Foto

734 51 8
                                        

.

.

.

Suho hanya bisa mencebikkan bibirnya sedari tadi. Lho? Kenapa? Bukankah seharusnya gadis berusia 14-yang sebentar lagi mencapai 15 ini merasa senang? Ingat, ini hari terakhir MOS-yang berarti hari terakhirnya disiksa oleh kakak-kakak OSIS itu lho. Tapi kenapa gadis Kim ini malah kesal?

"Kyungsoo, senyum."

Klik

Lagi-lagi suara bariton itu. Mendengarnya saja membuat Suho menghela napas. Oh Sehun , pemuda tampan yang merupakan kakak kelas yang merangkap sebagai tetangganya juga laki-laki menyebalkan yang disukainya.

Untuk MOS (Masa Orientasi Siswa) kali ini, entah bagaimana Sehun menjabat sebagai seksi dokumentasi-padahal, setahu gadis itu Oh Sehun 'kan ketua OSIS-nya Xoxo High School.

Oke, jadi begini. Sudah tiga hari ini Sehun meminta Kyungsoo-teman satu kelompoknya, yang selalu berada di dekat Suho agar tersenyum untuk difoto.

Iya deh, Suho tahu. Kyungsoo, perempuan (super) cantik itu memang luar biasa-tidak seperti dirinya. Rambut kyungsoo panjang, hitam, bagus, berkilau, dan lain-lain-sedangkan rambut Suho ... sudah dipotong demi mengganti imej untuk masa SMA yang dihadapinya. Padahal, setahunya Sehun 'kan suka gadis berambut panjang. Duh, sial. Ia hanya bisa mengutuki banci salon yang memotong rambutnya kelewat pendek sampai sebahu.

Tunggu. Apa ia terlihat seperti orang yang sedang cemburu? Keh! Jangan ditanya. Hatinya sudah dibuat panas selama tiga hari terakhir ini.

Upacara penutupan MOS baru saja selesai dilaksanakan, pekikan terkejut dari hampir seluruh siswa peserta MOS terdengar saat mengetahui jabatan asli Sehun yang tak lain tak bukan merupakan ketua OSIS. Alasan Sehun meyamar sebagai seksi dokumentasi memang tidak dijelaskan entah kenapa-aneh, bukan?

Ah, masa bodoh. Suho juga tidak mau pusing-pusing memikirkannya. Pasalnya gadis itu sudah terlanjur bete dan kesal karena cemburu juga diabaikan. Iya, ia memang diabaikan. Padahal awalnya, Suho mengira karena koneksinya dengan Sehun, urusan MOS-nya akan lebih mudah. Tapi nyatanya? Realita memang sungguh kejam, nyatanya Sehun malah mengerjainya habis-habisan. Menyebalkan, ya? Sangat!

Semburat oranye sudah mewarnai langit di luar sana. Ditemani oleh matahari senja, Suho berjalan dengan langkah lebar-lebar, bibir yang ditekuk, dan alis yang mengerut menuju rumahnya. Badannya sudah lelah luar biasa-hei, dibentak-bentak dan disiksa oleh senior selama tiga hari bukanlah hal yang mudah.

Suho menolehkan kepalanya ke samping, kala mendengar suara motor berada di sebelahnya. Ritme jantungnya langsung tak beraturan saat ia mendapati laki-laki tampan berkulit putih pucat tengah menatapinya datar.

"Mau ikut?" tanya Sehun dengan intonasi monoton.

Dalam hati senang sih, diajak oleh gebetan ... kapan lagi? Lumayan juga, bisa modus berduaan saat di jalan. Tapi, kalau mengingat kejadian tiga hari ini rasanya...

Suho memalingkan wajahnya ke kiri sembari menyilngkan kedua tangannya, "Nggak usah, makasih," balasnya judes.

Dan detik berikutnya, terdengar suara motor yang melaju. Sehun, meninggalkan Suho di jalan begitu saja.

.

"AAAA! OH SEHUN SIALAAAAAN! PABBO!" ia bekap wajahnya ke bantal demi meredam teriakan pelampiasan kekesalannya. Kalau diprotes tetangga 'kan bisa repot. Lagipula, Sehun 'kan tetangganya juga-bisa gawat 'kan kalau ia sampai mengetahui Suho mengutukinya di rumah. Sudah pasti, ia bisa dijadikan sasaran empuk di sekolah.

Gadis itu memukul-mukul bantal yang tadi dijadikannnya sarana untuk meredam suaranya. Emosi, kesal, panas, semua yang dirasakannya campur aduk.

"Ih, tahu gitu mendingan aku gak usah deh sekolah di sana!" rajuknya kesal. Ia pun kembali memasang wajah cemberutnya, matanya pun menatap tajam lingkungan sekitarnya. Ia membeku seketika kala mendapati kakak kelasnya sedang memerhatikannya dari jendela seberang. Bodoh, ia lupa menutup jendelanya. Apa Sehun melihat tingkahnya tadi? Semoga saja tidak, semoga.

Drabble Hunho StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang