✧-144

936 201 12
                                    

cr. header to  @/softthaitea on ig



"Kyu, aku bingung sama kamu."



Masih dengan pipi bulat karena mengunyah cheese corndog, Changmin balas menatap Gyuri yang barusan berceletuk. Keningnya mengernyit bingung, dan tatapan matanya memberi isyarat agar gadis itu melanjutkan kata-katanya.

Gyuri terlebih dahulu mengambil sejumput permen kapas, menyuapkannya dalam mulut, lalu kembali berujar, "Dari semua tempat dating yang bisa kita datangin, kenapa kamu pilih amusement park? Padahal kan udah jelas-jelas tempat ini tuh nggak boleh dikunjungin untuk orang dengan penyakit jantung atau gangguan pernapasan."

"Bukan nggak boleh dikunjungin, tapi nggak semua wahananya bisa dinaikin," ralat Changmin. "Buktinya, kita bisa beli cotton candy sama corndog? Kita bisa photobox? Dan lagi, kalau kita udah sampai di tempat antrian bianglala, artinya kamu dibolehin naik bianglala, kan?

"Iya sih, Kyu. Cuman, daritadi tuh orang-orang ngeliatin aku mulu. Mungkin aku keliatan ribet banget ya bawa-bawa oksigen ginian segala," ujar Gyuri lagi kali ini dengan mengerucutkan bibirnya.

Changmin mengambil sejumput permen kapas milik Gyuri dan memasukkannya dalam mulut. "Nggak usah dipeduliin. Itu artinya kamu limited edition, bisa punya ginian. Nggak semua orang bisa punya ginian, Gyu, makanya mereka tertarik. Fascinated."

"Dasar. Bisa aja kamu." Gyuri memukul lengan kekasihnya pelan. "Untung aku sayang sama kamu, Kyu."



Setelah menunggu untuk waktu yang cukup lama, akhirnya tiba giliran mereka untuk menaiki bianglala tersebut. Changmin membantu Gyuri untuk naik serta memasukkan tabung oksigennya.

Bianglala perlahan bergerak, membawa mereka ke atas, di mana mereka disuguhi pemandangan kota—terutama kawasan taman hiburan tersebut—di malam hari. Warna-warni cahaya lampu taman hiburan berpadu, menciptakan sebuah pemandangan yang amat indah.



"Kyu ... bagus banget!" komentar Gyuri sambil memegang tangan Changmin erat. Tak henti-hentinya gadis itu menatap sekelilingnya dengan dwimanik berbinar.

Changmin tertawa. "Kayaknya tempat tinggal yang cocok buat kamu tuh di gunung kali ya? Supaya kamu bisa ngeliat pemandangan tiap hari," ucapnya.

"Sebenernya di pantai juga nggak masalah, kok!" balas Gyuri. "Yang penting jangan di tengah kota, dimana aku cuman bisa ngeliat gedung gedung gedung, atau rumah rumah rumah. Bosen."

Karena gemas, Changmin mengacak poni gadisnya.



"Kyu ...."

"Hmm?"

"Aku mau ngomong, tapi kamu jangan sela, ya? Dengerin aku dulu sampe aku beres, baru kamu komentar. Oke?"

Changmin mengangguk. "Oke."



Gyuri menarik napas panjang beberapa kali, seraya memejamkan matanya erat. Dalam hati, ia sedang merangkai kata-katanya, karena ia tahu apa yang hendak ia ucapkan setelah ini mengandung makna yang dalam.



"Kyu, nggak kerasa ini udah hari keenam. Aku nggak bilang bahwa besok aku pasti pergi, tapi aku juga nggak bisa janjiin kalau besok aku masih bisa berhadapan dengan kamu lagi, senyum di depan kamu lagi. Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, lusa, dan di hari-hari depan kita berikutnya."

Gadis itu kembali menarik napas, seraya membiarkan tangannya diremas lembut oleh sang kekasih.

"Yang pasti, aku mau bilang terima kasih sama kamu. Kamu udah buat aku bahagia. Enggak cuman seminggu terakhir ini, tapi dari dulu, dari pertama kali kita kenalan. Makasih, kamu mau kenalan sama aku. Makasih, karena kamu udah warnain hidup aku, udah ngisi hari-hariku. Makasih untuk semua momen kita bersama, dari mulai yang seneng, yang sedih, bahkan momen kita berantem. Makasih, kamu udah ada ketika aku jatuh, ketika aku putus asa, ketika aku nyerah."

Pandangan gadis itu seketika memburam tatkala likuid bening berkumpul di pelupuk matanya. Gyuri mengerjap, berusaha mengusir air mata tersebut, tetapi alirannya malah semakin deras seraya gelombang emosi makin menghantam perasaan dara Jang tersebut, membuat isakan kecilnya mulai keluar.

Tangan Changmin bergerak untuk mengusap air mata di pipi gadis itu.



"Kyu, kamu harus janji sama aku. Besok kamu masuk kuliah, kan? Kamu harus masuk kelas, dan harus ngikutin setiap pelajaran dari awal sampai akhir. Kamu nggak boleh pergi ke rumah sakit, atau ngunjungin rumahku, sebelum kelas selesai. Kamu nggak boleh kemana-mana sebelum Bang Hyunjae kasih kabar apapun. Oke?"

Changmin, yang kini juga telah berlinangan air mata, mengangguk.

"Dan satu hal lagi. Kamu harus janji, apapun yang terjadi, kamu harus tetap bahagia. Kamu harus ngelanjutin hidup kamu, jadi orang sukses, jadi kepala keluarga yang baik, jadi orang yang berpengaruh buat lingkungan kamu. Oke?"

Tak ada respons yang bisa Changmin berikan sebagai sebuah anggukan yakin, seraya ia mempatrikan janjinya pada Gyuri tersebut di hatinya.



Bianglala terus bergerak, membawa keduanya ke titik yang lebih tinggi, hingga tak terasa kini mereka sudah berada di puncak.

Changmin menggenggam kedua tangan gadisnya yang terasa dingin, lalu menatap iris gelap gadis itu dalam-dalam. Changmin ingin menilik dan menyentuh dasar terdalam dari lubuk hati gadis itu.



Perlahan, ia mencondongkan tubuh, mendekatkan wajahnya, mengikis jarak yang tercipta antaranya dan Jang Gyuri.

Jantungnya bertalu-talu, apalagi ketika dilihatnya Gyuri yang perlahan memejamkan mata. Ia juga merasakan tangan sang gadis yang ada dalam genggamannya perlahan bergetar.

Changmin menelan ludah saat jarak mereka tinggallah setipis helaan napas. Pandangannya terpaku pada labium merah sang gadis.



Kemudian, ia menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu.

Memberinya sebuah kecupan manis nan lembut.

Ini adalah ciuman pertama mereka, yang mungkin juga akan menjadi yang terakhir.



Berjuta perasaan bermain-main dalam hati Changmin, membuat dadanya serasa mau meledak.



Adegan tersebut hanya berlangsung singkat, sebelum Changmin kembali menarik wajahnya. Sebelah tangannya mengusap pipi Gyuri untuk menghapus sebutir air mata yang masih mengalir turun di wajah pucat gadis itu. Sementara Gyuri masih menundukkan kepala, seakan tak berani untuk memandang kekasihnya.



"I love you, Jang Gyuri," ucap Changmin dengan penekanan di setiap katanya.

Ia harus mengucapkannya sebelum terlambat, sebelum tak ada lagi waktunya untuk mengucapkan frasa sakral tersebut.



Dan ketika Changmin mengucapkannya, ia juga memaknainya.





sumpah aku deg degan nulis part ini asdfghjkl

168 Hours 🔹 jcm, jgr ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang