Sekarang yang dirasakan Rubby benar-benar menyakiti hatinya. Bahkan wajahnya masih memucat pasi sejak kejadian beberapa jam lalu. Ia benar-benar seperti orang linglung saat ini. Apalagi begitu Sean mengungkapkan sebuah kebenaran pada Somi tepat di hadapannya, di depan matanya.
Sean menghadap Rubby, pandangan mereka saling beradu satu sama lain. Sean tersenyum miring. Lalu setelahnya berbalik menatap Somi yang berada di samping Lisa, berdiri tidak jauh darinya.
Pria itu berjongkok, sedangkan Rubby terus memperlihatkan gerak-gerik Sean. "Kau tau, aku itu Daddymu," kata Sean begitu saja pada Somi.
Somi mengernyit, sedangkan Rubby membelalakkan matanya tidak percaya. "Sean, cukup!" geram Rubby menarik tangan Sean agar pria itu berdiri dan cepat pergi.
Namun, karena tenaga Sean yang kuat membuat Rubby tidak bisa melakukannya. Sean menghentakkan tangan Rubby. "Diam. Dia berhak tau, By!"
"Kau tidak bisa menyembunyikan kenyataan selamanya jika aku adalah Daddynya!" lanjut Sean tidak terima.
Somi mendongak menatap Rubby dengan mata bulatnya. "Apa yang Paman ini katakan, Mom?"
Rubby berjongkok, menangkup pipi Somi berusaha tersenyum meskipun hatinya terasa begitu sesak. Rubby menangguk lemah, air mata yang sejak tadi dibendung terjatuh. "Yaa, dia Daddymu," balas Rubby dengan nada bergetar.
Tanpa memperdulikan Rubby, Somi mengusap pipi Rubby yang basah. "Mom, jangan menangis."
Setelah mengatakan itu, Somi beralih menatap Sean dengan tatapan yang sulit diartikan. "Somi tidak memiliki Daddy yang jahat sepertimu!"
Sejak tadi, Rubby terus berdiam di kamar tanpa memperdulikan Lisa yang terus menyuruhnya untuk keluar. Gadis itu begitu khawatir dengan keadaannya, sedangkan Somi- putrinya itu berada di kamar entah melakukan apa. Begitu sampai di rumah orangtuanya, ia langsung masuk ke dalam kamarnya meninggalkan tatapan bertanya mamanya. Mungkin Lisa yang menjawab semua pertanyaan mamanya, begitu pikirnya. Hingga suara Somi yang terdengar dari luar membuyarkan lamunannya, "Mom, are you okay?" Suara Somi yang begitu lucu terdengar sangat khawatir.
Rubby berdiri, beranjak dari duduknya dan membuka pintu. "Mom baik-baik saja, sayang," jawab Rubby lembut.
"Bibi Lili bilang, Mom belum keluar sejak kita pulang dari taman sakura."
Somi lalu menarik tangan Rubby untuk mensejajarkan tinggi mereka. "Mom, apa Paman tadi Daddy Somi? Dan Paman itu juga yang telah menyakiti Mom dulu?"
Rubby mengernyit, lalu seketika membelalakkan matanya begitu selesai mencerna kalimat Somi. "Ya, dia Daddy Somi. Dia tidak pernah menyakiti Mom." Rubby menggeleng, mengelak. Karena bagaimanapun Sean adalah Daddy Somi, dan dirinya tidak ingin putrinya itu membenci Sean.
"Mom, jangan berbohong pada Somi." Somi berkata begitu pelan, namun terdengar dari nadanya yang begitu tegas.
Rubby menghela napasnya. "Sayang itu semua sudah menjadi masa lalu. Dan Mom, sudah melupakannya."
"Mulut Mom berkata Mom melupakannya, namun di hati ...." Somi menunjuk dada Rubby. "Mom tidak pernah bisa melupakannya. Semuanya membekas. Di sini."
Tanpa berkata, Rubby langsung memeluk Somi. "Mom berharap, Somi tidak membenci Daddy."
Di dalam pelukan Rubby, ia merasakan Somi menggeleng. "Somi tidak yakin Mom."
"Apalagi mendengar cerita dari bibi Lili." Jujur Somi, "tapi Mom, Bibi Lili tidak bersalah karena Somi sendiri yang bertanya pada Bibi."
"Sorry," cicitnya membuat Rubby tersenyum.
Rubby mengelus pucuk kepala Somi lembut, tersenyum tenang. "It's okay sayang."
"Mmm Mom," panggil Somi menunduk.
"Ya sayang?"
"Apa jika Paman yang menjadi Daddy Somi itu meminta Mom kembali padanya apa Mom mau menerimanya lagi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
CHANCE 「END」
Romance#BOOKONE Start: 25 Desember 2018 Finish: 10 Oktober 2019 Tidak ada lagi sifat childishnya, hanya saja Rubby tidak pernah yakin itu. Apakah ia sudah cukup dewasa atau masih kekanak-kanakan yang ceroboh. Dua alasan yang membuatnya berusaha untuk menja...