Bagian 02

305 22 3
                                    

Sebelum kalian membaca, jangan lupa vote dan kalian boleh kasih komentar, kasih saran bahkan kritik pun boleh.

Happy reading❤

~

Hari ini, Riri pergi keluar bersama teman teman lamanya yang biasa disebut temu kangen.

Riri pulang saat jarum jam menunjuk jam 4 sore. Riri memasuki halaman rumahnya yang lumayan luas. Riri dapat melihat motor Diki yang terparkir di sana.

Diki memang sering mengunjungi rumah Riri. Hampir tiap hari. Entah itu untuk curhat, belajar, atau hanya sekedar menghilangkan gabut.

Saat memasuki rumahnya, Riri melihat Rani yang sedang menonton acara kartun di ruang keluarga dengan Diki yang menemaninya.

"Eh lo udah datang, Ri." ucap Diki saat menyadari kehadiran Riri.

Riri hanya tersenyum sambil melangkahkan kakinya menghampiri mereka berdua.

Riri duduk di sofa, di samping Rani. Lalu menyandarkan tubuhnya disana sambil memejamkan matanya.

Rani yang memang sudah paham situasi, meminta izin untuk pergi ke kamarnya.

"Abis darimana lo? Capek banget keliatannya." sahut Diki sambil membenarkan posisi duduknya menjadi menghadap ke arah Riri.

"Keluar sama temen temen." jawab Riri tak semangat.

"Temen temen yang mana? Temen lo kan banyak banget!"

"Itu loh temen gue waktu SMP. Tadi juga Silva ikut lohhh." goda Riri.

"Kenapa gak bilang ke gue kalo Silva ikut? Kan gue bisa anterin lo atau nemenin lo juga!"

"Masih berharap sama mantan gebetan? Pacar lo mau kemanain?!"

"Ya pacar gue ada lah." jawab Diki enteng.

"Udah deh lo fokus aja sama pacar lo. Jangan cari cari lagi cwe lain. Lo ngga kasian apa nusuk dia terus dari belakang?"

Diki menatap Riri serius. "Nih ya Ri dengerin. Setau gue, di muka bumi ini, populasi cwe tuh lebih banyak daripada populasi cwo."

"Terus?" Riri mendengarkan Diki dengan serius.

"Karena populasi cwe lebih banyak dari cwo, jadi kami, para cwo, para kaum adam, dengan berbaik hati siap menerima pacar lebih dari satu. Kan kasian Ri kalo mereka jomblo."

Plak

Riri menjitak kepala Diki dan si empunya kepala itu mengaduh kesakitan.

"Apaan sih Ri main jitak aja. Sakit nih kepala gue." kesal Diki.

"Lo kalo ngomong gak bisa disaring sih! Lo pikir enak apa di selingkuhin?! Lo pikir enak dijadiin yang kedua?! Sakit tau Dik, sakit!" suara Riri naik satu oktaf.

"Oh iya gue lupa. Lo kan diselingkuhin pernah, dijadiin yang kedua juga pernah." tawa Diki tanpa beban. Sedangkan Riri sedang menatap Diki dengan tajam.

"Mending gue punya gebetan banyak, daripada lo belum bisa move on dari masalalu lo. Cwo banyak Ri, gak usah nginget si brengsek itu lagi." lanjut Diki.

Riri langsung pergi dari hadapan Diki dan berjalan menuju kamarnya lalu membanting pintu kamar dengan keras.

Diki yang menyadari perkataannya tadi sudah kelewatan, segera berdiri dan berlari kecil menyusul Riri ke kamarnya.

Diki mengetuk pintu kamar Riri. "Ri, gue minta maaf."

Diki dapat mendengar suara isakan Riri dari dalam kamar. Mendengar itu, Diki merasa semakin bersalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MetamorphTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang