xxi. doubt

6.2K 2K 191
                                    













Yeji mengerjapkan kedua kelopak tunggal ketika merasa sinar mentari menyengat indera peraba lewat celah jendela kamar.


Gadis itu duduk ditepi ranjang sembari mengusap kedua mata. Pergerakannya terhenti ketika mendengar suara gelak tawa dari luar.


Dengan ragu, Yeji menghampiri pintu kamar. Jemarinya memutar kenop pintu dengan hati-hati.


Udah gak dikunci.


Suara tawa lebih jelas terdengar ketika pintu terbuka. Yeji melangkah menuruni anak tangga, menemukan keluarga itu plus adik kembarnya tengah menikmati sarapan pagi.


Cowok itu makan dengan lahap seolah tak ada hari esok.


"Selamat pagi, sayang."



Irene adalah orang pertama yang menyadari keberadaan Yeji. Wanita itu tersenyum, menepuk bangku sebelahnya yang kosong. "Ayo duduk sini, makan bareng mama."


Yeji nurut.


Begitu duduk, sikunya segera menyenggol perut Hyunjin yang masih asik makan sendiri.


"Tangan lo gapapa?"



Hyunjin nyengir sembari mengangkat tangannya yang di gips. Abis itu lanjut makan lagi.


Helaan nafas terdengar, Yeji lega Hyunjin baik baik saja.


















































Tapi sumpah, Yeji gak habis pikir sama jalan pikiran Hyunjin. Cowok itu santai aja seolah numpang dirumah orang asing bukanlah hal yang besar.


Liat aja lagaknya, kayak dirumah sendiri.


Cowok itu duduk disofa, mulutnya tak berhenti mengunyah kue kastengel dari dalam kaleng besar sementara kakinya diletakan diatas meja.


Yeji duduk disebelah Hyunjin, merebut kaleng makanan itu dari tangannya.


"Ayo pergi."



"Pergi kemana?"


"Ke rumah, kita pulang."


Hyunjin berdecak. Kembali ia merebut kaleng miliknya dari tangan sang kakak. "Gak bisa." Lalu ia menunjuk tangannya yang dibalut perban dengan dagu. "Tangan gua masih sakit, emangnya lu kuat dayung sendiri nyebrang pulau?"


Ya bener sih. Tapi tetep aja, dimanapun lebih baik daripada disini.


"Lagian disini enak kok, orangnya baik baik."seru Hyunjin selekas ia memasukan satu buah kue kedalam mulut. "Gua dikasih vitamin terus, badan jadi seger."

"Yakin?"

"Yakin apa?"

"Yakin itu vitamin?"

Kerutan halus nampak di dahi Hyunjin. Dengan tawa gugup cowok itu memukul pelan bahu Yeji seraya tersenyum lebar. "Gak usah bikin parno deh."

HEREDITARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang