PROLOG (TS: Pantai)

4.6K 115 3
                                    

WARNING!! 

Cerita ini: 

*absurd *alur bolak balik dan kecepetan *dll 

Yang membaca hanyalah para pembaca yang hebat, apalagi yang meninggalkan jejak (vote/komen) lebih hebat lagi! 

Happy reading! 

______________________________ 

Pecinta alam memang biasanya identik dengan pegunungan, hutan belantara dan entah apalagi. Komunitas ini biasanya tumbuh subur di kawasan universitas. Salah satu komunitas itulah yang menjadi wadah pertemuan 3 orang pemuda dengan latar belakang dan bahkan usia yang berbeda-beda pula. Pantai. Itulah penyatu mereka. Saat rekan-rekannya heboh mendaki gunung atau ekspedisi hutan, ada 3 orang pemuda yang lebih senang menghabiskan waktu di pantai. Menikmati semilir angin dan deburan ombak, menatap sunset atau sunrise yang indah lalu mengabadikannya dalam foto panorama yang membuat orang terkagum-kagum. Terdengar menye-menye dan lebih seperti perempuan memang. Tapi 1 hal itulah yang menyatukan mereka, dan malah membuat mereka keren di mata wanita, apalagi ditambah dengan fisik mereka yang rupawan. 

"Mas De, masa ke pantai terus? Sekali-sekali ikut kita mendaki, gitu, mas!" ucap salah seorang pemuda yang masih mahasiswa di salah satu PTN ternama di Jakarta itu. 

Dehyan tertawa. "Heh! Kamu ini dari kemarin-kemarin bilangnya sekali-sekali terus. Aku udah ikut, kan, kemarin tuh sampai 3 kali. Enakan pantai, kemana-mana!" 

"Walah, mas ini! Lah pasti cocok sama mantan petinggi mapala sini, mas Asa namanya. Kenal, nggak, mas?" tanya cowok itu lagi. 

"Asa yang di foto, ntu?" tanya Dehyan. 

Si cowok satunya mengangguk. "Dari dulu hobinya pantai, mas. Udah lama sih, lulusnya. Dulu kuliahnya umur muda bener, mas. 16 tahun gitu udah kuliah. Asli pinter, loh, mas." 

"Ah, kamu tau dari mana, Fin? Kan aku yang duluan kuliah di sini, aku udah lulus nggak pernah kenal sama mas yang kamu bilang itu." 

"Dulu mbak ku naksir berat sama mas Asa itu, ya aku di curhatin tentang dia terus. Lah, eh, habis mas De lulus baru mas Asa nya nongol lagi di mari.." 

Dehyan manggut-manggut. 

"Fin! Jadi ekspedisi minggu ini?" seorang pemuda lain yang terengah-engah ikut nimbrung di sekretariat mapala itu. 

"Wes, Ndo, udah nyampe lo. Noh minum dulu, ngos-ngosan gitu." 

Si pemuda tadi terkekeh dan cepat mengambil minum. "Gue abis lari ngejar pembimbing, ya, demi lulus tahun ini, Fin.." dia nyengir. 

"Eh, Ndo, ini senior kita, Mas De. Oh iya, mas De, ini si Orlando seneng banget loh sama pantai.." 

Dehyan menatap tertarik pada pemuda yang tampak dua atau 3 tahun lebih muda di hadapannya yang tersenyum hormat dan mengulurkan tangan. 

"Orlando.." 

"Dehyan. Jadi kamu juga pecinta alam yang suka pantai kemana-mana?" 

Wajah Orlando tampak sumringah. "Jangan bilang kalo mas juga?" 

"Dehyan saja," Dehyan mengibaskan tangannya tak peduli. 

Orlando terkekeh. 

"Yawes tak tinggal, cocok kalian, mah.. Mas De sama Ando, ya, aku mau ke kelas dulu," dan Finan berlalu. 

"Oke, Fin.." 

Dan pebincangan seputar pantai menarik mulai dari yang tak jauh sampai sangat jauh dari Jakarta, mulai bergulir dari mulut kedua pemuda itu. 

Tiga SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang