Repost
=FOR YOU=
Taehyung mengernyitkan kening ketika suster menusukkan jarum suntik ke lengan kanannya. Meski sudah berkali-kali menjalani proses menyakitkan itu, tapi tetap saja Taehyung tidak bisa memungkiri rasa sakit yang ditimbulkan saat disuntik.
“Sakit?” tanya sang suster.
“Jika aku menjawab ‘ya’, apakah kau akan mengurangi rasa sakitnya?” sahutan sarkas dari Taehyung berhasil membuat sang suster tersenyum tipis sambil menggeleng pelan.
“Mau dibawakan sesuatu? Seperti buku atau majalah?” tanya sang suster setelah selesai mengatur jarum dan selang yang menghubungkan tubuh Taehyung ke mesin dialisis. Taehyung menjawab dengan gelengan lemah.
Setelah sang suster pergi, Taehyung menyandarkan kepalanya lalu memejamkan mata. Berniat untuk terlelap sekejap selama menunggu proses medis yang menyakitkan dan membosankan ini selesai. Tapi, baru saja menghela napas panjang, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang diletakkan di pangkuannya. Setumpuk komik. Taehyung mengernyit, semakin kebingungan ketika melihat Park Jimin sudah berdiri di sampingnya sambil tersenyum.
Taehyung memutar bola matanya malas. “Mau apa kau kemari?” tanyanya sinis.
“Tentu saja menemanimu.” sahut Jimin sambil menarik kursi lipat yang memang disediakan untuk pendamping pasien.
“Pulang saja. Aku tidak perlu ditemani.” Taehyung memalingkan wajahnya.
“Kau bohong. Kau pasti sangat bosan menunggu sendirian selama tiga jam hingg cuci darahmu selesai.” Jimin berujar sembari membuka asal salah satu komik yang ia bawa.
Jimin menjentikkan jarinya tiba-tiba saat teringat akan sesuatu. Ia merogoh saku jaket dan menyodorkan ponsel pada Taehyung. “Ponselmu tertinggal di rumah. Saat aku ke rumahmu, ibumu memintaku untuk memberikannya padamu karena dia tahu jika aku akan pergi ke rumah sakit untuk menyusulmu.”
“Letakkan saja disitu.” Taehyung mengangkat dagunya singkat. Memberi arahan pada Jimin untuk meletakkan ponsel itu di atas nakas di samping ranjang.“Tadi saat di perjalanan, ponselmu berdering. Panggilan dari Joori. Dia menanyakan alasan kau tidak datang ke supermarket hari ini.”
Taehyung menggigit bibirnya. Ia baru teringat jika ia tidak mengatakan apa-apa pada Joori tentang kondisinya. Tidak meminta izin jika ia perlu melakukan cuci darah.
“Tenang saja. Aku sudah mengatakan padanya bahwa kau tidak bisa datang bekerja hari ini. Kau sedang sakit. Harus menjalani perawatan.”
“Kenapa kau mengatakan itu pada Joori?”
“Karena memang kondisinya seperti itu, Taehyung-ah. Kau membutuhkan perawatan dan temanmu, Joori, atau siapalah itu, harus memahami keadaanmu yang tidak bisa datang bekerja hari ini.”
“Siapa bilang aku tidak bisa bekerja hari ini? Aku hanya akan datang terlambat. Setelah ini selesai, aku akan ke supermarket. Aku akan mengatakannya pada Joori.”
Taehyung meraih ponselnya dengan susah payah. Karena tidak berhasil menggapai ponselnya, Jimin yang membantu mengambilkan ponsel itu.
Jimin mengembuskan napas pelan. “Kim Taehyung, hemodialisis ini memakan waktu yang tidak sedikit. Proses ini terlihat sangat santai, tapi ini akan membuatmu kelelahan. Kau butuh istirahat setelah cuci darah selesai. Kau masih ingin memaksakan dirimu hm?”
Taehyung terdiam sejenak. Matanya terpaku pada ujung selimut putih yang menutupi paha hingga kakinya. “Kenapa …” Taehyung menoleh pada Jimin, menatap pemuda di hadapannya dengan tajam. “Kenapa kau peduli padaku, Park Jimin?”
Jimin tertegun mendengar pertanyaan itu. Alasan kepeduliannya terhadap Taehyung. Jawabannya ada, tapi lidah Jimin kelu.
KAMU SEDANG MEMBACA
For YOU ✔️
FanfictionRepublished and edited version Rasa bersalah Jimin pada Taehyung membuatnya rela melakukan apapun. Tapi Taehyung tidak ingin menerimanya. (Jimin X Taehyung) April 2019 Repost on April 2020