Tn. Chairisvira

3 2 0
                                    

Mata elangnya mengerling ke seluruh sudut lapang basket mengekor seorang wanita yang tak sengaja menarik perhatiannya.

Terlebih siapa yang membawanya, membuat kefokusannya menambah lebih tajam pada satu bidikkan deru nafas balas dendam yang sudah memburu.

"Loe ga makan?" tanya Daniel memberikan sepiring nasi goreng hangat spesial yang sudah menjadi santapan utama mereka.

"Tadi udah sarapan" jawabnya malas meninggalkan kantin. Tak banyak yang tahu mengenai dirinya. Hanya segelintir orang dan orang terdekat sajanyalah yang tahu bagaimana sikap dan kepribadian aslinya.

Setiap apapun yang dilakukannya pastilah menjadi sudut fenomena viral mengenai 
International Vocational High School. Pasalnya pria pendiam ini menyimpan segudang rahasia polemik seluruh siswa.

Dengan tugas dan tanggung jawabnya yang besar pula ia mampu dipercaya tuk memimpin beberapa organisasi, salah satunya organisasi kemanusiaan remaja, PMR.

Setiap jam bahkan menit ia harus sudah siap siaga untuk memperhatikan dan mengutamakan keselamatan diseluruh sudut IVHS. Terlebih salah satu ruang dekat mushola.

Ruang strategis tempat ia bergelut menjalani beberapa keahliannya, mulai dari pertolongan pertama hingga teknis berikutnya. Beberapa siswi yang sudah mengenalnya beberapa bulan lalu sudah menyapa di mulut ruangan.

Regu piket yang ia tegaskan sangatlah wajib dipatuhi, dua atau tiga orang siswi yang selalu berganti shift diprioritaska setiap saat untuk menemani ruangan bernama UKS itu.

"Pagi kak Danish, "sapa salah seorang diantara mereka.

Danish hanya tersenyum mengangguk menatap gadis berparas ayu itu tersenyum riang menatapnya. "Pagi Evelyn"

Tanpa ia sadari gadis yang menyandang sebagai mantan dua hari yang lalunya itu, ikut menemani ke dalam ruangan miliknya hingga ia duduk tepat dihadapan Danish.

"Semua orang udah tahu kan kita udah putus?" tanyanya terlihat antusias. Danish hanya menatapnya bingung.

"Yah, bahkan sebelum gue denger kata putus dari loe" wanita itu hanya tersenyum bebas. Dan detik berikutnya parasnya mulai kembali terlihat tak suka menatap Danish. "Beneran kan?" tanyanya kembali.

"Kenapa? Takut cowo itu ga jadian sama loe?" tanya Danish dengan nada yang naik satu oktaf dari sebelumnya. "Ternyata loe masih suka ya sama gue" entah sebuah pernyataan atau pertanyaan yang ia utarakan. Belum sempat Danish menjawab wanita itu sudah pergi dengan tawa khas yang selalu mengiang indah dikepalanya.

Rasanya harus ada seribu cara agar pikirannya tak selalu jatuh pada wanita yang ia sebut mantan di masa depannya itu.
Bukan menjadi musuh atau benci padanya sekarang, namun rasa keraguan yang ia selalu maksudkan pada gadis bernama Evelyn tersebut.

"Tapi Al loe nyalahin aturan, kita cuman ngejalanin tugas"

"Gue bisa Nan, dia butuh pertolongan"

"Itu tugas kita Al, loe ga berhak"

"Gue juga mantan anggota PMR IVHS"

Percekcokan kecil itu terdengar samar-samar saat dirinya hampir saja terlelap dalam buaian angin sejuk di ruangannya. Segera ia memeriksa dengan situasi yang terjadi.

Tirai putih itu terbuka dengan santainya tangan Danish menariknya agar mengetahui isi ruangan yang sedang penuh dengan pergejolakan hangat yang memenuhi pendengaranya itu.

Gadis berambut cokelat ikal itu yang pertama kali ia lihat, bukan darah yang mengalir dipelipis kirinya yang menjadi fokusnya pada gadis berseragam IVHS itu, namun iris biru itu yang menjadi sorot perhatiannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Intuisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang