"Bolehkah aku merindu?"
Tenang saja, ini tidak akan berat.
Tidak ada lagi gadis kecil, yang menyusahkan dengan suara kecil nyarinya yang menjadi candu untukmu.Kau tak perlu lagi berteriak,
Kau tak perlu lagi mengelengkan kepala, hanya karna kelakuannya melebihi ekspektasimu."Hai Ayah, kini aku beranjak dewasa".
Lucunya, Dunia seperti mengolok-olok anakmu. Jujur saja, tanpamu aku tidak bisa berdiri tegak seperti dulu.
Tak tahu sudah berapa banyak luka dan kecewa yang aku tutupi.
"Aku munafik ayah.." gadis kecil yang kau didik keras ini, seperti rapuh dimakan waktu.
"Aku tidak bisa lagi tersenyum tulus, seperti saat kau berkata, "anak ayah pintar".
Entah berapa keras usahaku mendapatkan peringkat dikelas, aku rasa tidak sepadan dengan hidupku saat ini.
Aku hanya bisa mendengarkan suaramu, tanpa peluk yang selalu ada.
Aku hanya ingin bercerita, walau tahu aku tidak pernah memiliki keberanian.
"Kenapa hidup harus sebercanda ini ayah?...,
Atau karna aku yang selalu memikirkan hal yang tak berguna?.."Jika saja hidup ini seperti drama, aku tidak ingin menjadi peran penting didalamnya, terlalu banyak konflik yang tak bisa aku mengerti.
Aku hanya perlu rumah, bukan tempat yang menjadikan aku asing didalamnya, tapi rumah yang menerimaku untuk pulang, Ayah.
"terimakasih telah mengajarkanku segala hal mengenai pendewasaan".
Aku mencintaimu.