part 2

38 0 0
                                    


Ayra terus menatap Vian yang sibuk menjelaskan materi kimia yang menurut Ayra sulit dicerna dan beberapa soal yang menurut Ayra sangat sulit untuk dikerjakan.

Ayra menopang dagunya dengan satu tangan. Fokus menatap wajah Vian yang sumpah demi apapun tampak lebih keren jika sedang menjelaskan. Kalo Vian jadi dosen, mungkin mahasiswi akan lebih memperhatikan pengajarnya daripada pelajarannya. Ya, seperti Ayra saat ini.

Hingga tiba-tiba..

"Ngerti ga?"

Sontak kedua mata Vian dan Ayra beradu pandang.

Bukan menjawab Vian, Ayra malah bengong menatap Vian.

'Tuk'

Tiba tiba saja pulpen ditangan Vian mendarat tepat dijidat Ayra.

"Awss"

Ayra meringis seraya mengusap keningnya yang terasa sakit akibat ulah Vian yang seenaknya melempar pulpen kearahnya. "Ck. Sakitt tau"

"Ngerti kagak?"Tanya Vian lagi dengan nada meninggi.

"Enggak!"karena kesal, Ayra nyaris membentak Vian. Ekspresinya benar benar membuktikan bahwa ia sedang kesal.

Vian mengangkat satu alisnya. "Lo kenapa marah?"

Ayra membulatkan matanya. Setelah apa yang Vian lakukan tanpa meminta maaf, lalu lelaki itu bertanya kenapa dirinya marah?

"Harusnya gue yang marah."kata Vian datar, "gue capek capek jelasin, dan lo gak ngerti sama sekali? Itu otak manusia atau otak udang?"

Ayra menganga. Entah kenapa emosinya sangat menyulut hari ini. Entah ia PMS atau apa.

Dengan gerakan cepat dan ekspresi sangat kesal, Ayra menutup buku kimia yang sedari tadi terbuka kemudian membereskan alat tulis yang sedari tadi tergeletak begitu saja lantas memasukannya kedalam tasnya.

Vian yang melihat aksi Ayra tak   berkutik. Bahkan ia merasa puas karena telah membuat Ayra kesal. Bagaimana tidak?

"Lo suruh gue duduk disini, jauh banget dari tempat lo duduk. Gue gak boleh bertanya selagi lo jelasin."ucap Ayra setelah ia selesai memakai tasnya, "gimana gue mau ngerti? Gue cuma bisa liatin muka lo doang. Mana suara lo kecil banget!"

Vian tersenyum sinis.

"Gausah senyum senyum! Ntar gue baper!"

Vian kembali datar. Ia tidak peduli, benar benar tidak peduli apa yang akan dilakukan gadis aneh dihadapannya.

"Makasih udah ngajarin gue!"

"Sama-sama"jawab Vian dengan cepat. "Lain kali jangan paksa orang kalo gamau. Jadi gini deh hasilnya"

"Sekali lagi, terimakasih tuan pintar!"

"Oke sama-sama gadis bodoh"

Ayra mengembungkan pipinya kesal. Ia berdiri dengan cepat, menghentakkan kakinya kemudian beranjak dari sana dengan rasa kesal sekaligus malu. Apa yang ia lakukan ini benar? Ia telah memaksa Vian mengajarinya tapi setelah Vian menuruti kemauannya--walaupun dengan terpaksa dan dengan aturan yang bodoh--ia marah dan pergi?
Fix, Ayra akan bertemu ratu bulanan. Harusnya ia sabar menghadapi lelaki seperti Vian.

Vian terkekeh. Menggelengkan kepalanya dan menatap sinis punggung Ayra sebelum ia benar benar hilang ditelan pintu.

"Lo pikir lo siapa? Mau masuk kedalam hidup Legian gitu aja"gumam Vian sinis, "lo cuma cewe caper yang kecentilan!"

Vian menganggap Ayra hanya memanfaatkan pelajaran agar ia bisa mendekatinya dan ia berhasil. Vian muak dengan cara-cara pasaran seperti itu.

dan ternyata dugaan Al memang benar. Ayra sengaja melakukan cara itu agar bisa masuk ke rumah Al. 

AL&AY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang