8 : Meeting

1.3K 150 12
                                    

Repost~

12 April 2020

Biar tenang dalam masa karantinanya, silakan nikmati bacaan nostalgianya ya ~

=FOR YOU=

Haeryung pergi sejenak untuk membeli sesuatu.  Ia meninggalkan Taehyung sendirian di kamar.  Tak lama, terdengar suara ketukan pintu.

"Masuk." sahut Taehyung pelan tanpa melepas pandangannya dari buku yang sedari tadi ia baca. Taehyung berpikir yang akan muncul dari balik pintu adalah Joori. Tapi, dahinya mengerut ketika seorang pria paruh baya berdiri di depan pintu sambil tersenyum.

"Maaf, mungkin Anda salah kamar." ujar Taehyung sambil tersenyum. Pria itu mundur untuk melihat papan nama yang tertempel di samping pintu kamar. Lalu, ia kembali menoleh pada Taehyung.

"Kurasa kamar ini adalah kamar Kim Taehyung?" Pria itu mengangkat dua alisnya. Taehyung semakin heran.

"I-iya. Aku memang Kim Taehyung." ujar Taehyung ragu sambil meletakkan tangan kanan di dadanya. Pria paruh baya itu mendekati Taehyung perlahan.

Taehyung secara refleks bergerak mundur, seolah ingin menjauh dari pria yang tidak ia kenal itu. 
"M-maaf, tapi... apakah aku mengenalmu?" Tanya Taehyung sambil menatap sinis pada pria itu.

Pria itu tak menjawab dan hanya menatap Taehyung dalam diam. Ia bahkan memandangi Taehyung dari ujung kepala hingga ujung kepala, membuat Taehyung bergidik ngeri dengan sikap aneh orang asing itu.

Pria paruh baya itu semakin membuat Taehyung heran karena matanya mulai berkaca-kaca.

"Taehyung-ah..." ujar pria itu dengan suara bergetar, mengulurkan tangannya, mencoba meraih kepala Taehyung. Tentu saja Taehyung cepat menghindar, hingga ia terpaksa turun dari kasurnya dan bergerak mundur menjauh dari kasur agar pria itu tidak bisa meraihnya.

Pria itu tak menyerah. Ia bergerak mendekati Taehyung, tapi belum sempat ia melangkahkan kakinya lebih jauh, seseorang berseru dari belakang.

"Apa yang kau lakukan disini?" seru Haeryung dengan nada tinggi, dan Taehyung bisa menangkap bahwa ibunya tidak begitu senang akan kehadiran pria itu di kamarnya. Pria itu berbalik dan memandang Haeryung dengan tatapan sendu.

Bibir Haeryung terpisah ketika melihat wajah yang tak asing lagi baginya. Air matanya jatuh tanpa hambatan. Ia tampak sangat terkejut.

"Haeryung... apakah kau... tidak merindukanku?" tanya pria itu juga dengan suara lirih. 

Haeryung mendekati pria itu dengan penuh amarah. Pria itu tidak bisa berekspektasi banyak tentang sambutan Haeryung terhadapnya.

Kini Haeryung dan pria itu berhadapan, tepat didepan mata Taehyung. Taehyung masih berdiri dalam diam, termenung menyaksikan situasi yang cukup menegangkan dan membingungkan baginya.

"Ternyata kau masih hidup." Gumam Haeryung dengan tatapan tajam pada pria paruh baya itu.

"Ya, aku masih hidup. Aku tidak akan mati sebelum meminta maaf padamu, Haeryung. Aku tidak tahu jika—" pria itu terhenti saat ia menoleh pada Taehyung, kemudian ia kembali pada wajah Haeryung.

"Kemana dirimu ketika aku membutuhkanmu? Kemana dirimu ketika aku berjuang bersama Taehyung? Apa kau tidak tahu betapa menderitanya Taehyung tanpa dirimu? Sekarang pun Taehyung menderita, tapi kau tidak pernah tahu itu, Park Haejun! " Haeryung memukili dada pria itu sambil menangis kencang. Pria itu tidak mencegah Haeryung memukulnya. Ia merasa Haeryung memang pantas melakukannya. Bahkan Haeryung bisa menyakitinya lebih dari itu, karena apa yang sudah Haejun lakukan tidak sebanding sakitnya dengan pukulan Haeryung saat ini.

For YOU ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang