#3 Sedikit lagi

13 1 0
                                    

“Kenapa kita berlari? Padahal sedikit lagi kita tahu kebenaran ruangan itu!” Ujar Rendy dengan sedikit kesal.

“Jangan terburu-buru! Kita nggak tahu mereka itu siapa, bisa saja mereka pembunuh ataupun sejenisnya. Kita juga nggak tahu, apa yang menanti kita disana.” Ucapku.

“Kenapa kau berpikir negatif terlebih dahulu? Kita nggak akan tahu mereka itu pembunuh atau bukan kalau nggak dilihat secara langsung. Jangan jadi penakut lah!” Ujar Rendy memberitahu ku.

“Aku bukan penakut atau berpikir negatif, aku hanya waspada. Bisa jadi nyawa kita melayang, karena kita tidak tepat mengambil keputusan." Ucapku menegaskan.

“AHH LAMA!!! Sini berikan aku kuncinya!” Ucap Rendy dengan nada tinggi.

“Jangan Ren! Kita nggak tahu ada apa disana.” Balasku.

“Berikan aku kuncinya sekarang Alden atau kau akan menyesal!”

“Tidak! Jika kau masuk sekarang, kau sendiri yang akan menyesal Rendy”

“Aku bilang sini!” Ucap Rendy sambil mencoba untuk mengambil kuncinya dariku.

“Aku bilang tidak!” Balasku sambil bersiap-siap menghindar dari Rendy.

“Alden!” Teriak Rendy.

“Tidak!” Teriak ku.

“ALDENNN!!!!!” Ucap Rendy dengan nada tinggi sambil berlari menuju arahku.

“RENDYYY!!!!!” Balasku dengan nada tinggi sambil menghindari Rendy.

Dikarenakan ruangan yang tidak terlalu luas, akhirnya aku tertangkap oleh Rendy. Tapi...

Tidak semudah itu Rendy, Batinku.

Aku masih mempertahankan kunci yang aku pegang di tangan kananku dan aku berusaha menjauhkannya dari jangkauan tangan Rendy.

Terjadilah pertarungan gulat yang sengit antara aku dengan Rendy di ruangan itu memperebutkan kunci. Memang terkadang aku mempunyai pemikiran yang berbeda dengan apa yang dipunyai Rendy.

Tapi, pemikiran yang berbeda itulah yang membuat kita menemukan solusi baru yang lebih efektif dan efisien dalam memecahkan masalah dari masalah yang kecil sampai masalah yang sulit sekali untuk diselesaikan.

Pertarungan telah selesai. Aku dan Rendy pun lelah dan beristirahat duduk dengan bersandar pada tembok. Dan pertarungan dimenangkan olehku.

“Aku tahu kau ingin masuk dan melihat apa yang terjadi disana. Tapi, coba tahan dulu sebentar keinginanmu itu agar tidak terjadi kejadian yang tidak kita inginkan. Untuk sekarang kita tanyakan kepada Om Fajar.” Ucapku memberitahu.

“Iya-iya.” Ucap Rendy dengan sedikit kesal.

Akhirnya, kita tahu ada ruangan lain disana selain ruangan sempit dan gelap itu tadi. Yang sepertinya ada dunia baru yang lebih luas menantiku. Tapi, aku bertanya-tanya tentang letak kemunculan portal itu.

Kenapa portal itu muncul disana? Kenapa harus diruangan gelap itu dan tidak langsung di ruangan terbuka?

Saat Rendy pulang dan sudah mulai meninggalkan rumahku. Aku langsung menuju ke kamarku dan mulai mencari jawaban untuk pertanyaanku tadi. Aku mempunyai salah satu teknik khusus yang aku pelajari sejak aku hidup selama 16 tahun di muka bumi ini. Teknik ini bisa berguna untuk memecahkan masalah apapun selama konsepnya masih sama. Aku menamakan teknik ini dengan nama BIRDELLA.

Pertama, aku mencoba untuk mengumpulkan semua kemungkinan atau jawaban apa saja yang kira-kira tepat untuk pertanyan itu. Supaya aku dapat menemukan jawaban yang sekiranya tepat, aku mencoba untuk menggabungkan data-data atau informasi yang pernah aku dapatkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No Time No LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang