Di sini aku belajar teknik berdagang yang sebetulnya cukup biasa. Namun, teknik ini akan sulit dilakukan jika si penjual tidak sekomunikatif tukang jeruk ini. Pada akhirnya jeruk di karung tinggal tersisa seperempat. Air mukanya terlihat bahagia, sambil tersenyum ia bercerita tentang bagaimana harinya berjalan, padahal tak ada satu pun yang bertanya.
Di tengah ocehannya, si tukang jeruk tiba-tiba melihat ke arahku. Ia lagi-lagi menawariku untuk membeli jeruknya. Untuk ke sekian kalinya aku menolak. Tanpa terpikir olehku tiba-tiba ia berkata "Ganteng ini anak, kalo udah gede bakal banyak duit, mantu saya juga kayak gini loh," seketika tawa para penumpang pecah. Kala itu aku tak tahu harus bereaksi apa, antara malu tapi senang ada yang memuji.
Sore itu suasana bus belakang menjadi hangat gara-gara si tukang jeruk. Kami yang tak saling mengenal diberi ruang untuk tertawa bersama dan memaknai hari. Ocehan si tukang jeruk memberiku pelajaran bahwa hidup harus dijalani dengan senyum dan bahagia. Biar lah hidup sebagai tukang jeruk yang penting memberi aura positif bagi sekeliling.
Ocehan Si Tukang Jeruk oleh Adena Sihudin
s e l e s a i
Kenalan dengan penulis melalui Instagram adenuansa
YOU ARE READING
Ocehan Si Tukang Jeruk
NouvellesCerita tentang seorang tukang jeruk yang memberi inspirasi bagi penulis.