Chapter 43 (Aku Kamu. Part 1)

179 5 0
                                    

Flashback On

"Assalamualaikum Ma," setelah istirahat cukup Angga berniat menceritakan keinginannya untuk melamar Talia kepada Riana di toko saja, karena kemarin tidak sempat Riana langsung menyuruhnya istirahat.

"Waalaikumsalam, kok ke toko bukannya dirumah saja?"

"Ya engga lah, aku kan pulang karena kangen Mama, kok malah tidur mulu," ucap Angga dan membantu Riana merapikan meja kasir nya.

"Ma, ada yang mau aku omongin."

"Ngomong aja, pake izin segala kamu,"

"Angga mau lamar Talia." ucapnya dan sukses membuat Riana menoleh.

"Kamu bilang apa barusan?"

"Mama gak salah dengar kok,"

Riana tersenyum. "Sayang kamu jangan bercanda,"

"Engga Ma, Angga serius. Angga rasa Talia memang jodoh yang dikasih Allah buat Angga. Angga gak mau ajak dia pacaran, Angga mau langsung lamar dan nikahin dia." ucap Angga serius.

"Nikah itu bukan hal yang bisa dipermainkan ya, nikah itu cuma sekali seumur hidup, pilih seseorang untuk menemani kamu saat kamu senang atau susah. Dan lagi kamu aja belum ada penghasilan buat nafkahin dia kan,?"

"Iya Ma, Angga tahu. Insyaallah lulus kuliah Angga langsung cari kerja dan baru nikahi dia, jadi sekarang tuh istilahnya Angga kaya ngasih kepastian gitu ke Talia Ma,"

"Tapi, apa kamu yakin sama pilihan kamu?"

"Insyaallah Ma, jawaban istikharah Angga, itu Talia." Angga tersenyum meyakinkan.

"Yasudah, apapun pilihan kamu, Mama selalu dukung, yang penting orang itu baik." Riana tersenyum.

"Angga juga mau ngasih ini," saat hendak mengeluarkan benda dari kantong jaketnya, pintu toko terbuka. Buru buru Angga memasukkan kembali benda tersebut.

Ketika ia menoleh, ternyata Talia. Mengapa tepat sekali gadis itu datang disaat ia sedang membicarakan nya? Senyum pun tak dapat terelakkan dari wajah Angga.

Flashback end

***

5 Bulan Kemudian

"Oke, cukup sampai disini dulu, kita lanjutkan di pertemuan selanjutnya. Selamat siang semua." ucap Bu Ayu dosen yang mengajar jam terakhir matkul Talia.

"Din, lo liat binder gue gak?" ucap Talia pada teman sekelasnya.

"Tadi kayanya diambil Jody deh pas lo ke toilet," jawab Andini pelan.

"Aduh masih aja tuh orang." Talia bangkit dari duduknya dan menghampiri bangku Jody.

"Jo, binder gue di lo?" tanya Talia langsung.

Jody yang sedang mencari headset di tas nya langsung menengok ketika ada yang berbicara dengannya, ketika melihat Talia ia langsung menampilkan  wajah terbaiknya. "Gak ada," jawabnya sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Serius, kalo lo boong, gue gak bakal mau ngomong sama lo lagi," ucap Talia sambil menadahkan tangan.

"Hehe iya iya, jangan ngomel mulu apa nanti gue makin cinta gimana, kan ribet." Ia pun mengeluarkan benda tersebut dari dalam tas nya dan memberikan nya pada Talia, setelah itu Talia hendak pergi membalikkan badan tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

Tapi Jody menahannya. "Lo kenapa jutek banget sih sama gue? Gue kan sayang sama lo."

Talia tahu jika Jody menyukainya, Jody sudah mengatakan nya berulang  kali, tapi tentu saja Talia tidak merespon hal itu, ia menganggap sesuatu yang biasa.

"Trus? Gue harus gimana?" balas Talia sambil melepaskan pegangan Jody.

"Ya lo jawab dong, mau apa engga jadi pacar gue,"

"Engga. Udah kan selesai," Talia hendak pergi tapi lagi lagi Jody menahannya.

"Apa lagi sih?" ucap Talia.

"Tapi kenapa? Apa yang bikin lo nolak gue?"

Tanpa menjelaskan apa apa Talia menunjukkan jari jari tangannya, disana terlihat jari manisnya mengenakan sebuah cincin perak.

"Apa maksudnya?" Jody masih tak paham.

"Gue udah mau nikah." ucap Talia dan benar benar pergi dari hadapan Jody yang masih tercengang.

***

Talia berjalan santai menuju parkiran motornya. Entah mengapa semua terasa berbeda dan berubah. Orang orang di sekelilingnya pergi mengejar cerita cinta dan cita cita. Kini ia harus beradaptasi tanpa orang yang biasa bersamanya.

Ia melihat jari manisnya yang terpaut sebuah cincin biasa, tapi meninggalkan cerita yang luar biasa. Ia kembali mengingat hari saat Angga memakaikan cincin ini di jari nya, dan datang kepada orangtua Talia bahwa secepat nya ia akan mengikat janji suci dengan dirinya.

Semua kegelisahan yang menakutinya bahwa ia akan kehilangan Angga, seolah hilang karena pria tersebut justru meyakinkan dirinya untuk menunggu, menunggu lelaki itu sukses dan halal untuknya. Dan itu tidak lama, Talia yakin bisa menunggunya.


ToBeContinued

menuju part terakhir gais!! 💞

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang