Lentera pertama

5 1 0
                                    

Bab 1:
Namaku Brama Sakti Aksara,begitulah ayah yang suka sekali dengan d sastra memberi nama belakangku Aksara.Beliau berharap dengan nama itu aku bisa menjadi orang yang ahli di bidang sastra.Itu sekelumit kisah awal ayah menamaiku sebelum beliau berpulang karena kecelakaan yang menimpa nya sewaktu aku masih duduk di bangku sekolah dasar.Dengan kondisi ku yang waktu itu masih bisa di bilang anak-anak,mendengar kabar sang ayah yang pergi meninggalkan ku tanpa akan kembali lagi membuat ku sangat terpukul.Segala harapan ayah yang pernah di harapkan padaku tak akan pernah ku sia-siakan.Kini aku tinggal bersama ibu.Dengan di lahirkan di pedesaan yang masih bisa dibilang jauh dari era modernisasi ini,dan tanpa hadir sosok ayah di keluarga.Membuat aku tumbuh jadi lelaki yang mandiri.Sejak dulu sepulang sekolah aku selalu membantu ibu berjualan kue keliling.Dan terbukti sekarang aku tumbuh menjadi lelaki yang bisa bekerja dengan konsisten di luar kota.Walau sebenarnya berat meninggalkan ibu di desa,tapi aku selalu berusaha menjadi diriku yang sebenarnya di sini.Kini aku bekerja di sebuah kafe yang cukup terkenal di Purbalingga.Bersama sahabat ku dari kecil,seorang lelaki berambut gimbal memakai kacamata yang tinggi nya tidak lebih dari bahu ku ini yang selalu ada untuk ku sejak aku di Purbalingga.Sebut saja namanya Dede.
Di kafe aku bisa bekerja dengan apa yang bisa ku inginkan.Bukan mereka yang hidup hanya makan,tidur , bekerja,lalu mati begitu saja tanpa bisa menikmati apa arti hidup di dunia.
Aku tidak mau jika hidupku hanya seperti itu saja.
Hari ini kafe buka agak siang,entah kebijakan apa yang pak bos buat hari ini,atau mungkin hanya sekedar ingin buka agak siang aku tak memperdulikan itu.Namun seperti hari-hari sebelumnya,yang ku lihat di kafe lagi-lagi dia.Entah sudah sekian lama,tapi begitu sering aku lihat dia sedang membaca di salah satu sudut dari kafe.Terkadang dia baca buku bawaan sendiri terkadang pula dia baca koleksi buku novel di kafe ini.
Siang itu dia memesan se cangkir kopi hitam dengan sedikit gula,seperti pesanan sebelumnya.
Dan akulah yang beruntung atau sial harus mengantar kopi itu pada sang gadis.Baru ku siapkan secangkir kopi itu di atas meja.Aku dengan perasaan terkejut setengah malu,menjatuhkan salah satu buku yang tergeletak di atas meja.Entah da sudah membaca nya atau belum,aku tidak terlalu memperhatikan nya.Seketika aku mengambil kan buku itu.Dialog antara kami berdua di mulai dari sini.
“Ngantuk mas?,kalau ngantuk kopinya di minum mas nya saja” .Ucap sang gadis sejenak menghentikan gerakan Sakti.
Ternyata dari dekat,gadis itu tampak lebih elok di pandang.Dan merugi sekali aku,yang tiap hari menghiraukan paras cantik ini.Rambut hitamnya membelai indah tanpa di hiasi warna putih sekali pun.Postur tubuh serta warna kulit putih nya,begitu pas dengan pakaian denim di pakainya.
“Woy!! Mas,jangan ngelamun”,Ucap gadis keras menyadarkan ku dari lamunan.
“Maaf”
“Iya tidak apa-apa”
“Boleh kenalan?”.Tanya ku tanpa ada rasa malu sedikit pun.
“Bolehlah kenapa enggak.Kan tak kenal maka tak sayang”
“Kalo sudah kenal boleh dong di sayang”.Balasku sambil sedikit senyum tanda becanda.
“kamu lucu ya orang nya.Kenalin aku Ernama Saraswati,Panggil saja Erna”. Dengan semangat dia memperkenalkan diri.
Obrolan kami di mulai sini namun akankah berakhir juga disini
Entah kenapa hari ini aku merasakan ada hal yang sudah lama tidak ku rasa.Apakah ini cinta?,Apakah ini hanya sebatas pertemuan yang sia-sia?. Aku tidak tau.Yang ku tau saat ini.Aku terpanah secara tidak sengaja.Jagad rayaku berhenti sejenak saat tatapanku mendarat di tatapan mu.Seketika tumbuh benih asmara dalam hatiku.di tatapan pertama adalah aku jatuh cinta padamu.
Pertemuan kita memang sangatlah sederhana.Namun apakah rasaku untukmu akan sesederhana itu?.Akankah cerita kita bisa lebih dari kata sederhana.
_______

Pagi sudah mengetuk mata,saatnya aku berangkat bekerja.Dengan berharap pula aku bisa bertemu dengan Erna seperti kemarin.
Apakah hari ini akan bertemu?. Kita lihat saja nanti.
Kembali ku buka pintu kafe,ku beres-beres bersiap untuk membuka kafe sebelum para pengunjung datang.Namun seperti biasa,sudah ada yang mendahului ku datang.Aku paham dengan rambut panjang nya yang pirang entah bawaan lahir atau memang sengaja,kulitnya yang putih bersih itu ,serta aroma wangi parfum rose itu aku tau itu Jenny.
Jenny karyawan teladan di kafe.Sudah bagai anak emas bagi pak bos.Dan aku tau dari Dede kalau dia suka padaku,aku sedikit sadar.Dengan perhatian nya pada ku itu,sudah seperti kode.Tapi hatiku berkata lain.Dia bukan tipeku,sama sekali bukan tipeku.
“Hai sakti,selamat pagi”.Ucap Jenny padaku yang baru saja sampai di kafe.
“Pagi juga Jen,Dede mana? Kok belum kelihatan?.
“Kok nyariin Dede?,Aku yang dari tadi disini gak di tanyain?.
“Biasa saja si Jen” .Dengan cuek aku pergi ke belakang,menaruh barang bawaan ku.
Sengaja aku cuek pada Jenny.Agar dia tidak terlalu mendekati ku,sebab aku tau kalau Dede sebenarnya yang suka sama Jenny.
Hari kian siang.Hawa panas sudah membakar kulit orang yang sedang berlalu lalang di tiap-tiap sudut kota ini.Saking sering nya Erna,gadis yang ku temui kemarin disini.Aku paham kalau jam-jam segini dia pasti sebentar lagi akan datang.
Dan benar tepat jam 1 siang.Dia datang.Kali ini dia di antar lelaki dengan jaket hitam.Dalam pikir ku aku bertanya-tanya siapa lelaki itu?.
“Positif thinking aja bro,mungkin itu pacarnya”.Ucap Dede yang baru berangkat bekerja seraya mengagetkan ku dari belakang,seolah bisa membaca pikiran ku.
“Ah,apaan”,lalu aku pergi dengan malu.
“Eh mau kemana?baru juga ketemu”
“Ke depan!”,jawabku sambil lari.
Di ejek Dede gini buat aku sedikit canggung untuk berbincang dengan Erna.
Lalu ku beranikan diri.Menemuinya,modusnya nanya pesen apa.
Oke siap ayo sakti kamu bisa!. mengambil nafas panjang.
“Mau pesan apa mba?”.Tanyaku dengan senyum palsu guna menutupi rasa malu ku yang sedari tadi ku tahan.
“Pesan kopi saja,seperti biasa”
Lalu ku lihat di atas bukunya.Ada buku novel yang kebetulan sedang ku cari namun susah karena bisa terbilang cukup langka.
“Itu dapat novel dari mana?”
“ oh ini di kasih pacar dulu”
“Yang tadi pake jaket antar ke sini ya?”.
“Bukan,itu si tukang ojek”
Sedikit lega setelah ku dengar itu Cuma tukang ojek.
“Keren juga ya punya pacar yang suka baca novel kaya mba”.
“Iya si tapi itu dulu banget”.
“Dulu?, sekarang sudah gak suka baca kah?”
“Bukan,tapi dia sudah menjelma menjadi mantan”,jawab gadis itu.
Mantan?, berarti dia jomblo.Yes ada kesempatan nih.
“Yang sabar ya Mba.Semua sudah ada yang mengatur”.
“Biarlah dia berlalu,Semua akan indah pada waktunya.Yang sakit ada kalanya sembuh.Yang menyakiti pasti akan di balas”
“Iya juga si.Eh boleh minta nomor nya ?”.Tanya ku agak ragu-ragu.
Di tulislah di selembar kertas yang lalu di beri p pada ku.Dalam hati kecilku aku merasa senang,dengan ini bisalah aku berbincang lebih jauh lagi.
Ini mungkin awalnya.Begitu sederhana.Tapi ku lihat dari tatapan nya,ada seberkas cahaya yang memancar kan indah yang tak pernah aku lihat dari gadis manapun.
Apakah sinar itu?
Warna nya memang masih samar.Namun Tuhan ku mohon padamu,beri aku sedikit penerang agar aku dapat susuri samarnya
Biar ku temukan lentera yang sudah pernah redup itu.Kemudian Tuhan,ku mohon padamu y untuk kedua kalinya.Beri aku sedikit api.Biarkan aku hidupkan lentera itu lagi.
Ingin ku nikmati cahaya yang secara indah  masuk menerobos hati ku.Dan Tuhan untuk ketiga kalinya.Beri aku waktu untuk bisa menikmati cahaya yang sudah susah payah aku nyalakan.
Cahaya itu sangat berguna.Walau tak abadi.Namun biarkanlah aku menikmati nya sampai padam nanti.
Wahai Erna,kaulah cahaya itu.


PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang