuju rumah sakit terdekat.

### 

"Barang-barang pasien akan saya letakkan disini," ujar seorang suster pada Seokjin dan Jimin yang berdiri di samping tempat tidur pemuda 'toilet' itu. "Silakan mengurus administrasi di sebelah sana." imbuh sang suster, lalu pergi.

Seokjin menyikut Jimin yang termangu memandangi si pemuda yang baru saja mereka selamatkan itu, "Kau kenal dengannya?" tanyanya yang dijawab dengan gelengan.

"Aku menemukannya sudah dalam kondisi tidak berdaya seperti itu dalam toilet." Jimin menambahkan.
Seokjin hanya bisa menghela pelan. Menanyakan lebih banyak tidak akan terlalu membantu. “Baiklah. Bisakah kau membuka dompetnya lalu mengambil kartu identitasnya? Biar aku saja yang mengurus administrasi. Kau temani dia saja disini.”

Jimin mengangguk dan melakukan apa yang Seokjin minta, "Ini, Kak." Ia menyodorkan sebuah kartu pada Seokjin. Kemudian, Seokjin pergi setelah menerima kartu identitas pemuda itu.

Sementara itu, Jimin masih terdiam sambil melihat isi dompet pemuda itu. Terutama pada bagian dompet di mana sebuah foto biasanya ditempatkan. Jimin mungkin akan semakin mengacak isi dompet itu jika sang pemilik tidak membuka mata. Dengan sigap, Jimin mendekati si pemuda setelah meletakkan kembali dompet yang ia pegang.

"Kau sudah sadar?"
Si pemuda bergerak untuk duduk tiba-tiba dan sontak membuat Jimin sedikit panik, "Hei! Kau belum pulih sepenuhnya." Jimin memegang pundak pemuda itu, tapi ditepis kasar.

"Tidak usah ikut campur." Tukas si pemuda itu. Ia mencabut jarum infus yang melekat di punggung tangan kirinya, lalu meraih sepatu yang diletakkan rapi di bawah tempat tidur. Memakainya dengan cepat. Kemudian ia meraba saku di baju dan celananya.

"Kau mencari dompet dan ponselmu? "

Jimin menunjukkan wadah yang disediakan untuk barang-barang si pemuda. 
Pemuda itu melangkah melewati Jimin tanpa apa-apa.

"Hei, kau mau kemana?" pertanyaan Jimin diabaikan begitu saja. Jimin ingin mengejar, tapi kakinya seolah membiarkan pemuda itu melangkah menjauh.

"Jimin,  semua urusan sudah selesai dan kita bisa pu...  Hei, kemana orang itu?"Seokjin terkejut melihat tempat tidur yang Jimin jaga sudah kosong.

"Sudah pergi, Kak." jawab Jimin yang masih menatap kosong pada jejak pemuda tadi. Jimin melamun sejenak.
"Hei, Park Jimin!” Seokjin menepuk pundak Jimin untuk menyadarkan Jimin,  

“Apa yang kau lihat hm? Kau seperti sedang melihat hantu saja. "

Jimin menggeleng pelan sambil tersenyum kikuk.
"Bagaimana dengan kartu identitasnya?" Seokjin mengangkat kartu yang ia gunakan untuk administrasi tadi.  Jimin langsung mengambilnya dari tangan Seokjin, "Biar aku yang menyimpannya, Kak. Aku akan mencari alamat yang tertera di kartu ini? Aku belum ada kelas sampai minggu depan, jadi masih ada waktu untuk berkeliling menemukan alamat ini."
Seokjin mengangguk mendengar 
saran Jimin. Kemudian, Seokjin merangkul Jimin, melontarkan candaan tidak lucunya. Hanya Jimin yang bersedia untuk tidak menyakiti hati Seokjin dengan tetap tertawa setelah mendengar lelucon yang Seokjin katakan.

Dibalik tawa Jimin, tangannya yang tersimpan di saku jaketnya menggenggam erat sebuah foto. Foto yang memunculkan banyak pertanyaan untuk Jimin. Dari situlah, rasa penasaran Jimin akan membawa Jimin untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.

To be continued

=For You=

Penulisannya agak tidak rapi. Entah kenapa kok malah jadi berantakan pas dipindah dari word ke wattpad
:(

Next chapter secepatnya, sabar ya. Soalnya diedit dulu. Diperpendek dan dibuat seefektif mungkin kalimatnya.

See ya.
Wella love you
Happe weekend!

060419 01.08 pm

Repost 080420

For YOU ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang