Sebelum kalian membaca, jangan lupa vote dan kalian boleh kasih komentar, kasih saran bahkan kritik pun boleh.
Happy reading❤
~
Masa MPLS selama 3 hari telah selesai. Mulai hari senin, mereka akan dibagi kelas sesuai jurusan yang mereka minati.
Hari ini adalah hari Sabtu dan kebetulan sekolah Riri fullday, jadi hari ini dia bisa bersantai di rumahnya.
Selesai mencuci sepatunya, Riri memasuki kamar dan mengambil novel yang baru dibelinya kemarin. Riri duduk di samping kasur dan menyenderkan tubuhnya ke pinggiran ranjang.
Terlalu asyik membaca novel, sampai sampai Riri tidak menyadari kehadiran seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Orang itu bersembunyi di balik buku yang sedang dibaca Riri.
"Riri..." terdengar suara bisikan dan rintihan.
Riri menurunkan mengedarkan pandangannya ke sebelah kanan kamar. Novelnya yang tadi dibacanya ia tutup.
Saat mengedarkan pandangannya ke depan, ekspresi menyeramkan terpampang jelas di depan wajah Riri.
Dor!
"Astaghfirullah!"
Riri langsung melempar novel yang dibacanya ke arah orang tersebut.
"Aduh"
Novelnya tepat mengenai muka orang tersebut. Terlihat dia sedang mengusap ngusap wajahnya yang sakit karena lemparan novel.
"Ihhh Diki ngeselin banget sih!"
Yap, orang tersebut adalah Diki.
"Main lempar aja. Sakit tau! Nih muka gue merah."
"Ya lo lagian ngeselin. Pake acara nakut nakutin sama ngagetin lagi." kesal Riri.
Diki terkekeh mendengarnya. "Ya salah lo juga. Segitu asyiknya baca novel sampe sampe kehadiran gue ke kamar lo aja, lo gak nyadar. Untung gue yang masuk, kalo orang lain gimana?"
"Siniin novelnya!"
Riri menjulurkan tangannya dan Diki memberikan novel yang dilempar Riri tadi. Riri menatap tajam Diki yang telah mengganggu waktunya. Riri paling tidak suka jika ada yang mengganggu nya saat dia sedang asyik bermain di dunia novelnya.
"Jangan marah dong." ucap Diki saat melihat wajah Riri yang menunjukkan raut kesal.
"Ngapain lo kesini? Ini baru jam 9. Ganggu orang aja!" ketus Riri.
"Anter gue yuk."
"Anter kemana?"
"Beli sepatu buat ntar sekolah. Sekolah baru, sepatu juga harus baru dong."
Diki meletakkan tangan kiri di bawah dagu nya dengan jari jempol dan telunjuk membentuk ceklis. Dan Diki pun menaik-turunkan alisnya.
"Males! Lo beli sendiri aja sana!"
"Ayo dong temenin gue. Gue gak ngerti soal beginian. Biasanya kan gue kalo beli kayak gini suka ditemenin sama lo." ucap Diki dengan wajah memelas.
"Gak! Gue males! Sana, beli aja sendiri."
Riri menyilangkan kedua tangannya dan memalingkan wajahnya dari Diki.
"Masa gitu doang marah sih?"
"Bodo! Suruh siapa ngagetin gue."
Diki seperti sedang berpikir. "Atau gini aja, kalo lo mau anter gue beli sepatu, ntar gue beliin novel deh."
Riri melirik Diki. "Beneran?" Diki mengangguk sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorph
Teen Fiction"Jaman sekarang cwe cantik lebih dihargai daripada cwe jelek kayak gue ya? Oke kalo gitu, mulai sekarang gue bakal berubah! Gue bakal buktiin tuh sama si kakak kelas kalo gue yang sekarang jelek bisa cantik di masa depan nanti! Liat aja, gue bakal b...