part 3

34 0 0
                                    

Sudah dua hari semenjak insident yang menimpa Ayra saat itu. Sekarang gadis yang selalu ceria itu terduduk melamun memandang keluar jendela kamarnya. Perban yang melingkari kepalanya dan bercak merah yang begitu kentara disana membuat Ayra risih.

Dua hari tidak masuk sekolah. Dan itu membosankan. Ayra harus terbaring seharian dikamarnya. Karena ibunya selalu melarangnya melakukan apapun termasuk keluar sekalipun dari rumahnya. Sungguh membosankan!

Kepalanya mengalami luka parah. Karena botol yang menghantam kepalanya langsung pecah dan kepingannya menancap kulit kepalanya hingga menyebabkan banyaknya darah yang keluar. Ayra tidak pernah menyalahkan siapapun atas kejadian ini. Karena ini adalah pilihannya. Untuk menyelamatkan temannya! dan ia berpikir ini juga sebgaian salahnya akrena jika dia tidak datang ke rumah Vian mungkin cowo itu bisa mengantar Letta dan kejadian kemarin tidak terjadi. Ya, mungkin ini adalah salahnya.

Tapi dibalik semua itu, Ayra merasa tenang karena teman barunya--Al selamat dari botol kaca yang hendak menghantam kepalanya. Dan semenjak kejadian itu, Ayra dengan resmi menjadi teman Al! Al telah mengeluarkan lisense bahwasanya ia menerima pertemanan dari Ayra. Senangnya bukan kaleng kaleng!

Dua hari ini Letta selalu datang kerumah Ayra. Entah untuk memberikan makanan, menanyakan kabar, mengobrol, atau menyampaikan sepatah kata amanat dari Al. Sayang sekali, Al tidak pernah datang. Padahal Ayra sangat mengharapkannya. Letta bilang, 'dia nyuruh aku kerumah ka Ayra terus. Giliran diajak gak mau'.
Ayra tidak tahu alasannya apa. Kemungkinan yang bisa ia tangkap adalah--Al gengsi untuk menjenguknya_-

Hal yang ada dibenak Ayra saat ini adalah--mengapa ia begitu antusias terhadap orang yang baru saja ia kenal dalam jangka waktu tak lama ini? Dia sendiri tak tahu alasan pastinya apa. Karena setelah melihat Al, Ayra merasa tertarik untuk terus masuk kedalam hidupnya dan menjadi bagian cerita dalam kesehariannya.

"Do i love him?"Celetuk Ayra setelah bergelut dengan lamunan indahnya.

Sambil terus menatap awan yang bergerak perlahan menyusuri bangunan pencakar langit satu per satu diatasnya, ia mulai mengingat betapa sakitnya masa pertama ia melewati hubungan asmaranya. Cukup sampai disana. Ayra tak ingin jatuh lagi. Entah itu jatuh cinta, atau jatuh kedalam perangkap berkedok rasa. Untuk saat ini, Ayra masih ragu untuk membuka hati lagi. Ia hanya akan melakukannya jika dengan orang yang tepat.

"Gak!"Pekik Ayra. "Gue gak boleh suka sama orang. Semuanya cukup jadi temen, oke Ay? Jangan pernah lagi kenal sama yang namanya cinta!"

"Loh, kenapa?"

Shit.
Siapa itu?!

Ayra menoleh kearah sumber suara. Disana, diambang pintu kamarnya ada Letta yang sedang melambaikan tangannya sembari tersenyum memamerkan deretan giginya.

"Eh!" Ayra memalingkan wajahnya berusaha menyembunyikan semburat merah dikedua pipinya. Ia tercyduk sedang bicara dengan jendela, gais.

Letta terkekeh. Ia menghampiri Ayra dan duduk disebelahnya, "gimana keadaan ka Ayra sekarang?"

Ayra mengangguk pertanda ia sudah mulai membaik.

"Kak Al mau ngajak jalan"

Ayra membulatkan matanya, "serius?!"

"Iya bentar lagi pulang sekolah dia langsung kesini katanya."

"Hah? Pake baju sekolah dong jalannya"

"Ya enggalah! Dia mau kesini dulu"

"Ngapain?"

"Minta izin ke mommy Ka Ayra"

Ohya,. Ayra tidak yakin ibunya akan mengizinkannya. Tapi, ini kesempatan yang bagus! Ia bisa lebih memperdekat pertemanannya dengan Al. Ia harus memakai jurus andalannya. Muka melas:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AL&AY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang