Kisah Pilu (2)

344 61 36
                                    

"Namaku Seo Eunkwang-"

"Tuan... "
-

-

-

"Astaga ini dimana ya?, aku benar-benar tidak tahu ini dimana hiks" Ucap eunkwang kembali terisak.

"Kenapa disini tidak ada orang? Malam ini dingin sekali" Ujarnya lagi sambil merapatkan kedua sisi mantelnya.

Sosok eunkwang kecil itu terus berjalan di tengah sunyinya malam. Kakinya bergerak tak tentu arah sambil memperhatikan sekeliling.

Setelah cukup lama berjalan tanpa sadar ia kini tengah berada di tempat yang agak ramai penduduk. Eunkwang merasa lega akhirnya sekarang ia bisa melihat keberadaan orang lain.

Bagaimanapun juga eunkwang adalah anak kecil biasa yang akan takut jika sedang sendirian, ditambah lagi dengan suasana gelap dan juga sepi.

Saat sedang asyik dengan tujuannya menuju Yayasan, langkahnya terhenti saat melihat dua orang bocah laki-laki yang seumuran dengannya tengah dikejar oleh orang-orang dewasa.

Keduanya tampak sangat ketakutan dengan tubuh yang sangat kumal. Peluh yang menetes membuat kaos lusuh yang dipakai mereka menjadi basah.

Tanpa menunggu lama lagi eunkwang segera berlari ke arah yang berlawanan saat kedua bocah itu  menghilang di gang sempit.

"Hei kesini! " Teriak eunkwang saat melihat dua bocah itu berlari kearahnya. Kini mereka bertiga sama-sama berlari menghindari orang-orang yang mengejar mereka.

Eunkwang menghentikan lajunya saat melihat tumpukan kardus didepannya. Tanpa berfikir lagi ia segera bersembunyi dibaliknya dengan diikuti kedua anak laki-laki tadi.

Baik eunkwang maupun anak laki-laki tadi tampak membekap mulutnya agar tidak bersuara sedikitpun. Bahkan suara nafas mereka yang ngos-ngosan tidak mereka biarkan keluar sedikitpun.

Derap langkah terdengar dari balik kardus, eunkwang dan bocah-bocah itu sama-sama merapalkan doa didalam hati agar tidak tertangkap. Dan sepertinya doa mereka terkabul, suara langkah itu akhirnya perlahan menjauh.

Setelah memastikan tidak ada orang lagi, eunkwang pun keluar dari persembunyiannya. Ia menghampiri kotak lain yang ada di seberangnya, tempat bocah-bocah tadi bersembunyi.

"Ayo kalian keluarlah,  mereka sudah tidak ada" Ucap eunkwang pada keduanya.

"Apa kau yakin?  Kami tidak mau tertangkap!" Jawab salah satu dari mereka.

"Iya aku tidak bohong, mereka memang sudah tidak ada, jangan takut" Bujuk eunkwang lagi.

Setelah hening beberapa detik akhirnya kedua kepala itu pun muncul dari balik kardus. Setelah memastikan keadaan aman keduanya keluar dari balik kardus.

"Lihat kan aku tidak membohongi kalian, sebaiknya kita segera pergi dari sini dan mencari tempat yang aman" Titah eunkwang yang hanya di angguki kedua anak itu pertanda setuju.

Ketiganya menyusuri kembali gang untuk mencari tempat yang aman, setelah cukup lama berjalan kini mereka berhenti di sebuah rumah kosong. Mereka pun memutuskan untuk istirahat sementara disana.

"Kenapa kalian tadi dikejar? " Tanya eunkwang memulai percakapan.

"Aku dan adikku kedapatan mencuri makanan, jadinya ya mereka ingin menangkap kami" Jelas salah satu bocah yang terlihat lebih tirus.

"Kenapa kalian mencuri? " Selidik eunkwang lagi.

"Mau bagaimana lagi?  Adikku sangat kelaparan jadi aku mengambil makanan itu untuknya" Jelas bocah itu lagi sembari menatap lekat adiknya yang sudah tertidur diatas kardus.

"Apa kalian saudara kandung? Kenapa dia lebih chubby darimu? " Tanya eunkwang juga menatap sosok yang tengah tidur meringkuk di hadapan mereka.

"Kami saudara kandung, dan kenapa aku lebih tirus darinya mungkin karena aku yang selalu memberikan jatah makananku padanya hahaha" Tawa bocah itu getir.

"Memangnya dimana orang tua kalian? "

"Orang tua kami juga pemulung seperti kami, ayahku sakit keras dan akhirnya meninggal karena kami tidak punya uang untuk membeli obat hiks. Lalu tak lama kemudian ibu ku masuk penjara karna dituduh telah membunuh seorang pejabat, padahal saat itu ibuku bahkan hanya menjadi saksi atas pembunuhan itu, tidak ada yang membela ibuku, kami juga tidak bisa menyewa pengacara hingga akhirnya ibuku mendekam di penjara hiks hiks. Seminggu kemudian saat kami berdua menjenguk ibu ternyata ibu bunuh diri di sel tahanan, tidak ada yang tahu dia mendapatkan pisau itu darimana hiks. Dan sekarang aku hanya berdua dengan adikku" Jelasnya dengan isakan.

"Maaf aku tidak bermaksud membuatmu sedih" Sesal eunkwang.

"Sudahlah tidak apa-apa, aku memang selalu begitu jika menyangkut orang tuaku" Jawab bocah itu sambil tersenyum kearah eunkwang.

"Apa kalian mau ikut aku?. Aku dibuang ibuku karena dianggap sebagai pembunuh ayahku sendiri, sekarang aku sendirian, kita bisa bersama-sama setelah ini" Pinta eunkwang berharap.

"Apa tidak apa-apa?  Apa kami tidak akan merepotkan mu? " Tanya bocah itu lagi meyakinkan.

"Tidak apa-apa!. Justru aku senang kalau punya teman" Tegas eunkwang.

"Baiklah kalau begitu kami akan ikut bersamamu, aku juga senang punya teman sepertimu" Putus bocah itu pada eunkwang.

"Berapa umur kalian?"

"Aku 7 tahun dan adikku 5 tahun" Jawabnya.

"7 tahun?  Bulan berapa kamu lahir? " Dikte eunkwang lagi.

"Aku November" Balas bocah itu.

"Oh kalau begitu aku lebih tua dari mu. Mulai sekarang kamu panggil aku hyung. Kalian bukan temanku tapi saudaraku. Mulai sekarang kalian adalah adik-adik ku, dan kita adalah keluarga" Ucap eunkwang dengan mata berbinar.

"Terimakasih hyung, aku sangat senang sekarang aku punya hyung" Sambung bocah itu dengan nada lirih.

"Sudahlah tidak apa-apa, aku juga senang punya adik seperti kalian. Oh ya nama kalian siapa?" Eunkwang baru menyadari sesuatu.

"Aku Lee Minhyuk, "

"Dan ini adikku Lee Changsub"

-

-

-

TBC

Vote nya pliss🙏

SalamSayangNinja💙

THE LAST NAMJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang